IMAN YANG MENGHASILKAN BUAH YANG BAIK
I. Pendahuluan
Banyak ahli PB menyetujui bahwa Yakobus saudara Tuhan Yesus adalah kepala jemaat Kristen di Yeruslem yang menulis surat ini. Ia akan dikagumi dan dihormati semua orang (Gal. 2:12). Isi surat ini adalah mencerminkan bahwa penulisnya adalah orang Yahudi, karena ia banyak sekali mengutip PL, yang diduga akrab dengan kitab-kitab Ibrani (bnd. 1:1) kedua belas suku di perantauan, dan anak sulung (1:18). Ia mengirim surat ini kepada kedua belas suku yang di perantauan yaitu orang Yahudi Kristen. Keadaan jemaat yang tidak menunjukkan kerukunan sejati, yang membuat sikap yang memisah-misahkan diri (bnd. 2:1). Karena ia banyak sekali mengutip PL, yang diduga akrab dengan kitab-kitab Ibrani (bnd 1:1), fitnah, iri hati, dan dusta (bnd 3:14) dan kebencian (bnd 4:2). Pembaca kitab Yakobus adalah kedua belas suku yang tersebar di perantauan.
II. Penjelasan ayat
Dengan memperhatikan perikop ini maka kita dapat melihat bahwa orang beriman itu harus memiliki keistimewaan dibandingkan dengan orang yang tidak beriman, yaitu:
2.1. Memiliki Iman yang mendatangkan kebahagaiaan
Para pembaca kitab Yakobus mengalami banyak pencobaan terutama di bidang ekonomi dan sosial (bnd. Yak. 1:9-10) ada yang miskin dan yang kaya, tentu akan berdampak pada kehidupan masyarakat. Bisa juga kesulitan yang mereka alami adalah akibat dari kurangnya penerimaan masyarakat di sekitar mereka sehingga mereka difitnah diejek dan dianiaya, tetapi mungkin juga karena mereka ditimpa kemiskinan (Yak. 2:1-13, 5:1-6) dan penyakit (Yak 5:14-15). Namun sebagaimana biasanya pergumulan jemaat mula-mula maka dapat dikatakan juga bahwa pencobaan adalah karena mereka beriman kepada Allah dan Tuhan Yesus Kristus. Sehingga karena mereka beriman akan mengalami pergumulan hidup menghadapi berbagai macam tantangan yang datang dari dunia sekitar karena perbedaan agama (keyakinan), kebudayaan dan pengetahuan.
2.2. Memiliki Iman yang mendatangkan ketekunan
Mereka yang harus mengalami pencobaan ini diajak untuk menerima pencobaan itu dengan gembira, karena pencobaan itu mengandung ujian terhadap iman untuk menghasilkan kemurnian dan keteguhan. Beriman bukan saja menerima yang enak-enak seperti bersukacita, berbahagia, atau tanpa tantangan. Bila demikian iman itu akan bertumbuh dengan rapuh dan akan cepat dan hilang. Iman yang dibangun berbagai persoalan hidup akan membentuk iman yang tahan uji, kokoh dan tumbuh serta berbuah. Dalam arak-arakan panjang perjalanan gereja, selalu berhadapan dengan tantangan hidup. Namun demikian halnya gereja tidak boleh membiarkan terang kebenaran padam sekali pun banyak tantangan. Justru semakin banyak tantangan ketegaran dan kemurnian iman semakin nyata ditunjukkan. Orang percaya tidak boleh larut dalam pencobaan, tetapi ia akan memenangkannya dengan bersukacita dalam kemenangan Kristus. Kemenangan itu telah nyata dalam karya Roh Kudus yang memberikan penghiburan dan pertolongan terhadap orang percaya. Jadi dengan adanya pencobaan maka nyata jelas pertolongan Tuhan diterima oleh orang beriman.
2.3. Memiliki Iman yang mampu menghadapi tantangan
Penulis mengajak agar bertekun dalam pencobaan, ini menunjuk pada upaya yang bersengaja dari orang beriman itu harus nyata. Ia tidak boleh memiliki kepercayaan yang rapuh. Artinya ia harus memiliki iman yang terus-menerus berusaha menuju kematangan iman yang dalam dirinya. Ia tidak boleh terpengaruh pada godaan dunia ini yang cenderung mengajak manusia pada hidup yang beriorentasi kepada kenikmatan semu atau sementara saja. Tetapi dengan mengharapkan pertolongan Allah ia berjuang untuk tidak tergoda kepada usaha yang memiliki harta kekayaan dan tingginya status sosial.
