Sabtu, 08 Juni 2024

Renungan hari ini: “TUJUAN DAN NILAI DARI KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KITA SEHARI-HARI” (Roma 15:4)

Renungan hari ini:

 

“TUJUAN DAN NILAI DARI KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KITA SEHARI-HARI”


 

Roma 15:4 (TB)  "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci"

 

Romans 15:4 (NET) "For everything that was written in former times was written for our instruction, so that through endurance and through encouragement of the scriptures we may have hope"

 

Nas hari ini memberikan kita pemahaman yang mendalam tentang tujuan dan nilai dari Kitab Suci dalam kehidupan kita sehari-hari. Ayat ini menyatakan, "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." Dalam ayat ini, kita diajak untuk merenungkan beberapa poin penting:

 

Pertama, pelajaran dari masa lalu. "Segala sesuatu yang ditulis dahulu" mengacu pada tulisan-tulisan yang terdapat dalam Kitab Suci, termasuk kisah-kisah, hukum, nubuat, dan ajaran dari zaman dahulu. Tulisan-tulisan ini tidak hanya memiliki nilai sejarah tetapi juga pelajaran yang relevan bagi kita saat ini. Dengan merenungkan kisah-kisah ini, kita dapat memahami bagaimana Allah bekerja dalam sejarah manusia dan bagaimana prinsip-prinsip ilahi diterapkan dalam berbagai situasi kehidupan.

 

Kedua, menjadi pelajaran bagi kita. Setiap kisah dan ajaran dalam Kitab Suci memiliki tujuan untuk mengajar dan membimbing kita. Allah ingin kita belajar dari pengalaman orang-orang sebelumnya, baik dari kesalahan mereka maupun dari keberhasilan mereka dalam mengikuti kehendak-Nya. Dengan memahami pelajaran ini, kita dapat hidup lebih bijaksana dan berkenan di hadapan Allah.

 

Ketiga, pegangan pada pengharapan. Melalui ketekunan dalam mempelajari dan merenungkan Kitab Suci, kita akan menemukan pengharapan. Kitab Suci memberikan janji-janji Allah yang memberi kita pengharapan di tengah-tengah tantangan hidup. Pengharapan ini bukanlah sekadar optimisme, tetapi pengharapan yang kokoh dan berdasarkan pada janji-janji Allah yang setia.

 

Keempat, ketekunan dan penghiburan. Kitab Suci memberikan kita ketekunan dan penghiburan. Ketika kita menghadapi kesulitan, firman Tuhan memberikan kita kekuatan untuk bertahan. Penghiburan dari Kitab Suci membantu kita menemukan damai dan penghiburan di tengah kesulitan. Dengan demikian, kita dapat terus maju dalam iman, mengetahui bahwa Tuhan selalu bersama kita.

 

Apa yang dapat direnungkan dari nas hari ini? Nas ini memberikan beberapa hal untuk direnungkan, yakni:

 

Pertama, pelajaran dari masa lalu. Apa yang telah ditulis dalam Kitab Suci, termasuk Perjanjian Lama, penuh dengan kisah, perintah, nubuat, dan ajaran yang dirancang untuk mendidik kita. Sejarah umat Allah mencakup pengalaman baik dan buruk, dan semua itu ditulis untuk memberi kita pelajaran. Kita belajar dari keberhasilan dan kegagalan tokoh-tokoh Alkitab, serta dari kesetiaan dan kasih Allah yang tidak pernah berubah.

 

Kedua, pentingnya pengajaran Kitab Suci. Semua yang ditulis dalam Alkitab memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar catatan sejarah atau dokumen religius. Firman Tuhan bertujuan untuk mengajarkan kita, memberikan kita wawasan tentang karakter Allah, kehendak-Nya bagi kita, dan cara hidup yang berkenan kepada-Nya. Dengan mempelajari Kitab Suci, kita memperoleh kebijaksanaan dan pengertian untuk menjalani hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan.

 

Ketiga, pengharapan dalam ketekunan. Firman Tuhan memberi kita pengharapan yang teguh. Pengharapan ini bukan hanya keinginan optimis, tetapi keyakinan yang didasarkan pada janji-janji Allah yang setia. Ketika kita menghadapi tantangan dan kesulitan, pengharapan ini menjadi jangkar bagi jiwa kita. Ketekunan dalam memegang janji-janji Tuhan membantu kita bertahan dalam ujian dan kesulitan hidup.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai situasi yang bisa melemahkan iman kita atau membuat kita merasa putus asa. Namun, melalui Roma 15:4, kita diingatkan untuk selalu kembali kepada firman Tuhan, mengambil pelajaran dari apa yang telah ditulis, dan membiarkan firman itu memberi kita pengharapan, ketekunan, dan penghiburan. Karena itu, dengan renungan ini, kita dapat hidup dengan keyakinan dan kekuatan yang berasal dari Tuhan. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

Jumat, 07 Juni 2024

Renungan hari ini: “KASIH DAN PERHATIAN ALLAH YANG LUAR BIASA TERHADAP SETIAP MAKHLUK CIPTAAN-NYA” (Lukas 12:6)

Renungan hari ini:

 

“KASIH DAN PERHATIAN ALLAH YANG LUAR BIASA TERHADAP SETIAP MAKHLUK CIPTAAN-NYA”


 

Lukas 12:6 (TB2) "Bukankah lima ekor burung pipit dijual seharga dua keping uang terkecil? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah"

