Minggu, 02 Juni 2024

KOTBAH MINGGU I SETELAH TRINITATIS Minggu, 01 Juni 2024 “KEKUATAN BERASAL DARI ALLAH” (2 Korintus 4:5-12)

widgeo.net

KOTBAH MINGGU I SETELAH TRINITATIS

Minggu, 01 Juni 2024

 

“KEKUATAN BERASAL DARI ALLAH”

Kotbah: 2 Korintus 4:5-12   Bacaan: Mazmur 139:1-6+13-18



Minggu ini kita memasuki Minggu I Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Kekuatan Berasal dari Allah”. Kekuatan yang berasal dari Allah adalah konsep yang sangat penting dalam iman Kristen. Berdasarkan 2 Korintus 4:5-12, kekuatan ini diilustrasikan melalui berbagai cara Allah bekerja dalam hidup orang percaya. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana kekuatan ini dapat dipahami dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari:

 

Pertama, sumber kekuatan: Kristus sebagai sumber Kekuatan (ay. 5). Dalam ayat 5, Paulus menekankan bahwa yang diberitakan adalah Yesus Kristus sebagai Tuhan, bukan diri mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa kekuatan sejati berasal dari Kristus. Kristus adalah sumber kekuatan kita. Ketika kita mengarahkan pandangan kita kepada-Nya, kita menemukan kekuatan yang melampaui keterbatasan kita. Ini berarti kita tidak bersandar pada kekuatan diri sendiri, melainkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Dalam segala hal yang kita lakukan, kita harus memusatkan hati dan pikiran kita pada Kristus. Ketika kita menghadapi tantangan, kita dapat berdoa dan meminta pertolongan-Nya, percaya bahwa Dia akan memberi kita kekuatan yang kita butuhkan.

 

Kedua, kekuatan Terang dalam kegelapan (ay. 6). Ayat 6 berbicara tentang Allah yang memberikan terang dalam hati kita, yang berasal dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Kristus. Kekuatan dari Allah memberikan kita terang di tengah kegelapan hidup. Terang ini adalah pencerahan rohani yang membawa pengertian dan arah dalam hidup kita. Ketika kita berada dalam masa-masa sulit atau kebingungan, kita harus mencari terang Allah melalui doa, pembacaan Firman, dan persekutuan dengan sesama orang percaya. Terang ini akan memberi kita hikmat dan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan hidup kita.

 

Ketiga, kekuatan dalam kelemahan (ay. 7). Dalam ayat 7, Paulus menggambarkan kita sebagai bejana tanah liat yang rapuh, namun di dalamnya terdapat harta yang menunjukkan bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kita sendiri. Kekuatan Allah seringkali dinyatakan dalam kelemahan kita. Kelemahan kita bukanlah halangan bagi Allah untuk bekerja, melainkan justru kesempatan bagi-Nya untuk menunjukkan kuasa-Nya.Alih-alih merasa tidak cukup atau lemah, kita harus menyerahkan kelemahan kita kepada Tuhan dan mengizinkan-Nya untuk bekerja melalui kita. Dalam kelemahan, kita dapat melihat kekuatan Allah yang sejati.

 

Keempat, kekuatan untuk bertahan dalam penderitaan (ay. 8-9). Ayat 8-9 menunjukkan bagaimana Allah memberikan kekuatan untuk bertahan meskipun menghadapi berbagai penderitaan dan kesulitan. Allah tidak selalu menghilangkan penderitaan kita, tetapi Dia memberikan kekuatan untuk menghadapinya tanpa kehilangan harapan atau keyakinan. Dalam masa-masa sulit, kita harus tetap berpegang pada janji-janji Allah. Dengan iman, kita dapat menghadapi tekanan, kebingungan, penganiayaan, dan kejatuhan dengan keyakinan bahwa Allah menyertai kita dan memberi kita kekuatan.

 

Kelima, kekuatan untuk menghidupi kehidupan Kristus (ay. 10-11). Ayat 10-11 menggambarkan bagaimana kita selalu membawa kematian Yesus dalam tubuh kita agar kehidupan Yesus juga menjadi nyata dalam tubuh kita. Kekuatan Allah memungkinkan kita untuk menghidupi kehidupan Kristus, termasuk dalam penderitaan dan pengorbanan, sehingga kehidupan Kristus menjadi nyata dalam kita. Kita dipanggil untuk meneladani Kristus dalam segala hal, termasuk dalam penderitaan. Dengan kekuatan dari Allah, kita dapat hidup dengan cara yang mencerminkan pengorbanan dan kasih Kristus kepada dunia.

 

Keenam, kekuatan untuk menjadi saksi kehidupan di tengah kematian (ay. 12). Ayat 12 menyatakan bahwa meskipun kematian bekerja dalam diri Paulus dan rekan-rekannya, kehidupan bekerja dalam jemaat Korintus. Melalui penderitaan dan kesulitan kita, kehidupan Kristus dapat dinyatakan dan memberikan kesaksian kepada orang lain tentang kuasa Allah. Pengalaman kita, termasuk penderitaan, dapat menjadi kesaksian bagi orang lain. Dengan kekuatan dari Allah, kita dapat menunjukkan kepada dunia bagaimana kehidupan yang dipenuhi dengan iman dan harapan terlihat, bahkan di tengah-tengah kesulitan.