Dengan bersikap seperti itu maka orang beriman itu bertumbuh menuju pada kesempurnaan hidup di mana ia akan mengenal betapa besarnya pertolongan Allah dalam hidupnya yang menjadikan ia beriman. Ia tidak merasa kehilangan kebahagiaan walaupun orang beriman itu akan menjalani proses menuju hidup yang benar dan sempurna dengan pencobaan yang ada. Orang beriman tidak hidup dengan penuh semangat dan harapan bahwa hari ini akan lebih baik dari hari kemarin dan hari esok akan lebih baik dari hari ini. Jadi iman itu hidup dan bertumbuh dengan kuasa dari Allah menuju pada kesempurnaan.
2.4. Memiliki Iman yang membuahkan hikmat
Hikmat adalah hal yang praktis yang dilakaukan untuk mengambil keputusan yang jitu, hikmat yang benar ada dalam Alkitab adalah pemberian Tuhan (2 Taw 1:10-12; Efs. 1:17). Hikmat ini akan diberikan oleh Allah dengan murah hati, artinya diberikan dengan utuh dan bulat dengan sesungguhnya. Sehingga dengan hikmat yang diberikan itu orang beriman juga dimampukan untuk memiliki sikap kerelaan memberi (bnd. Mat 7:7-12; Ul. 15:10). Dengan hikmat maka orang percaya akan mampu menjawab kebenaran iman yang diberikan Tuhan kepadan-Nya. Allah memberikan hikmat (sifat yang ingin memiliki pengetahuan dan melakukannya) kepada orang percaya. Orang beriman harus memohon kekuatan dari Allah untuk memiliki hikmat ini sehingga pada akhirnya tidak ada orang yang bermegah kepada dirinya sendiri ketika ia dapat memiliki hikmat itu, tetapi akan senantiasa memuliakan Allah yang memberi hikmat itu.
2.5. Memiliki Iman yang teguh dan tidak bimbang
Hanya dengan permohonan kepada Allah saja kita mendapat pertolongan dalam hidup ini. Permohonan yang diajukan hendaklah dengan iman artinya dalam doa itu kita harus menunjukkan kesungguhan kita, berdoa dengan sepenuh hati. Allah tidak menginginkan ada orang yang memiliki hati yang mendua. Kita harus percaya sepenunya kepada Allah saja. Dengan percaya kepada-Nya bahwa Ia akan mewujudkan doa kita dengan rencana-Nya, maka kita akan jauh dari sikap hati yang kacau. Kita akan menunjukkaan sikap berdoa yang benar terhadap Tuhan kita yang penuh kuasa dan keteraturan, sehingga dengan sikap seperti itu maka sukacita akan senantiasa memenuhi hidup kita. Jadi dalam memohon, kita harus jelas menunjukkan siapa Allah yang kita puji. Tanpa iman yang teguh dan utuh kepada Allah saja maka kita akan terombang-ambing oleh pencobaan dunia yang terus menerus semakin dasyat. Lex orandi lex credendi lex preprendi, artinya dari doa kita diketahui siapa yang kita percayai dan dari situ juga akan terlihat bagaimana kita bertindak dalam hidup sehari-hari. Bila kita berseru kepada Allah yang berkuassa atas dunia ini maka kita mempercayai-Nya dan kita akan beribadah kepada-Nya dan dengan tuntutannya kita akan menujukkan sikap hidup yang dikehendaki-Nya.
III. Aplikasi/penerapan
Sepanjang sejarah bahwa gereja yang di dalamnya orang-orang percaya kepada Yesus Kristus selalu menghadapi persoalan-persoalan hidup yang dapat mencobai imannya. Pertanyaan yang sering muncul adalah dengan apa dan kuasa siapa orang percaya (orang beriman) agar dapat menghadapi persoalan hidup yang muncul dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia yang hidup dalam masyarakat dan gereja, sebagai mahluk individu, sosial, religi dan berbudaya. Hanya dengan beriman kepada Allah dan mempercayainya dengan sungguh-sungguh setiap orang dapat bersukacita (berbahagia). Percayalah kepada Yesus maka kamu dan seisi rumahmu akan diselamatkan. Dan perbuatlah yang baik kepada semua orang Amin
Pdt.Pahala J.Simanjuntak,MTh