 

Luke 12:6 (NET) "Aren’t five sparrows sold for two pennies? Yet not one of them is forgotten before God"

 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali merasa tidak berarti atau tidak berharga. Dunia di sekitar kita mungkin mengukur nilai seseorang berdasarkan kekayaan, status, atau prestasi. Namun, melalui ayat ini, Yesus mengingatkan kita akan kasih dan perhatian Allah yang luar biasa terhadap setiap makhluk ciptaan-Nya, termasuk kita. Bayangkan burung pipit yang dijual sangat murah, lima ekor hanya seharga dua keping uang terkecil. Di mata dunia, burung-burung ini mungkin tidak bernilai, namun di mata Allah, setiap burung memiliki tempat istimewa. Tidak ada satu pun dari mereka yang dilupakan Allah. Betapa luar biasanya kasih Tuhan yang merangkul setiap makhluk hidup, sekecil apapun mereka.

 

Jika burung pipit yang kecil dan tampaknya tidak berharga saja begitu diperhatikan oleh Allah, apalagi kita, manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya. Ini adalah sebuah pengingat kuat bahwa kita sangat berharga di mata Tuhan, lebih dari yang bisa kita bayangkan. Tidak ada satu pun dari kita yang dilupakan atau diabaikan oleh-Nya. Melalui ayat ini, kita diajak untuk tidak khawatir atau merasa rendah diri. Kita diingatkan bahwa Allah selalu memperhatikan dan mengasihi kita dengan kasih yang tak terbatas. Di tengah-tengah pergumulan hidup, saat kita merasa sendirian atau tidak berarti, ingatlah bahwa Allah senantiasa bersama kita dan peduli pada setiap detail kehidupan kita.

 

Apa yang perlu dierenungkan dari nas hari ini? Nas ini memberikan beberapa hal yang perlu direnungkan, yakni:

 

Pertama, kasih dan perhatian Allah yang menyeluruh. Allah memperhatikan segala ciptaan-Nya, bahkan burung pipit yang tampak tidak berarti dan dijual dengan harga yang sangat murah. Ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang terlalu kecil atau tidak penting bagi Tuhan. Kasih dan perhatian-Nya mencakup segala sesuatu, termasuk detail terkecil dari ciptaan-Nya.

 

Kedua, nilai diri di mata Tuhan. Jika burung pipit yang kecil saja sangat diperhatikan oleh Tuhan, betapa lebih berharganya kita di mata-Nya. Kita sering merasa tidak berarti atau diabaikan, tetapi ayat ini menegaskan bahwa setiap individu memiliki nilai yang tak ternilai di hadapan Allah. Ini memberikan kita rasa berharga dan martabat sebagai ciptaan-Nya.

 

Ketiga, keyakinan dan penghiburan dalam kehidupan. Ketika kita merasa khawatir atau menghadapi kesulitan, ayat ini memberi kita penghiburan bahwa Allah tidak pernah melupakan kita. Sama seperti Ia tidak melupakan burung pipit, Ia juga tidak akan melupakan kita. Ini menguatkan iman kita bahwa Tuhan selalu menyertai dan memperhatikan kita, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

 

Keempat, menghargai hidup dan semua ciptaan. Ayat ini mengajarkan kita untuk menghargai semua ciptaan Tuhan, sekecil apapun itu. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita diajak untuk melihat nilai dalam setiap makhluk hidup dan memperlakukan mereka dengan kasih dan hormat, sebagaimana Allah memperlakukan mereka. Karena itu, dengan merenungkan ayat ini, kita dapat lebih memahami dan merasakan kasih Tuhan yang menyeluruh dan tak terbatas, yang memberikan kita keyakinan dan penghiburan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Kamis, 06 Juni 2024

Renungan hari ini: “PENTINGNYA KEHIDUPAN, RASA SYUKUR DAN KESETIAAN TUHAN” (Yesaya 38:19)

Renungan hari ini:

 

“PENTINGNYA KEHIDUPAN, RASA SYUKUR DAN KESETIAAN TUHAN”


 

Yesaya 38:19 (TB2) "Akan tetapi, orang yang hidup, ya hanya orang yang hiduplah yang dapat bersyukur kepada-Mu, seperti aku pada hari ini; kesetiaan-Mu diberitahukan bapak kepada anak-anaknya" 

 

Isaiah 38:19 (NET) "The living person, the living person, he gives you thanks, as I do today. A father tells his sons about your faithfulness"

 

Nas hari ini mengandung pesan yang mendalam tentang pentingnya kehidupan, rasa syukur, dan kesetiaan Tuhan yang harus diwariskan dari generasi ke generasi. Hidup adalah kesempatan untuk bersyukur. "Akan tetapi, orang yang hidup, ya hanya orang yang hiduplah yang dapat bersyukur kepada-Mu..." Hidup adalah anugerah yang harus kita syukuri. Hanya mereka yang hidup yang memiliki kesempatan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan. Oleh karena itu, setiap hari yang kita jalani adalah peluang untuk menghargai dan mengakui kasih karunia-Nya dalam hidup kita. Bagaimana kita menunjukkan rasa syukur kita kepada Tuhan hari ini?