 

Kekuatan yang berasal dari Allah adalah kekuatan yang bekerja dalam kelemahan kita, memberikan terang di tengah kegelapan, memampukan kita untuk bertahan dalam penderitaan, dan menghidupi kehidupan Kristus dalam keseharian kita. Dengan mengandalkan kekuatan ini, kita dapat menghadapi segala tantangan hidup dengan iman dan keberanian, serta menjadi saksi yang hidup tentang kuasa dan kasih Allah kepada dunia di sekitar kita. Mari kita terus mencari dan bergantung pada kekuatan dari Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah kekuatan apakah yang berasal dari Allah untuk kita dapatkan dan lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari? Dalam 2 Korintus 4:5-12, Paulus memberikan gambaran mendalam tentang kekuatan yang berasal dari Allah dan bagaimana kekuatan ini bekerja dalam hidup orang percaya. Berikut adalah uraian tentang kekuatan yang berasal dari Allah berdasarkan ayat-ayat ini:

 

Pertama, kekuatan untuk mengutamakan Kristus (ay. 5): "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus." Kekuatan dari Allah memampukan kita untuk menempatkan Yesus Kristus sebagai pusat pemberitaan kita, bukan diri kita sendiri. Ini mencerminkan kerendahan hati dan pengakuan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan adalah demi kemuliaan Kristus, bukan untuk kepentingan pribadi. Dalam dunia yang sering kali berfokus pada pencapaian dan kehebatan individu, kekuatan dari Allah mengubah fokus kita untuk memberitakan Kristus. Ini berarti bahwa dalam segala hal yang kita lakukan, baik itu pelayanan, pekerjaan, atau kehidupan sehari-hari, kita dipanggil untuk mengutamakan Kristus dan memuliakan-Nya.

 

Kedua, kekuatan untuk menerima Terang di tengah kegelapan (ay. 6). "Sebab Allah yang telah berfirman: 'Dari dalam gelap akan terbit terang!', Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus." Allah memberikan terang-Nya di dalam hati kita, menerangi kita di tengah kegelapan hidup. Terang ini adalah pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang terlihat dalam Yesus Kristus. Dalam hidup, kita sering menghadapi masa-masa kegelapan, baik itu dalam bentuk masalah, ketidakpastian, atau penderitaan. Kekuatan dari Allah memberikan kita terang yang membimbing dan memberi harapan. Terang ini bukan hanya memberikan jalan keluar, tetapi juga membawa kita lebih dekat pada pengenalan akan kemuliaan Allah.

 

Ketiga, kekuatan yang melimpah-limpah dalam kelemahan (ay. 7). "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." Kita adalah bejana tanah liat yang rapuh, tetapi Allah telah menempatkan harta yang luar biasa di dalam kita. Ini menunjukkan bahwa kekuatan yang kita miliki adalah dari Allah, bukan dari diri kita sendiri. Bejana tanah liat menggambarkan kerapuhan dan kelemahan kita sebagai manusia. Namun, Allah memilih untuk menempatkan kekuatan-Nya dalam kita yang lemah ini agar kemuliaan-Nya nyata. Kekuatan yang melimpah-limpah ini memampukan kita untuk menghadapi segala tantangan dengan keyakinan bahwa Allah yang bekerja dalam dan melalui kita.

 

Keempat, kekuatan untuk bertahan dalam penderitaan (ay. 8-9). "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan, namun tidak binasa." Allah memberikan kekuatan untuk bertahan dan tidak menyerah dalam berbagai penderitaan dan kesulitan. Meskipun menghadapi berbagai tekanan, kita tidak hancur karena kekuatan Allah yang menopang kita. Ayat-ayat ini menggambarkan berbagai bentuk penderitaan yang mungkin kita alami: ditindas, habis akal, dianiaya, dan dihempaskan. Namun, dalam semua situasi ini, kekuatan dari Allah menjaga kita agar tidak terjepit, tidak putus asa, tidak ditinggalkan sendirian, dan tidak binasa. Ini adalah penghiburan besar bagi orang percaya, bahwa di tengah penderitaan, Allah selalu menyertai dan menguatkan kita.

 

Kelima, kekuatan untuk menghidupi kehidupan Kristus (ay. 10-11). "kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini." Kekuatan Allah memungkinkan kita untuk menghidupi kehidupan Kristus, meskipun kita menghadapi kematian dan penderitaan. Kehidupan Yesus menjadi nyata dalam tubuh kita yang fana. Membawa kematian Yesus berarti kita mengalami penderitaan dan pengorbanan seperti yang Yesus alami. Namun, melalui ini, kehidupan Yesus juga dinyatakan dalam kita. Ini adalah panggilan untuk hidup seperti Kristus, dalam pengorbanan dan kasih, yang membawa kesaksian kepada dunia tentang kuasa kebangkitan-Nya.

