Jumat, 01 November 2013

Renungan Hari ini: Yehezkiel 36:26

widgeo.net
 
Renungan hari ini:
Yehezkiel 36:26 "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat."

Ezekiel 36:26 "And I will give you a new heart and put a new spirit in you: I will take away the heart of stone from your flesh, and give you a heart of flesh."

Kita telah memasuki Nopember 2013. Itu berarti tinggal dua bulan lagi berakhirlah pejiarahan kita di tahun ini. Memasuki bulan baru ini kita dijanjikan TUHAN akan memberikan HATI dan ROH yang BARU. Perkataan ini bukan berarti di dalam tubuh kita akan ada roh dan hati yang baru menggantikan yang lama. Yang terjadi adalah roh dan hati kita tetap yang lama namun cara kerja dan pengabdiannya semakin berkualitas. Roh dan hati yang berkualitas akan membaharui pola pikir, tindak dan laku kepada TUHAN dan sesama manusia.

Dengan roh dan hati yang berkualitas maka hidup kita terhindar dari sikap hati yang KERAS tetapi hatinya dipenuhi KETAATAN kepada perintah TUHAN. Hati yang keras akan menimbulkan penyakit seperti lever, batu dalam empedu, kanker, dll. Tetapi hati yang TAAT akan menyembuhkan diri dan memuliakan TUHAN.

Selamat berkarya untuk TUHAN
 
BEAM. 276 : 1- 4 “ Hu Somba Ho Tuhan “
Hu somba Ho Tuhan, tangihon au Roha-Mu ma tongtong, pasaut tu au
Sai mur tamba i ma, holong ni rohangki, anso tongtong holong tu Ho
ü                        
Taran na lilu au dao sian Ho, sai dilului Ho au laing dumpang do
Hara ni holong do, rohangkinon di Ho, sai mur tambai holong tu Ho
ü                        
ü                       Dompak  tarsosak au na hancit do, Ho mangapoi au, tu Ho au ro
                Haposanki do Ho, Ho Sipangolu do, sai mur tambai holong tu Ho

                Muda dung dumpang ma ro adamki ; Asi ma roha-Mi di tondingki
                Sai jop do rohangki, marnida bohi-Mi ; Di lambung-Mi di Surgo i
 

Renungan hari ini: Roma 1:17

widgeo.net
 
Renungan hari ini:
Roma 1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Romans 1:17 For in it there is the revelation of the righteousness of God from faith to faith: as it is said in the holy Writings, The man who does righteousness will be living by his faith.

Hari ini kita mengenang 496 tahun Reformasi Martin Luther di Jerman. Reformasi ini menimbulkan pertikaian antara Gereja Katolik Roma (GKR) dengan Protestan. Kedua Gereja ini saling mengutuk. Jika umat Katolik menikah dengan Protestan, maka Gereja Katolik akan mengeluarkan mereka dari Gereja. Begitu juga sebaliknya. Perseteruan ini berlangsung hingga lima abad lamanya.

Perseteruan ini mulai dibahas agar tidak lagi saling MENGUTUK sejak Konsili Vatikan II. Dialog yang intensif dilakukan demi untuk mengakhiri perseteruan ini. Akhirnya, pada 31 Oktober 1999 di Augsburg, GKR dan Lutheran (baca: Protestan) menandatangani sebuah dokumen yakni "DEKLARASI BERSAMA TENTANG AJARAN PEMBENARAN". Inti dari deklarasi ini adalah kedua Gereja MENGAKHIRI KUTUKAN di antara kedua belah pihak.

Selamat merayakan Reformasi

Kamis, 31 Oktober 2013

Hatorangan ni Sibasaon Minggu, 01 Desember 2013: Roma 15 : 4-13

widgeo.net



I.                    Muasal
Melatarbelakangi keperbedaan yang begitu kentara pada jemaat Roma, menjadikan Paulus menjelaskan lebih tegas nilai-nilai  keberadaan mereka sebagai jemaat yang bertumbuh Pusat  Pemerintahan, dengan bercorak ragam kehidupan “pluralism” dan pengetahuan yang sangat luas, lebih memperjelas pengajaran dan dogma pada jemaat Roma, pentingnya kesatuan dalam keberagaman agar mampu menunjukkan corak yang berbeda dengan masyarakat sekitar dengan kehidupan keberagamaannya, bahwa jemaat Roma “Inklusif”, penerimaan bagi semua fihak tidak melihat kepada satu budaya atau pemikiran keagamaan yang sempit. Paulus mengutip beberapa nats penguatan dari Ul 22:43 (ay.10), Mzm 117:1 (ay.11) dan Jes 11:10 (ay.12), tentang bangsa-bangsa yang akan datang bermazmur dan memuliakan TUHAN. Menyatakan TUHAN adalah milik segala bangsa di dunia dan tidak dibatasi oleh ruang, gerak, pemikiran manusia dan ajaran kebudayaan dan pengetahuan yang berkembang saat itu.

II.                  Jendela Firman
Secara keseluruhan nats ini tidak bisa dilepaskan dari ayat sebelumnya, menyangkut yang kuat dan yang lemah, keperbedaan yang mencolok di dalam jemaat begitu terasa, tetapi janganlah hendaknya itu melemahkan tetapi justru menjadi sumber kekuatan yang besar bagi jemaat tersebut, itu sebabnya dinyatakan pada prikof ini adanya KERUKUNAN ‘ay.5’ yang didasari pada dan oleh pengharapan dengan menjalaninya dengan ketekunan, karena ketekunan merupakan sebuah dasar dari keberimanan berpengharapan yang berkelimpahan, "Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan sesuatu apapun." (Yakobus 1:3-4).

Hal lain yang hendak Paulus  menekankan bahwa Firman yang dinyatakan dahulu menjadi dasar untuk memberitakan pada masa sekarang, dan peluang besar untuk menyatakan pengharapan tidak boleh ada putus-putusnya untuk menuju sebuah kepastian pada TUHAN YESUS, Roma 12:12, "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa,"  tentu semua menghadapi tantangan besar, tapi Tuhan Yesus tidak mencari kesenangan sendiri tetapi justru meninggalkan keagunganNYA  demi untuk menyelamatkan manusia dari keberdosaannya. Tuhan tidak memilih-milih tetapi adalah seluruh bangsa, itu sebab akan sangat banyak tantangan yang dihadapi, sehingga sangat diperlukan kesatuan hati dan kesatuan suara ‘ay.6’ untuk memberitakan Amanah Agung Tuhan Yesus untuk menyelamatkan dunia tanpa terkecuali, sehingga tidaklah ada yang mendasari kita jadi berbeda atau bercorak dalam pemberitaan tersebut, apalagi dengan pengesahan akan bersunat dan tidak bersunat, penekanan kepada yang bersunat hal pemberitaan yang dinyatakan Tuhan Yesus hanyalah mengokohkan apa yang telah mereka yakini ‘ay.8’ dengan pengharapan yang telah terjawab dalam diri Tuhan Yesus, bukanlah menjadikan mereka yang bersunat menjadi prioritas utama mendapatkan keselamatan yang disediakan TUHAN YESUS, karena keselamatan harus sampai ke seluruh bangsa-bangsa “DUNIA”,tanpa dibatasi dengan bersunat dan tidak bersunat, Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah ‘ay.7 ’, adanya kesamaan dalam menjalankan tugas pemberitaan tersebut,  dengan saling menerima, langkah ini juga dikumandangkan oleh PGI dalam satu poin Lima Dokumen Keesaan Gereja (LDKG), yakni Piagam Saling Menerima dan Saling Mengakui, “walau itu mungkin hanya slogan atau seruan”, tidak ada yang perlu diperdebatkan bagi tugas pelayanan yang telah diembankan. Dengan saling menerima dan mengakui inilah adanya kesamaan derajat dalam iman kepercayaan, bukan disebabkan hal lain yang justru mendiskriminasi orang lain, untuk mewatrtakan keselamatan bagi seluruh bangsa-bangsa, denominasi gereja dan  banyaknya gereja-gereja yang menonjolkan kedaerahannya sehingga orang percaya lebih meyakini Gereja tempatnya bernaung dan juga yang bersifat kedaerahan daripada pemberitaan keselamatan dari Kristus Yesus,

Pengakuan kebersamaan dalam kesatuan seperti yang diinginkan oleh Tuhan Yesus dalam doa-Nya pada Yohanes 17, merupakan salah satu jawaban dalam semangat pemberitaan Keselamatan,  sehingga penjabaran dari apa yang dinyatakan bangsa-bangsa akan Memuliakan Allah ‘ay.9’ oleh karena rahmat-Nya, adalah dengan melihat kesatuan tubuh Kristus yang bergerak bersama dan beriringan oleh karena rahmat-Nya menjadi contoh yang realistis. Ungkapan bangsa-bangsa berduyun-duyun untuk Memuliakan TUHAN di gunung TUHAN (Bdg Jes. 2:1-5), tidak tertahan seluruh bangsa untuk meninggikan dan memuliakan-Nya ‘ay. 11 – 12’, ‘biarlah’ adalah buah ketika kesatuan pemberitaan keselamatan dikumandangkan dengan prilaku kehidupan orang percaya dalam mengaplikasikan berita keselamatan yang telah didapatnya.

Pengharapan yang hidup, gambaran yang diutarakan Jesaya 11 : 10  ‘lihat ay.12’, bahwa penantian panjang akan memperoleh jawaban karena ketekunan orang-orang percaya menantikan-Nya, karena hanya dengan Dialah pemerintahan akan berjalan dalam Kebenaran, dan seluruh bangsa juga menaruh harap yang besar oleh karena orang percaya senantiasa berjalan dalam pengharapan seiring dengan ketekunannya, dari keturunan ke keturunana dari abad ke abad, tidak putus-putusnya, dan pada akhirnya semua bangsa memahami bahwa Tuhanlah yang menjadi sumber pengharapan orang percaya. Sungguh nyata bahwa pengharapan dikuatkan oleh kekuatan Roh Kudus yang senantiasa menyertai orang-orang percaya, sehingga pengharapan yang dipegang teguh menghasilkan kelimpahan yang luarbiasa.

III.                Aplikasi
Bukanlah pekerjaan mudah hidup untuk saling menerima, memiliki nilai kesatuan dalam pemberitaan keselamatan, karena pada hakekatnya manusia memiliki nilai persaingan dalam segala bidang dan pembenaran akan diri serta ajaran yang dibawakannya, sehingga tidak mengherankan gereja-gereja banyak yang terjebak dalam arus ini, sehingga berita keselamatan tidak sampai-sampai ke seluruh dunia, karena pemberitaan di internal orang percaya “gereja” sendiripun kurang mendarat.

Diingatkan kembali bahwa pemberitaan dalam kesatuan, bukanlah usaha manusia tetapi karena rahmat-Nya, sehingga tidak ada yang perlu dipersukar dalam pemberitaannya. Kristus Juruselamat itulah kepastiannya,  menjadi HEAD LINE kehidupan orang percaya, bukan hanya karena ajaran dan dogma tetapi adalah aplikasi kehidupan orang percaya yang perlu diubah, karena dengan prilaku keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, adalah yang berpengharapan, merendahkan diri, mengorbankan diri, mengampuni, peduli kehidupan sosial, menjadi bagian yang terutama bagi penyelenggaraan kebersamaan bersatu dalam pemberitaan keselamatan.

Sudahkah kita memahami bahwa keselamatan itu bukanlah untuk kita saja, tetapi adalah untuk seluruh dunia, berlakulah sebagai orang yang senantiasa berpengharapan dalam ketekunan maka seluruh bangsa akan datang dan tidak akan terhambat oleh kekuatan apapun untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Haleluya. Selamat Advent I.



Pdt. S.A. Sigalingging, S.Th
Praeses Distrik I Angkola Mandailing

Jamita Minggu, 01 Desember 2013: Yesaya 2 : 1 – 15

widgeo.net

I.                    Muasal
Nabi Jesaya bekerja abad ke 8 bersama dengan nabi Amos, Mikha, memandang secara bersama-sama dan dengan ungkapan-ungkapan yang sangat keras untuk mengingatkan bangsa itu untuk kembali pada jalan yang telah ditemtukanNya. Jesaya memulai dengan ungkapan pengkhainatan yang dilakukan bangsa Israel (1:2-9), Tuhan tidak pernah mau menerima persembahan berbentuk apapun, bahkan ketika mereka berseru memanggil nama-Nya Tuhan tidak mendengarkannya sama sekali karena ketidakadilan dan penindasan terjadi dalam seluruh aspek kehidupan bangsa Israel (1:10-17), sehingga Tuhan mengajukan perkara bagi bangsa-Nya (1:18), keadaan yang sungguh sangat memprihatinkan.

II.                  Jendela Firman
Ini kondisi Jehuda dan Jerusalem melalui penglihatan Jesaya, akan terjadi perubahan yang sangat frontal dari apa yang terjadi pada saat pemberitaan ini dinyatakan, Jesaya sangat kentara menyoroti: yang pertama, Hidup bersama dengan Tuhan “Peribadatan”, kesalehan hidup (ay.2-3). Bercampurbaurnya suku bangsa oleh karena pasar bebas yang telah diberlakukan bangsa semit ketika itu menyebabkan masuknya keberagaman agama dan kepercayaan, sekaligus mempengaruhi keberimanan dan peribadahan bangsa Israel. Penegasan yang dinyatakan oleh nabi Jesaya adalah bahwa TUHAN yang diimani oleh bangsa Israel jauh lebih tinggi kedudukannya dari allah-allah yang disembah bangsa lain, bahkan seluruh bangsa-bangsa akan datang berduyun-duyun ke Bukit Zion untuk menyembah TUHAN Israel oleh karena berada di Hulu ‘terpampang dengan sangat jelas’, diantara gunung-gunung, menjulang tinggi  diantara bukit-bukit, ada perbedaan pola hidup yang berbeda antara penganut agama bangsa sekitarnya dengan yang percaya kepada TUHAN Israel, dituntut kesalehan bangsa Israel untuk menjadi suri teladan bagi bangsa-bangsa lain sehingga seluruh bangsa melihat kebenaran pangajaran Tuhan dan datang berduyun-duyun menghadap takhta-Nya, bukankah seruan mereka sangat jelas: “Mari, kita naik ke  gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub…..” merupakan kerinduan yang dalam karena kebaikan, berkat anugerah dan kebenaran yang telah dinyatakan TUHAN dan sekaligus dipraktekkan bangsa pilihan-Nya dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, sehingga pasar bebas ketika itu adalah peluang besar untuk menyatakan kebesaran dan keagungan TUHAN, melalui pengajaran dan hidup dalam kesalehan, Kerinduan bangsa lain adalah dengan memperhatikan betapa jauh berbedanya ajaran TUHAN yang dianut bangsa Israel dengan allah-allah mereka, sehingga jauh-jauh menempuhnya hanya hendak mendengar Firman dan pengajaran yang dari TUHAN ‘luarbiasa’, Hal kedua: Menonjolkan aspek Perdamaian (ay.4), Ketidakadilan hidup dan hukum, perampasan hak, menggunakan kekuasaan, pemodal besar, penindasan adalah prilaku hidup bangsa Israel saat Jesaya memperingatkan mereka, bangsa pilihan TUHAN menjadikan kebanggaan yang menyesatkan, sehingga gerakan kekuatan militer mereka pada akhirnya justru akan menghancurkan mereka sendiri, “Tuhan yang menjadi hakim”, yang memberikan keadilan dengan kebenaran-Nya, bangsa lainlah yang merindukan dari gunung Sion akan terpancar kekuatan yang besar oleh karena Firman dan pengajaran-Nya yang penuh dengan keadilan dan kebenaran. Buah dari perdamaian itu adalah a. PEDANG menjadi MATA BAJAK, b. TOMBAK menjadi PISAU PEMANGKAS, c. Tidak mengangkat pedang, d. Tidak belajar perang. Memberi makna bahwa seberat apapun kesalahan, persoalan yang ditanggungkan  dari dan pada bangsa-bangsa, bila polanya adalah seperti yang dinyatakan diatas maka perdamaian akan segera terwujudkan. Bangsa Israel menjadi penasehat yang selalu membawa perdamaian, ada jalan keluar yang ditentukan dengan keempat pola tersebut, mempersempit persoalan-persoalan, mengarah untuk hidup penuh kesejahteraan, tidak dengan angkat senjata atau melakukan invasi, karena seluruh persoalannya Tuhan yang menjadi hakim bagi seluruh bangsa-bangsa. Hal ketiga: Ajakan berjalan dalam terang TUHAN  (ay. 5), Menjadi terang TUHAN adalah berjalan dalam kegelapan yang menyelimutinya, karena bangsa keturunan Yakub adalah yang memahami sejarah penyertaan dan berkat TUHAN dalam hidupnya dan mampu mengabdikannya.  Dalam penyelenggaraan olahraga OLYMPIADE,  Api Olympiade  sebagai mula diselenggarakannya kegiatannya, api tersebut dibawa dengan memakai obor oleh para pelari-pelari pilihan dari Yunani menuju Negara tempat penyelenggaraannya melewati banyak kota dan bangsa, maka api itu sangat menonjol kelihatan nyalanya dan sambutan masyarakat terhadap yang membawanya adalah malam hari, ketika kegelapan menyelimutinya.  Fungsi terang sangat nyata ketika dia berada dalam kegelapan, sehingga Jesaya kembali menekankan hal tersebut (60:1, Bangkit dan menjadi teranglah). Berjalan dalam terang TUHAN, memaknai hidup bersama dengan TUHAN dan menjadi teladan karena bermuara dari TUHAN.

III.                Aplikasi
Peribadatan saat ini dirancang lebih banyak memuaskan mata, telinga serta emosional imaniah, sehingga tidaklah mengherankan bila pada akhirnya kebanyakan peribadahan hanya menjadi symbol pernyataan seakan hidup berjalan dengan TUHAN dan dalam kesalehan, (Gereja Pentakostal dan Kharismatik mendengar khotbah dengan pandangan tegas dan jawaban antusias, tetapi pulang tidak seperti yang diharapkan, Gereja Kesukuan ketika mendengar khotbah lebih banyak tidurnya atau bermain HP ‘entah apa yang dikerjakannya’), tetapi secara mendasar penerapannya masihlah menonjolkan keegoisannya, sehingga makna hidup yang sesuai dan dituntut TUHAN jauh dari yang diharapkan, menjadi berkat bagi orang lain dan banyak bangsa bukanlah pekerjaan dengan kemampuan sendiri, perlu penegasan apakah teranr TUHAN ada dalam perjalanan hidup keturunan Yakub, orang-orang yang percaya. Mewartakan Terang TUHAN adalah pola hidup TUHAN ada bagi kita, membawa damai, membalikkan pandangan umum dalam penyelesaian masalah, menjadi tiang utama dalam penegakan kebenaran TUHAN, sehingga bangsa-bangsa berduyun-duyun datang menyembah TUHAN dan mendengarkan pengajaran-Nya. Halleluya selamat ber Advent I.




Pdt. S.A. Sigalingging, S.Th
Praeses Distrik I Angkola Mandailing