 

Pentingnya kesaksian hidup. "...seperti aku pada hari ini;" Yesaya mengakui bahwa ia bersyukur kepada Tuhan hari ini, saat ini. Kesaksian hidup kita adalah bukti nyata dari kebaikan Tuhan. Setiap hari adalah kesempatan untuk memberikan kesaksian tentang kasih dan kesetiaan-Nya. Apakah hidup kita mencerminkan rasa syukur dan kesaksian atas kebaikan Tuhan?

 

Warisan kesetiaan. "...kesetiaan-Mu diberitahukan bapak kepada anak-anaknya." Kesetiaan Tuhan harus diceritakan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka dalam pengenalan dan penghargaan akan kesetiaan Tuhan. Ini adalah panggilan untuk membangun dasar iman yang kuat dalam keluarga. Bagaimana kita dapat lebih efektif dalam mengajarkan kesetiaan Tuhan kepada generasi berikutnya?

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Nas ini mengandung beberapa aspek penting yang dapat kita renungkan. 

 

Pertama, nilai kehidupan dan kesempatan untuk bersyukur. "Akan tetapi, orang yang hidup, ya hanya orang yang hiduplah yang dapat bersyukur kepada-Mu..." Hidup adalah sebuah anugerah besar dari Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa hanya mereka yang hidup yang memiliki kesempatan untuk bersyukur dan memuliakan Tuhan. Setiap napas yang kita ambil adalah kesempatan untuk mengakui dan menghargai kasih karunia-Nya dalam hidup kita.

 

Kedua, momen sekarang untuk mengungkapkan syukur. "...seperti aku pada hari ini;" Penekanan pada "hari ini" menunjukkan pentingnya mengungkapkan syukur di saat ini, bukan menundanya. Setiap hari adalah kesempatan yang baru untuk menunjukkan rasa syukur kita.

 

Ketiga, wariskan kesetiaan Tuhan. "...kesetiaan-Mu diberitahukan bapak kepada anak-anaknya." Ayat ini menekankan pentingnya mewariskan pengalaman dan pengakuan akan kesetiaan Tuhan kepada generasi berikutnya. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan anak-anak mereka tentang kasih dan kesetiaan Tuhan.

 

Keempat, kesaksian hidup yang berkelanjutan. Kesetiaan Tuhan yang diberitahukan dari bapak kepada anak-anak menunjukkan sebuah rantai kesaksian yang berkelanjutan. Ini mengajak kita untuk melihat hidup kita sebagai bagian dari cerita yang lebih besar, di mana kita menjadi saksi bagi generasi berikutnya. Karena itu, marilah kita merenungkan betapa berharganya hidup yang Tuhan berikan dan pentingnya menunjukkan rasa syukur kita setiap hari. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Rabu, 05 Juni 2024

Renungan hari ini: “KARAKTERISTIK UTAMA DARI TUHAN” (Mazmur 145:17)

Renungan hari ini:

 

“KARAKTERISTIK UTAMA DARI TUHAN”


 

Mazmur 145:17 (TB2) "TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya"

 

Psalms 145:17 (NET) "The Lord is just in all his actions, and exhibits love in all he does"

 

Dalam nas hari ini, pemazmur memberikan dua karakteristik utama dari Tuhan: keadilan dan kasih setia. Kedua sifat ini adalah landasan dari bagaimana Tuhan berinteraksi dengan ciptaan-Nya, termasuk kita sebagai manusia.

 

Pertama, Keadilan Tuhan. Keadilan adalah salah satu atribut Tuhan yang paling sering dibicarakan dalam Alkitab. Dalam segala jalan-Nya, Tuhan selalu adil. Ini berarti bahwa Tuhan tidak pernah bertindak secara tidak adil atau semena-mena. Setiap keputusan yang dibuat oleh Tuhan selalu berdasarkan prinsip keadilan yang sempurna. Bagi kita, ini memberikan keyakinan bahwa dalam setiap situasi, Tuhan tidak akan memperlakukan kita dengan tidak adil. Meskipun kita mungkin tidak selalu mengerti jalan-jalan Tuhan, kita dapat mempercayai bahwa Dia bertindak dengan keadilan sempurna.

 

Kedua, Kasih Setia Tuhan. Selain adil, Tuhan juga penuh dengan kasih setia. Kasih setia Tuhan adalah kasih yang tak berkesudahan dan tidak tergantung pada kondisi atau situasi. Ini adalah bentuk kasih yang tetap dan setia, bahkan ketika kita gagal atau tidak setia. Dalam segala perbuatan-Nya, Tuhan menunjukkan kasih setia-Nya kepada kita. Ini berarti bahwa dalam setiap tindakan yang dilakukan Tuhan, ada unsur kasih yang mendalam dan komitmen untuk kesejahteraan kita.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi situasi yang tampak tidak adil atau penuh tantangan. Ayat ini mengingatkan kita untuk tetap percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang adil dan penuh kasih setia untuk setiap kita. Ketika kita merasa ditinggalkan atau diperlakukan tidak adil oleh dunia, kita bisa berpegang pada kebenaran bahwa Tuhan selalu bertindak dengan adil dan dengan kasih setia.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Nas hari ini memberikan beberapa hal yang perlu direnungkan, yakni:

 

Pertama, percaya pada Keadilan Tuhan. Ketika ayat ini mengatakan bahwa Tuhan "adil dalam segala jalan-Nya," itu berarti bahwa semua tindakan dan keputusan Tuhan selalu berdasarkan prinsip keadilan yang sempurna. Tidak ada ketidakadilan atau kesalahan dalam cara Tuhan beroperasi. Dalam menghadapi ketidakadilan di dunia ini, kita dapat berdoa dan menyerahkan situasi kita kepada Tuhan yang adil. Percayalah bahwa Dia melihat dan akan bertindak menurut keadilan-Nya.

 

Kedua, meneladani Kasih Setia Tuhan. Kasih setia Tuhan adalah kasih yang tidak berkesudahan, yang tetap ada dalam segala situasi. Ketika ayat ini mengatakan bahwa Tuhan "penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya," itu mengingatkan kita bahwa: Kasih yang Tak Bersyarat: Kasih setia Tuhan tidak tergantung pada perbuatan atau keadaan kita. Meskipun kita sering gagal atau tidak setia, Tuhan tetap mengasihi kita dengan kasih yang tak tergoyahkan. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk meniru kasih setia Tuhan dalam interaksi kita dengan orang lain. Kita bisa menunjukkan kasih yang setia dan tidak bersyarat kepada mereka di sekitar kita, bahkan ketika itu sulit.

 

Ketiga, menguatkan iman. Setiap kali kita dihadapkan pada keraguan atau ketidakpastian, mari kita kembali kepada ayat ini dan mengingat sifat Tuhan yang adil dan penuh kasih setia. Ini akan menguatkan iman kita dan memberi kita pengharapan dalam setiap situasi. Karean itu, marilah kita merenungkan keadilan dan kasih setia Tuhan setiap hari, dan biarkan itu membentuk cara kita hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang sempurna dalam keadilan dan kasih setia-Nya, dan itu adalah sumber penghiburan dan kekuatan bagi kita semua. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Selasa, 04 Juni 2024

Renungan hari ini: “PANDUAN MENDALAM BAGI KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI ORANG PERCAYA” (Kolose 3:15)

Renungan hari ini:

 

“PANDUAN MENDALAM BAGI KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI ORANG PERCAYA”


 

Kolose 3:15 (TB2) "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil dalam satu tubuh. Dan bersyukurlah"

 

Colossians 3:15 (NET) "Let the peace of Christ be in control in your heart (for you were in fact called as one body to this peace), and be thankful"

 

Nas hari ini memberikan panduan yang sangat mendalam bagi kehidupan kita sehari-hari sebagai orang percaya. Damai sejahtera Kristus adalah kedamaian yang melampaui segala akal (Flf. 4:7). Ini adalah damai yang tidak bergantung pada situasi atau kondisi di sekitar kita. Ketika kita membiarkan damai Kristus memerintah dalam hati kita, kita menerima ketenangan batin yang datang dari kehadiran-Nya. Apapun yang terjadi di luar diri kita, di dalam hati kita tetap ada ketenangan karena kita tahu bahwa Kristus memegang kendali atas segala sesuatu.

 

Kita dipanggil untuk menjadi bagian dari satu tubuh, yaitu gereja, komunitas orang percaya. Dalam komunitas ini, kita tidak hidup sendiri tetapi saling mendukung dan membangun satu sama lain. Memiliki damai Kristus dalam hati kita membantu kita untuk hidup rukun dan harmonis dengan saudara-saudara seiman. Ini mengingatkan kita untuk selalu mengusahakan perdamaian dan kesatuan dalam tubuh Kristus.

 

Bersyukur adalah sikap hati yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya. Rasa syukur membantu kita untuk fokus pada berkat-berkat yang telah Tuhan berikan, bukan pada kekurangan atau masalah yang kita hadapi. Dengan hati yang penuh rasa syukur, kita dapat melihat tangan Tuhan yang bekerja dalam setiap aspek kehidupan kita, baik dalam hal besar maupun kecil. Rasa syukur juga memperkuat iman kita dan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. Mengizinkan Damai Kristus Memerintah: Setiap kali kita merasa gelisah atau cemas, kita dapat berdoa dan menyerahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan, memohon agar damai-Nya memenuhi hati kita.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Ada beberapa poin penting yang dapat direnungkan untuk kehidupan kita sebagai orang percaya:

 

Pertama, damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita. Renungkan bagaimana damai sejahtera Kristus dapat menjadi pusat dari kehidupan kita. Damai sejahtera ini bukan sekadar perasaan tenang, tetapi merupakan damai yang datang dari keyakinan bahwa kita berada dalam perlindungan dan kasih Tuhan yang sempurna. 

 

Kedua, dipanggil dalam Satu Tubuh. Ayat ini menegaskan bahwa kita dipanggil untuk menjadi bagian dari satu tubuh, yaitu gereja atau komunitas orang percaya. Kita bukan hidup sendiri-sendiri, tetapi sebagai bagian dari komunitas yang saling mendukung dan membangun. Pikirkan tentang bagaimana kita berkontribusi dalam membangun kesatuan dan harmoni dalam gereja atau komunitas kita. Apakah kita aktif dalam menciptakan kedamaian dan saling mendukung, atau kita cenderung menciptakan perpecahan dan perselisihan?

 

Ketiga, bersyukur. Rasa syukur adalah sikap yang seharusnya selalu ada dalam hati kita sebagai orang percaya. Renungkan tentang bagaimana kita dapat lebih bersyukur dalam hidup kita. Apakah kita sering melihat berkat-berkat kecil dan besar yang Tuhan berikan, atau kita lebih fokus pada kekurangan dan masalah? Dengan mengembangkan rasa syukur, kita akan lebih mampu melihat kebaikan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita. Karena itu, dengan merenungkan nas ini, kita diingatkan untuk selalu mencari damai sejahtera dalam Kristus, menjaga kesatuan dalam tubuh-Nya, dan hidup dengan hati yang penuh rasa syukur. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Senin, 03 Juni 2024

Renungan hari ini: “HARAPAN YANG MENDALAM DAN PENGHIBURAN BAGI SEMUA UMAT TUHAN” (Yesaya 25:8)

Renungan hari ini:

 

“HARAPAN YANG MENDALAM DAN PENGHIBURAN BAGI SEMUA UMAT TUHAN”


 

Yesaya 25:8 (TB2) "Ia akan menelan maut untuk seterusnya; Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari segala muka; aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya"

 

Isaiah 25:8 (NET) "He will swallow up death permanently. The sovereign Lord will wipe away the tears from every face, and remove his people’s disgrace from all the earth. Indeed, the Lord has announced it!"

 

Nas hari ini menawarkan harapan yang mendalam dan penghiburan bagi semua umat Tuhan. Dalam Yesaya 25:8, kita menemukan janji Tuhan yang sangat kuat dan penuh kasih: "Ia akan menelan maut untuk seterusnya; Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari segala muka; aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya."

 

Pertama-tama, ayat ini berbicara tentang kemenangan akhir atas maut. Maut adalah musuh terbesar umat manusia, yang membawa kesedihan dan kehilangan. Namun, Tuhan berjanji bahwa maut akan ditelan untuk selamanya. Ini mengingatkan kita pada kebangkitan Yesus Kristus, yang melalui kematian dan kebangkitan-Nya, telah mengalahkan kuasa maut. Kemenangan ini memberikan kita harapan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi awal dari kehidupan yang kekal bersama Tuhan.

 

Kedua, Tuhan menjanjikan bahwa Dia akan menghapuskan setiap air mata dari wajah kita. Dalam hidup ini, kita sering menghadapi berbagai macam penderitaan dan kesedihan. Namun, ada penghiburan dalam mengetahui bahwa Tuhan peduli dan akan menghapus setiap air mata kita. Ini adalah gambaran kasih sayang dan perhatian Tuhan yang mendalam terhadap kita. Dia tidak hanya mengetahui penderitaan kita, tetapi juga berjanji untuk menghibur dan memulihkan kita.

 

Ketiga, Tuhan berjanji untuk menjauhkan aib umat-Nya dari seluruh bumi. Aib bisa datang dalam berbagai bentuk, seperti rasa malu, penyesalan, atau dosa. Tuhan berjanji untuk menghapuskan semua ini, membersihkan kita, dan memulihkan kehormatan kita. Dia melakukan ini melalui pengampunan dosa dan pemulihan hubungan kita dengan-Nya.

 

Akhirnya, kita diingatkan bahwa semua janji ini pasti karena "TUHAN telah mengatakannya." Janji Tuhan adalah pasti dan dapat dipercaya. Dia setia kepada firman-Nya, dan kita dapat memiliki keyakinan penuh bahwa apa yang Dia katakan akan terjadi.

Aplikasi dalam Hidup: Dalam kehidupan sehari-hari, ayat ini mengajak kita untuk hidup dengan harapan dan keyakinan akan janji-janji Tuhan. Ketika menghadapi penderitaan, kehilangan, atau rasa malu, kita diingatkan bahwa Tuhan ada bersama kita dan bekerja untuk menghapus segala kesedihan dan aib kita. Kita dipanggil untuk mempercayai Dia, berpegang pada janji-Nya, dan hidup dalam pengharapan akan kemenangan-Nya yang sudah dan akan datang.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Nas hari ini memberikan pesan yang kuat tentang pengharapan dan pemulihan yang dijanjikan Tuhan kepada umat-Nya. 

 

Pertama, kemenangan atas maut. "Ia akan menelan maut untuk seterusnya" menunjukkan kemenangan Tuhan atas maut. Ini bukan hanya kemenangan sementara, tetapi kemenangan yang kekal. Dalam kehidupan kita, maut sering menjadi simbol ketakutan dan kehilangan. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan memiliki kuasa untuk mengalahkan maut sepenuhnya. Ini memberi kita pengharapan akan kehidupan kekal bersama Tuhan, di mana maut tidak lagi memiliki kuasa atas kita.

 

Kedua, penghapusan air mata. "Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari segala muka" menggambarkan penghiburan dan kasih sayang Tuhan yang mendalam. Dalam dunia yang penuh dengan penderitaan dan kesedihan, Tuhan menjanjikan bahwa Dia akan menghapus setiap air mata. Ini adalah pengingat bahwa Tuhan melihat setiap kesedihan dan rasa sakit kita, dan Dia berjanji untuk memberikan penghiburan dan pemulihan. Dalam momen kesedihan, kita dapat menemukan penghiburan dalam janji ini, mengetahui bahwa Tuhan peduli dan akan memulihkan kita.

 

Ketiga, penghapusan aib. "Aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi" berbicara tentang pemulihan dan pengampunan. Aib sering dikaitkan dengan dosa, rasa malu, dan penyesalan. Namun, Tuhan berjanji untuk menghapuskan semua itu. Ini menunjukkan kasih dan belas kasihan Tuhan yang siap mengampuni dan memulihkan kita. Kita diingatkan bahwa tidak ada aib atau dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Tuhan. Melalui kasih-Nya, kita bisa dibersihkan dan dipulihkan.

 

Keempat, kepastian janji Tuhan. "Sebab TUHAN telah mengatakannya" menegaskan kepastian janji Tuhan. Janji Tuhan adalah pasti dan dapat diandalkan karena Tuhan yang mengatakannya. Ini memberi kita keyakinan bahwa apa yang dijanjikan Tuhan pasti akan terjadi. Dalam hidup yang penuh ketidakpastian, kita dapat bergantung pada janji-janji Tuhan yang tidak pernah gagal. Karena itu, percayalah pada kepastian janji-Nya dan biarkan pengharapan ini memperkuat iman kita. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu ini untuk TUHAN

Minggu, 02 Juni 2024

KOTBAH MINGGU I SETELAH TRINITATIS Minggu, 01 Juni 2024 “KEKUATAN BERASAL DARI ALLAH” (2 Korintus 4:5-12)

widgeo.net

KOTBAH MINGGU I SETELAH TRINITATIS

Minggu, 01 Juni 2024

 

“KEKUATAN BERASAL DARI ALLAH”

Kotbah: 2 Korintus 4:5-12   Bacaan: Mazmur 139:1-6+13-18



Minggu ini kita memasuki Minggu I Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Kekuatan Berasal dari Allah”. Kekuatan yang berasal dari Allah adalah konsep yang sangat penting dalam iman Kristen. Berdasarkan 2 Korintus 4:5-12, kekuatan ini diilustrasikan melalui berbagai cara Allah bekerja dalam hidup orang percaya. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana kekuatan ini dapat dipahami dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari:

 

Pertama, sumber kekuatan: Kristus sebagai sumber Kekuatan (ay. 5). Dalam ayat 5, Paulus menekankan bahwa yang diberitakan adalah Yesus Kristus sebagai Tuhan, bukan diri mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa kekuatan sejati berasal dari Kristus. Kristus adalah sumber kekuatan kita. Ketika kita mengarahkan pandangan kita kepada-Nya, kita menemukan kekuatan yang melampaui keterbatasan kita. Ini berarti kita tidak bersandar pada kekuatan diri sendiri, melainkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Dalam segala hal yang kita lakukan, kita harus memusatkan hati dan pikiran kita pada Kristus. Ketika kita menghadapi tantangan, kita dapat berdoa dan meminta pertolongan-Nya, percaya bahwa Dia akan memberi kita kekuatan yang kita butuhkan.

 

Kedua, kekuatan Terang dalam kegelapan (ay. 6). Ayat 6 berbicara tentang Allah yang memberikan terang dalam hati kita, yang berasal dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Kristus. Kekuatan dari Allah memberikan kita terang di tengah kegelapan hidup. Terang ini adalah pencerahan rohani yang membawa pengertian dan arah dalam hidup kita. Ketika kita berada dalam masa-masa sulit atau kebingungan, kita harus mencari terang Allah melalui doa, pembacaan Firman, dan persekutuan dengan sesama orang percaya. Terang ini akan memberi kita hikmat dan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan hidup kita.

 

Ketiga, kekuatan dalam kelemahan (ay. 7). Dalam ayat 7, Paulus menggambarkan kita sebagai bejana tanah liat yang rapuh, namun di dalamnya terdapat harta yang menunjukkan bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kita sendiri. Kekuatan Allah seringkali dinyatakan dalam kelemahan kita. Kelemahan kita bukanlah halangan bagi Allah untuk bekerja, melainkan justru kesempatan bagi-Nya untuk menunjukkan kuasa-Nya.Alih-alih merasa tidak cukup atau lemah, kita harus menyerahkan kelemahan kita kepada Tuhan dan mengizinkan-Nya untuk bekerja melalui kita. Dalam kelemahan, kita dapat melihat kekuatan Allah yang sejati.

 

Keempat, kekuatan untuk bertahan dalam penderitaan (ay. 8-9). Ayat 8-9 menunjukkan bagaimana Allah memberikan kekuatan untuk bertahan meskipun menghadapi berbagai penderitaan dan kesulitan. Allah tidak selalu menghilangkan penderitaan kita, tetapi Dia memberikan kekuatan untuk menghadapinya tanpa kehilangan harapan atau keyakinan. Dalam masa-masa sulit, kita harus tetap berpegang pada janji-janji Allah. Dengan iman, kita dapat menghadapi tekanan, kebingungan, penganiayaan, dan kejatuhan dengan keyakinan bahwa Allah menyertai kita dan memberi kita kekuatan.

 

Kelima, kekuatan untuk menghidupi kehidupan Kristus (ay. 10-11). Ayat 10-11 menggambarkan bagaimana kita selalu membawa kematian Yesus dalam tubuh kita agar kehidupan Yesus juga menjadi nyata dalam tubuh kita. Kekuatan Allah memungkinkan kita untuk menghidupi kehidupan Kristus, termasuk dalam penderitaan dan pengorbanan, sehingga kehidupan Kristus menjadi nyata dalam kita. Kita dipanggil untuk meneladani Kristus dalam segala hal, termasuk dalam penderitaan. Dengan kekuatan dari Allah, kita dapat hidup dengan cara yang mencerminkan pengorbanan dan kasih Kristus kepada dunia.

 

Keenam, kekuatan untuk menjadi saksi kehidupan di tengah kematian (ay. 12). Ayat 12 menyatakan bahwa meskipun kematian bekerja dalam diri Paulus dan rekan-rekannya, kehidupan bekerja dalam jemaat Korintus. Melalui penderitaan dan kesulitan kita, kehidupan Kristus dapat dinyatakan dan memberikan kesaksian kepada orang lain tentang kuasa Allah. Pengalaman kita, termasuk penderitaan, dapat menjadi kesaksian bagi orang lain. Dengan kekuatan dari Allah, kita dapat menunjukkan kepada dunia bagaimana kehidupan yang dipenuhi dengan iman dan harapan terlihat, bahkan di tengah-tengah kesulitan.

 

Kekuatan yang berasal dari Allah adalah kekuatan yang bekerja dalam kelemahan kita, memberikan terang di tengah kegelapan, memampukan kita untuk bertahan dalam penderitaan, dan menghidupi kehidupan Kristus dalam keseharian kita. Dengan mengandalkan kekuatan ini, kita dapat menghadapi segala tantangan hidup dengan iman dan keberanian, serta menjadi saksi yang hidup tentang kuasa dan kasih Allah kepada dunia di sekitar kita. Mari kita terus mencari dan bergantung pada kekuatan dari Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah kekuatan apakah yang berasal dari Allah untuk kita dapatkan dan lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari? Dalam 2 Korintus 4:5-12, Paulus memberikan gambaran mendalam tentang kekuatan yang berasal dari Allah dan bagaimana kekuatan ini bekerja dalam hidup orang percaya. Berikut adalah uraian tentang kekuatan yang berasal dari Allah berdasarkan ayat-ayat ini:

 

Pertama, kekuatan untuk mengutamakan Kristus (ay. 5): "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus." Kekuatan dari Allah memampukan kita untuk menempatkan Yesus Kristus sebagai pusat pemberitaan kita, bukan diri kita sendiri. Ini mencerminkan kerendahan hati dan pengakuan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan adalah demi kemuliaan Kristus, bukan untuk kepentingan pribadi. Dalam dunia yang sering kali berfokus pada pencapaian dan kehebatan individu, kekuatan dari Allah mengubah fokus kita untuk memberitakan Kristus. Ini berarti bahwa dalam segala hal yang kita lakukan, baik itu pelayanan, pekerjaan, atau kehidupan sehari-hari, kita dipanggil untuk mengutamakan Kristus dan memuliakan-Nya.

 

Kedua, kekuatan untuk menerima Terang di tengah kegelapan (ay. 6). "Sebab Allah yang telah berfirman: 'Dari dalam gelap akan terbit terang!', Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus." Allah memberikan terang-Nya di dalam hati kita, menerangi kita di tengah kegelapan hidup. Terang ini adalah pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang terlihat dalam Yesus Kristus. Dalam hidup, kita sering menghadapi masa-masa kegelapan, baik itu dalam bentuk masalah, ketidakpastian, atau penderitaan. Kekuatan dari Allah memberikan kita terang yang membimbing dan memberi harapan. Terang ini bukan hanya memberikan jalan keluar, tetapi juga membawa kita lebih dekat pada pengenalan akan kemuliaan Allah.

 

Ketiga, kekuatan yang melimpah-limpah dalam kelemahan (ay. 7). "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." Kita adalah bejana tanah liat yang rapuh, tetapi Allah telah menempatkan harta yang luar biasa di dalam kita. Ini menunjukkan bahwa kekuatan yang kita miliki adalah dari Allah, bukan dari diri kita sendiri. Bejana tanah liat menggambarkan kerapuhan dan kelemahan kita sebagai manusia. Namun, Allah memilih untuk menempatkan kekuatan-Nya dalam kita yang lemah ini agar kemuliaan-Nya nyata. Kekuatan yang melimpah-limpah ini memampukan kita untuk menghadapi segala tantangan dengan keyakinan bahwa Allah yang bekerja dalam dan melalui kita.

 

Keempat, kekuatan untuk bertahan dalam penderitaan (ay. 8-9). "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan, namun tidak binasa." Allah memberikan kekuatan untuk bertahan dan tidak menyerah dalam berbagai penderitaan dan kesulitan. Meskipun menghadapi berbagai tekanan, kita tidak hancur karena kekuatan Allah yang menopang kita. Ayat-ayat ini menggambarkan berbagai bentuk penderitaan yang mungkin kita alami: ditindas, habis akal, dianiaya, dan dihempaskan. Namun, dalam semua situasi ini, kekuatan dari Allah menjaga kita agar tidak terjepit, tidak putus asa, tidak ditinggalkan sendirian, dan tidak binasa. Ini adalah penghiburan besar bagi orang percaya, bahwa di tengah penderitaan, Allah selalu menyertai dan menguatkan kita.

 

Kelima, kekuatan untuk menghidupi kehidupan Kristus (ay. 10-11). "kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini." Kekuatan Allah memungkinkan kita untuk menghidupi kehidupan Kristus, meskipun kita menghadapi kematian dan penderitaan. Kehidupan Yesus menjadi nyata dalam tubuh kita yang fana. Membawa kematian Yesus berarti kita mengalami penderitaan dan pengorbanan seperti yang Yesus alami. Namun, melalui ini, kehidupan Yesus juga dinyatakan dalam kita. Ini adalah panggilan untuk hidup seperti Kristus, dalam pengorbanan dan kasih, yang membawa kesaksian kepada dunia tentang kuasa kebangkitan-Nya.

 

Keenam, kekuatan untuk menghadirkan kehidupan di tengah kematian (ay. 12). "Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu." Meskipun Paulus dan rekan-rekannya menghadapi kematian dan penderitaan, kehidupan Yesus giat bekerja di dalam mereka untuk memberikan hidup kepada orang lain. Ayat ini menekankan paradoks kehidupan Kristen, di mana melalui penderitaan dan kematian, kehidupan dan kuasa Allah dinyatakan. Penderitaan yang dialami Paulus bukan tanpa tujuan, melainkan untuk membawa kehidupan rohani bagi orang lain. Kekuatan dari Allah memampukan kita untuk menjadi saluran kehidupan bagi orang lain, meskipun kita sendiri menghadapi kesulitan.

 

Dalam 2 Korintus 4:5-12, kita melihat berbagai aspek kekuatan yang berasal dari Allah. Kekuatan ini bukan hanya untuk mengatasi tantangan, tetapi juga untuk memuliakan Kristus, membawa terang di tengah kegelapan, menunjukkan kemuliaan Allah dalam kelemahan kita, bertahan dalam penderitaan, menghidupi kehidupan Kristus, dan menghadirkan kehidupan di tengah kematian. Dengan memahami dan mengandalkan kekuatan ini, kita dapat menjalani hidup yang memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi orang lain.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu I Setelah Trinitatis ini? Ketika kita merenungkan topik “Kekuatan Berasal dari Allah” berdasarkan 2 Korintus 4:5-12, ada beberapa aspek penting yang perlu kita refleksikan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Ayat-ayat ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana kekuatan Allah bekerja dalam kelemahan kita dan bagaimana kita harus meresponsnya. Berikut adalah beberapa poin refleksi yang dapat kita ambil:

 

Pertama, fokus pada Kristus dan bukan pada diri sendiri. "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (ay. 5). Apakah hidup dan pelayanan kita berpusat pada Kristus atau pada diri kita sendiri? Kita harus selalu mengingat bahwa tujuan utama kita adalah memberitakan Kristus dan memuliakan-Nya, bukan untuk mencari pujian atau pengakuan untuk diri sendiri. Bagaimana kita dapat lebih fokus pada Kristus dalam kehidupan sehari-hari?

 

Kedua, Terang Allah dalam kegelapan. "Sebab Allah yang telah berfirman: 'Dari dalam gelap akan terbit terang!', Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita" (ay. 6). Dalam masa-masa kegelapan atau tantangan, apakah kita mencari terang dari Allah? Terang Allah memberikan kita pengertian tentang kemuliaan-Nya dan membimbing kita melalui kesulitan. Apakah kita membuka hati kita untuk menerima terang ini dan membiarkannya mempengaruhi tindakan kita?

 

Ketiga, mengakui kerapuhan dan keterbatasan kita. "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami" (ay. 7). Apakah kita menyadari dan mengakui kelemahan kita? Sebagai bejana tanah liat, kita rapuh dan terbatas, tetapi justru dalam kelemahan inilah kekuatan Allah menjadi nyata. Bagaimana kita dapat lebih mengandalkan kekuatan Allah daripada kekuatan kita sendiri?

 

Keempat, bertahan dalam penderitaan dengan kekuatan dari Allah. "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan, namun tidak binasa" (ay. 8-9). Bagaimana kita merespons penderitaan dan tantangan dalam hidup? Apakah kita putus asa atau tetap berharap pada Allah? Kekuatan Allah memampukan kita untuk bertahan dalam segala situasi. Apakah kita mencari kekuatan ini dalam saat-saat sulit?

 

Kelima, menghidupi kehidupan Kristus dalam keseharian. "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami" (2 Kor. 4:10). Apakah kehidupan kita mencerminkan kehidupan Kristus? Menghidupi kematian Yesus berarti mengalami penderitaan dan pengorbanan, tetapi juga berarti menghidupi kebangkitan dan kuasa-Nya. Bagaimana kita dapat lebih meneladani Kristus dalam tindakan dan sikap kita sehari-hari?

 

Keenam, menjadi saksi kehidupan di tengah kematian. "Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu" (ay. 12). Dalam menghadapi kematian dan penderitaan, apakah kita menjadi saksi kehidupan Kristus bagi orang lain? Penderitaan yang kita alami dapat menjadi kesaksian tentang kekuatan dan kasih Allah yang membawa kehidupan. Bagaimana kita dapat menggunakan pengalaman kita untuk menguatkan dan memberkati orang lain?

 

Refleksi dari 2 Korintus 4:5-12 mengajak kita untuk mengakui kelemahan kita, mengandalkan kekuatan Allah, dan menjadikan Kristus sebagai pusat hidup kita. Kekuatan Allah bekerja melalui kelemahan kita, memberikan kita terang di tengah kegelapan, dan memampukan kita untuk bertahan dalam penderitaan. Karena itu, dengan hidup dalam kekuatan ini, kita dapat menjadi saksi tentang kuasa dan kasih Allah yang mengubah hidup. Mari kita terus merenungkan dan mengaplikasikan kebenaran ini dalam setiap aspek kehidupan kita. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!