 

Keenam, kekuatan untuk menghadirkan kehidupan di tengah kematian (ay. 12). "Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu." Meskipun Paulus dan rekan-rekannya menghadapi kematian dan penderitaan, kehidupan Yesus giat bekerja di dalam mereka untuk memberikan hidup kepada orang lain. Ayat ini menekankan paradoks kehidupan Kristen, di mana melalui penderitaan dan kematian, kehidupan dan kuasa Allah dinyatakan. Penderitaan yang dialami Paulus bukan tanpa tujuan, melainkan untuk membawa kehidupan rohani bagi orang lain. Kekuatan dari Allah memampukan kita untuk menjadi saluran kehidupan bagi orang lain, meskipun kita sendiri menghadapi kesulitan.

 

Dalam 2 Korintus 4:5-12, kita melihat berbagai aspek kekuatan yang berasal dari Allah. Kekuatan ini bukan hanya untuk mengatasi tantangan, tetapi juga untuk memuliakan Kristus, membawa terang di tengah kegelapan, menunjukkan kemuliaan Allah dalam kelemahan kita, bertahan dalam penderitaan, menghidupi kehidupan Kristus, dan menghadirkan kehidupan di tengah kematian. Dengan memahami dan mengandalkan kekuatan ini, kita dapat menjalani hidup yang memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi orang lain.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu I Setelah Trinitatis ini? Ketika kita merenungkan topik “Kekuatan Berasal dari Allah” berdasarkan 2 Korintus 4:5-12, ada beberapa aspek penting yang perlu kita refleksikan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Ayat-ayat ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana kekuatan Allah bekerja dalam kelemahan kita dan bagaimana kita harus meresponsnya. Berikut adalah beberapa poin refleksi yang dapat kita ambil:

 

Pertama, fokus pada Kristus dan bukan pada diri sendiri. "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (ay. 5). Apakah hidup dan pelayanan kita berpusat pada Kristus atau pada diri kita sendiri? Kita harus selalu mengingat bahwa tujuan utama kita adalah memberitakan Kristus dan memuliakan-Nya, bukan untuk mencari pujian atau pengakuan untuk diri sendiri. Bagaimana kita dapat lebih fokus pada Kristus dalam kehidupan sehari-hari?

 

Kedua, Terang Allah dalam kegelapan. "Sebab Allah yang telah berfirman: 'Dari dalam gelap akan terbit terang!', Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita" (ay. 6). Dalam masa-masa kegelapan atau tantangan, apakah kita mencari terang dari Allah? Terang Allah memberikan kita pengertian tentang kemuliaan-Nya dan membimbing kita melalui kesulitan. Apakah kita membuka hati kita untuk menerima terang ini dan membiarkannya mempengaruhi tindakan kita?

 

Ketiga, mengakui kerapuhan dan keterbatasan kita. "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami" (ay. 7). Apakah kita menyadari dan mengakui kelemahan kita? Sebagai bejana tanah liat, kita rapuh dan terbatas, tetapi justru dalam kelemahan inilah kekuatan Allah menjadi nyata. Bagaimana kita dapat lebih mengandalkan kekuatan Allah daripada kekuatan kita sendiri?

 

Keempat, bertahan dalam penderitaan dengan kekuatan dari Allah. "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan, namun tidak binasa" (ay. 8-9). Bagaimana kita merespons penderitaan dan tantangan dalam hidup? Apakah kita putus asa atau tetap berharap pada Allah? Kekuatan Allah memampukan kita untuk bertahan dalam segala situasi. Apakah kita mencari kekuatan ini dalam saat-saat sulit?

 

Kelima, menghidupi kehidupan Kristus dalam keseharian. "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami" (2 Kor. 4:10). Apakah kehidupan kita mencerminkan kehidupan Kristus? Menghidupi kematian Yesus berarti mengalami penderitaan dan pengorbanan, tetapi juga berarti menghidupi kebangkitan dan kuasa-Nya. Bagaimana kita dapat lebih meneladani Kristus dalam tindakan dan sikap kita sehari-hari?

 

Keenam, menjadi saksi kehidupan di tengah kematian. "Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu" (ay. 12). Dalam menghadapi kematian dan penderitaan, apakah kita menjadi saksi kehidupan Kristus bagi orang lain? Penderitaan yang kita alami dapat menjadi kesaksian tentang kekuatan dan kasih Allah yang membawa kehidupan. Bagaimana kita dapat menggunakan pengalaman kita untuk menguatkan dan memberkati orang lain?

 

Refleksi dari 2 Korintus 4:5-12 mengajak kita untuk mengakui kelemahan kita, mengandalkan kekuatan Allah, dan menjadikan Kristus sebagai pusat hidup kita. Kekuatan Allah bekerja melalui kelemahan kita, memberikan kita terang di tengah kegelapan, dan memampukan kita untuk bertahan dalam penderitaan. Karena itu, dengan hidup dalam kekuatan ini, kita dapat menjadi saksi tentang kuasa dan kasih Allah yang mengubah hidup. Mari kita terus merenungkan dan mengaplikasikan kebenaran ini dalam setiap aspek kehidupan kita. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar