Sabtu, 13 November 2010

Renungan: PENGUASAAN DIRI Galatia 5 : 16 – 26; Amsal 16:32

widgeo.net
PENGUASAAN DIRI
Galatia 5 : 16 – 26; Amsal 16:32



I.       Pendahuluan

Dunia sekarang adalah dunia yang bermasalah dengan penguasaan diri karena dunia ini dikuasai oleh hawa nafsu. Jadi tidak mengagetkan jika dunia ini juga menjadi dunia yang menakutkan. Dalam Galatia 5:16-26, Paulus berbicara tentang roh dan daging. Konsep Paulus yaitu antara roh dan daging adalah sebuah pilihan.
Perjalanan hidup kita memberi kesempatan pada kita untuk memilih apakah kita mau hidup dalam roh atau hidup dalam daging. Keinginan daging dan keinginan roh selalu berlawanan karena keduanya bertentangan (berasal dari sumber yang berbeda).
Alkitab tegas berkata bahwa yang hidup dalam daging tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tetapi hidupnya bisa saja kaya, sukses, dikenal, kelihatannya bahagia, beragama bahkan bisa juga aktif dalam pelayanan. Satu hal yang dia tidak bisa raih adalah mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Sedang untuk bisa hidup dalam roh, kita harus bisa menyalibkan daging dengan segala keinginannya dan ini yang akan memperoleh tempat dalam Kerajaan Allah.
Hidup oleh Roh adalah pengalaman satu kali tetapi hidup dipimpin oleh Roh adalah pengalaman setiap hari. Persoalan yang terjadi dengan banyak orang, mereka hidup oleh Roh tetapi tidak dipimpin oleh Roh. Jadi orang yang hidup oleh Roh bisa saja gila hormat.
Dalam Amsal 16:32 dikatakan tentang 2 hal: pertama, orang yang sabar melebihi pahlawan, dan kedua, orang yang menguasai diri melebihi orang yang merebut kota. Mengapa orang sabar bisa melebihi pahlawan? Pahlawan mempunyai 2 pilihan yaitu merdeka atau mati tetapi orang sabar tidak mempunyai 2 pilihan tetapi orang sabar pasti merdeka. Orang yang sabar pasti selalu menang, ketika menerima masalah dan sudah tidak dapat menanggungnya dia serahkan kepada Tuhan. Setiap bangsa Israel merebut kota pasti ada korban. Tetapi penguasaan diri selalu membawa kita dalam kemenangan tanpa korban.
Ada 2 pandangan (secara theologi) tentang kehidupan: (a) Dichotomy : Manusia terdiri dari tubuh (yang kelihatan) dan jiwa dan roh (yang tidak kelihatan), dan (b) Trichotomy : Manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Jiwa adalah “The real man”; dipengaruhi oleh Tubuh dan Roh. (Jiwa bisa diibaratkan seperti seorang gadis cantik yang dapat diperebutkan oleh 2 orang pria).
Keberadaan kita sangat dipengaruhi dengan “siapa” yang paling mempengaruhi. (bnd Itim. 4:7; I Kor. 9:27). Jika tubuh mempengaruhi jiwa maka orang tersebut hidup dalam hawa nafsu yang akan membawanya pada kebinasaan. Tetapi jika Roh yang mempengaruhi jiwa maka meskipun manusia jasmani semakin merosot tetapi manusia batiniah akan diperbarui sehari ke sehari. Oleh karena itu latihlah tubuh kita untuk beribadah dan kuasai seluruhnya supaya daging tidak menguasai tubuh. Ketika di dunia, tubuh dan jiwa menyatu tetapi ketika mati, jiwa dan roh menyatu.

II.      Keuntungan menguasai diri

  • Kita akan meraih kepastian keselamatan (IKor. 9:27). Jika kita sudah melatih tubuh kita maka kita akan memperoleh kepastian keselamatan.
  • Hidup kita tidak dikendalikan dunia  (IYoh. 2:15-17). Dunia ini sifatnya aktif dan berbahaya. Meskipun kita tidak berbuat apa-apa, dunia tetap akan menguasai dan mempengaruhi pikiran dan hidup kita sehingga ketika kita mulai menarik diri dari Tuhan maka tanpa kita sadari pola pikir kitapun akan semakin duniawi
  • Hidup kita akan penuh damai sejahtera. Orang yang emosional akan merasa puas tetapi tidak ada damai di hidupnya. Tetapi orang yang menguasai diri hidupnya akan penuh damai sejahtera.
  • Kita akan menjadi berkat bagi banyak orang. Orang akan melihat kita berbeda dengan orang lain sehingga hidup kita akan menjadi berkat.
  • Kita akan peka akan suara Tuhan. Semakin kita sering marah semakin kita tidak peka akan suara Tuhan.
  • Roh kita akan selalu diperbarui. Ingat, ada hidup oleh Roh dan hidup dipimpin oleh Roh. Pada waktu kita bisa menguasai diri maka Roh kita akan selalu diperbarui.




III.    Mengapa menguasai diri menjadi sukar

Ø  Karena kita diciptakan dengan “free will”. Oleh karena itu, kita yang harus menentukan pilihannya bukan Tuhan tetapi kalau kit berani bertindak, Roh Kudus yang akan memberi kekuatan kepada kita.
Contoh: Keinginan untuk berhenti merokok, itu harus dari diri kita bukan dari Tuhan Kita harus berjuang melawan keinginan itu.
Ø  Karena roh penurut namun daging lemah (Mat. 26:41). Karena daging lemah maka kita harus pastikan bahwa Roh kita selalu penuh. Yaitu melalui pujian, Firman Tuhan dan pelayanan.
Ø  Karena pengaruh dunia adalah “makanan” bagi daging kita. Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran akan Firman Tuhan. Jadi iman sangat berhubungan erat dengan Roh. Pengaruh dunia, seperti tontonan-tontonan dunia, lagu-lagu dunia atau bacaan-bacaan dunia bukannya dilarang tetapi pastikan bahwa makanan rohani kita lebih besar dari makanan dunia sehingga roh kita menjadi kuat dan daging kita bisa ditundukkan.
Ø  Karena dunia sedang men”tuhan”kan “diri”. Dunia ini menjadi dunia yang egois karena semua sentralnya adalah diri saya, konsep dunia adalah bahwa diri saya sanggup. Yang penting saya bahagia masa bodoh dengan yang lainnya. Sehingga menguasai diri menjadi hal yang sukar karena menguasai diri itu justru menganggap bahwa diri saya ini tidak mampu tetapi harus dikendalikan oleh Roh Kudus
        
IV.    Langkah-langkah menguasai diri

ü  Hidup oleh Roh (Gal. 5:16). Roh Kudus harus mengambil alih hidup kita sehingga hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus. Setiap pilihan kita harus didasarkan untuk kemuliaan nama Tuhan.
ü  Menyangkal diri memikul salib (Mat. 16:24). Salib setiap orang berbeda, beratnyapun berbeda. Dan yang pasti beratnya tidak akan melebihi kekuatan kita.
ü  Menaklukkan pikiran (IIKor. 10:5). Pikiran adalah tempat peperangan kita. Yang menjadi penghalang untuk menaklukkan pikiran adalah adanya kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah dan kuasa Allah. Kalau kita tidak bisa menaklukkan pikiran kita maka kita tidak bisa menguasai diri kita.
ü  Menolak segala bujukan (Ul. 11:16). Setelah pikiran kita ditaklukkan maka kita harus menolak bujukan. Bujukan bisa datang dari hati kita atau dari luar, seperti pengaruh televisi, bacaan, pengaruh-pengaruh masyarakat dll.  
ü  Menyalibkan daging (Rm. 6:6). Jika kita tidak disalibkan maka tubuh dosa kita tidak akan hilang kuasanya.


V.      Tips praktis
Dalam penguasaan diri yang harus kita perhatikan: dengan siapa kita bergaul, bagaimana kita mengisi waktu kita, menyadari dimana “titik lemah” kita, dan berusaha dan jangan putus asa.
   
VI.    Penutup
Keuntungan penguasaan diri bukanlah diterima oleh orang lain, namun oleh kita sendiri. Waktu kita menguasai diri, kita akan menerima segala berkat Allah.      


SELAMAT BERKARYA DI DALAM TUHAN!


Padangsidimpuan, 12 Nopember 2010



Pdt.Tuty Zastini Hutabarat,STh HP 0813 18 2000
 

Renungan: “UTAMAKANLAH TUHAN, MAKA ENGKAU AKAN DIA PELIHARAKAN“ (1 Rajaraja 17:7-16)

widgeo.net
“UTAMAKANLAH TUHAN, MAKA ENGKAU AKAN DIA PELIHARAKAN
(1 Rajaraja 17:7-16)


Penjelasan Teks

Perikop ini berlatar belakang peristiwa kekeringan yang merupakan hukuman Tuhan sebagai akibat penyembahan Israel terhadap Baal (baca psl 16:29-17:1). Elia adalah nabi yang diutus Tuhan untuk menyampaikan berita penghukuman itu. Namun ia sendiripun tak luput dari kesusahan akibat kekeringan itu, yakni sulit mendapat makanan dan minuman. Sekalipun demikian Tuhan memeliharanya dengan dua cara, yakni melalui burung gagak saat ia diperintahkan pergi ke tepi sungai Kerit (17:2-6), dan melalui seorang janda saat ia diperintahkan pergi ke Sarfat (17:7-24).

Tidak Masuk Akal Bagi Manusia, Masuk Akal Bagi Tuhan

Ada tiga pokok yang tidak masuk akal manusia dalam kisah Elia dan janda di Sarfat ini.

1. Perintah Tuhan kepada Elia untuk pergi ke Sarfat

Sarfat termasuk wilayah Sidon. Sidon justru adalah asal ratu Izebel (16:31), istri raja Ahab, yang menyebabkan Ahab menyembah Baal dan seluruh Israel berdosa. Izebel pula yang berikhtiar akan membunuh Elia (19:2), dan membunuh Nabot serta merebut kebun anggurnya dengan cara yang sangat licik (psl 21). Tidak masuk akal jika Tuhan malah menyuruh Elia pergi ke sana. Bahayanya terlalu besar. Ayah Izebel adalah penguasa Sidon. Maka jika musuh anaknya ketahuan ada di daerah kekuasaannya, dengan mudah ia dapat menyerahkan Elia kepada Izebel. Namun Elia pergi juga. Baginya sudah cukup perintah Allah itu. Ia yakin akan dipelihara dengan cara Tuhan sendiri seperti saat ia berada di tepi Sungai Kerit.

2. Perintah Tuhan kepada seorang janda miskin untuk memberi Elia makan

Dari pihak Elia
Ia diperintahkan menemui seorang janda yang akan memelihara makan dan minumnya. Bisa jadi Elia membayangkan seorang janda kaya yang mendapat banyak warisan dari almarhum suaminya. Namun jangankan dari dekat, dari pintu gerbang kota saja sudah kelihatan tak ada tanda-tanda kekayaan pada diri sang janda. Mana ada janda kaya yang mengumpulkan kayu api (17:10). Dan ternyata, harta kekayaan sang janda hanya tinggal segenggam tepung dan sedikit minyak. Namun Elia beriman bukan pada apa yang dilihatnya, melainkan pada Allah yang memerintahkannya ke situ.

Dari pihak Janda Sarfat
Tiba-tiba ia kedatangan tamu dari jauh, seorang Yahudi, yang bukannya membawa oleh-oleh tapi malah meminta persediaan pangan terakhirnya. Bisa jadi ia bergumul, mengapa pria (pihak yang kuat) ini tega meminta makanan terakhir dari seorang wanita (pihak yang lemah) yang sedang kelaparan, punya anak yang kelaparan juga. Kalau demi kelanjutan hidup anaknya, mungkin ia rela memberikan bagiannya; tapi untuk seorang asing? Bisa juga sang janda berpikir jika Allah sanggup membuat tepung dan minyak tak habis-habis, mengapa Ia tidak memberi saja makanan pada utusan-Nya? Kenapa harus minta padanya? Sama sekali tak masuk akal. Namun akhirnya ia menuruti perintah Elia. Bisa diartikan bahwa ia putus asa, makan atau tidak, sebentar lagi juga akan mati karena tak ada lagi makanan. Lebih baik berbuat baik sebelum mati. Namun kemungkinan berikut lebih positif. Iman sang janda sama kuatnya dengan iman Elia. Ia yakin Allah tidak salah perintah. Maka ia menuruti semuanya itu.

3. Tepung dan minyak yang tak habis-habis
Sangat tak masuk akal bahwa tepung yang segenggam itu setiap hari masih tetap ada, dan sedikit minyak dalam buli-buli masih terus ada untuk membuat roti. Sejak perintah itu diberikan memang sudah tidak masuk akal. Itulah cara Allah memelihara Elia dan sang janda serta anaknya, orang-orang yang beriman kepadanya. Tak masuk akal bagi manusia, tapi masuk akal bagi Tuhan.





JURANG YANG DIJEMBATANI

Allah, Elia dan Janda Sarfat adalah tiga tokoh utama dari perikop ini. Janda Sarfat di sini berfungsi sebagai jembatan bagi Elia untuk melaksanakan kehendak Allah. Mereka tidak saling kenal; mereka hidup pada lokasi berjauhan. Namun atas kehendak Allah mereka harus bertemu, supaya satu sama lain dapat melanjutkan kehidupan. Melalui cara Tuhan yang seolah tak masuk akal, mereka dipertemukan. Tentu itu tak akan pernah terjadi apabila Elia tidak mau melintasi jarak yang ada. Juga tak akan pernah terjadi apabila Elia hanya berdiri di depan pintu gerbang kota dan memperhatikan sang janda mengumpulkan kayu bakar. Pertolongan Tuhan tak akan pernah dirasakan oleh keduanya apabila Elia tidak mendatangi sang janda dan sang janda tidak mau memberikan makanan terakhirnya dan menerima sang nabi di rumahnya. Kita tak akan pernah tahu bagaimana kondisi mereka selanjutnya kalau jurang diantara mereka semakin menganga karena tak ada satupun yang mau melintasi jembatan.

Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan mengutamakan Tuhan dalam hidup ini, maka Tuhan pasti akan memelihara hidup kita melalui seluruh ciptaan-Nya (bd. Mat.6:33). Bagaimanakah cara kita mengutamakan Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari? Melalui arahan teks ini, kita diajarkan untuk: pertama, membangun persahabatan dengan sesama manusia. Kedua, memberi perhatian pada sesama khususnya mereka yang lemah dan tidak berdaya dan yang membutuhkan pertolongan kita. Memberi bantuan bagi hamba Tuhan juga sangat mulia dan berharga, sebab firman Tuhan berkata, “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya" (Mat.10:42). Ketiga, memberi diri. Tidak cukup memperhatikan sambil berdiam diri saja namun harus pergi dan memberi diri bagi pelayanan Tuhan di manapun kita berada. Memberi diri artinya, kita benar-benar ada dan berada untuk berbuat, bukan diwakilkan kepada orang lain. Mengerjakan pelayanan Tuhan tidak bisa diwakilkan kepada orang lain. Keempat, menjadi jembatan (saluran) berkat. Kita harus menyadari bahwa kita dipakai oleh Tuhan sebagai alat-Nya untuk menjembatani karya Allah yang sedang dan akan dilakukan-Nya melalui kita. Apapun profesi dan bagaimanapun keberadaan kita saat ini, kita sangat berharga bagi Tuhan untuk dipakai-Nya menjadi alat saluran berkat bagi-Nya.


SELAMAT BERKARYA DI DALAM TUHAN!

Padangsidimpuan, 12 Nopember 2010



Pdt.Tuty Zastini Hutabarat,STh

HP. 0813 18 2000 55                                                                                                               fidei & gladys ’o9





Renungan: ”PIKULLAH KUK YANG KUPASANG” ( Matius 11 : 28-30 )

widgeo.net
”PIKULLAH KUK YANG KUPASANG”
( Matius 11 : 28-30 )



Pergumulan yang kita hadapi biasanya berasal dari tiga sumber: Dari diri sendiri, pekerjaan si jahat, dan bisa juga karena itu diberikan langsung oleh Tuhan. Pergumulan yang terjadi bisa sangat bervariasi; misalnya: bagi seorang ibu, pergumulan itu mungkin berupa suatu tekanan yang luar biasa dalam membesarkan anak-anak di tengah dunia yang tidak mau mengenal Allah bagi seorang bapak, mungkin ia baru saja kehilangan pekerjaan; atau bisa juga pergumulan itu berupa rasa bersalah yang tidak ada habis-habisnya akibat dosa masa lalu. Hal lain misalnya: depresi, akibat penyakit yang tidak kunjung sembuh, anak yang terlahir cacat, atau kematian orang yang kita kasihi hal seperti itu bisa saja terjadi selama kita masih ada di dunia.
Banyak orang menjadi lemah dan tak berdaya oleh karena ujian ini, namun sebagai orang Kristen, kita harus ingat bahwa kita tidak perlu memikul beban itu sendirian. Secara pribadi Yesus mengundang setiap orang yang letih lesu untuk mendapatkan kelegaan (Matius 11:28). Jadi jelas, apapun jenis permasalahannya, dari manapun sumbernya, semua itu tidak penting. Yang terpenting adalah: ”Maukah kita menyambut tawaran-Nya?
Bila kita disuruh memilih, pasti kita memilih untuk bebas dari segala macam kesulitan. Namun bagaimana kita tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus dapat menanggung beban kita bila kita tidak pernah meletakkan beban itu kepada-Nya? Bagaimana kita dapat berkata bahwa Dia memberikan kepada kita kelegaan, kalau kita selalu berusaha mengangkat beban itu sendiri? Dan biasanya setelah melewati berbagai kesulitan itulah, Ia menggemburkan hati kita sehingga menjadi tanah yang subur dan siap mengalami pertumbuhan. Di sisi lain hal itu biasanya akan membuat kita semakin bergantung kepada-Nya.
Seringkali kesulitan yang diizinkan Allah di dalam hidup kita sangat tidak menyenangkan, sehingga kita berdoa supaya Dia menyingkirkan kesulitan itu. Namun ketika kita melihat kembali masalah itu, dan menyadari segala hal yang Tuhan ajarkan kepada kita lewat berbagai masalah itu, kata yang terucap adalah: “Terima kasih Tuhan, karena Engkau mengetahui apa yang terbaik bagiku. Terima kasih untuk segala pengalaman ini.” “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius 11:28-30).
Sebagai orang percaya, kita selalu diperhadapkan pada dua pilihan ini. Apakah kita akan membiarkan kedagingan berkuasa, atau kita akan menunjukkan iman sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah? Jadi, setiap kali kita mendapatkan beban yang berat, ingatlah Matius 11:28-30, dan temukanlah hikmat Allah tentang apa yang harus kita lakukan.
Dari bacaan ini, kita belajar empat langkah yang harus kita ambil, jika berada di dalam situasi tersebut.
Langkah pertama: Merendahkan diri. Akuilah bahwa kita tengah bergumul dengan suatu masalah yang tidak dapat kita atasi sendiri. Banyak orang tidak mau mengakuinya, itu berarti ia tidak mau melepaskan sedikitpun pergumulan hidupnya; mereka merasa mampu dan tidak mau berserah. Padahal ada banyak permasalahan di dalam hidup ini yang tidak dapat kita tanggung dengan kekuatan sendiri. Hanya Dia yang mampu menangani dengan pasti. Namun pertama-tama kita harus mengakui bahwa kita memiliki masalah. Bawalah semua itu kepada-Nya dengan kerendahan hati. Lalu rasakanlah pertolongan-Nya yang selalu siap menyertai kita.
Langkah kedua: Berserah. Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang.” Apa yang dimaksudkan Tuhan Yesus dengan kuk? Kuk adalah sebatang kayu yang dibentuk untuk mengekang dua ekor sapi, dan menjaga mereka supaya terikat bersama sehingga mereka dapat berbagi beban secara seimbang. Memikul kuk berarti taat kepada Dia dan mau bekerja untuk Dia. Ia berkata bahwa kukNya enak dan beban yang Ia berikan ringan (ay 30 bd. 1Yoh 5:4). Ini tidak berarti bahwa hidup Kristen itu mudah (bd. Mat 16:24;  Yoh 15:18-20;  Kis 14:22;  2Kor 1:8-9). Di sini dikatakan ‘ringan’ karena dibandingkan dengan hidup lama. Dalam hidup lama, taat supaya selamat. Ini berat!  Dalam hidup baru, taat karena selamat. Ini ringan! Alkitab sering berbicara tentang beban dalam arti perbudakan atau kewajiban. Namun bila Yesus memerintahkan kita untuk memikul kuk yang Dia pasang, itu bukan berarti bahwa Dia ingin menambahkan beban kepada kita. Sebaliknya Dia justru mengajak kita untuk BERSERAH dan BERBAGI, sehingga kita dapat terus berjalan bersama-Nya sambil memikul bersama beban itu, sehingga beban kitapun akan menjadi lebih ringan. Sebenarnya bila kita merenungkan lebih dalam, beban hidup ini bukanlah semata-mata permasalahan hidup saja, melainkan juga menyangkut cara pikir kita yang salah dan perasaan bersalah yang terus-menerus menekan kita. Satu-satunya cara Tuhan untuk mengangkat beban kita adalah dengan kerelaan-Nya memikul beban itu bersama dengan kita; tetapi di saat yang sama itu kita juga harus menyerahkan diri kepada-Nya, agar Dia dapat mulai mengendalikan hidup kita! Jadikanlah Dia segalanya bagi kita. Izinkanlah Ia mengendalikan segalanya, maka Dia akan berurusan dengan beban kita.
Langkah ketiga: Belajarlah dari Yesus. Yesus menghendaki kita selalu berjalan bersama-Nya. Sebagai orang Kristen, bila kita berdosa, maka umumnya Roh Kudus akan mengingatkan kita. Biasanya kita akan kehilangan damai sejahtera, sukacita dan persekutuan dengan Bapa di surga bila kita gagal menangkap peringatan-peringatan-Nya dengan benar, atau ketika kita mengambil keputusan yang membuat kita terperosok ke dalam masalah yang mencemarkan hidup kita. Belajarlah dari teladan Yesus, sehingga kita dapat mengerti apa dan bagaimana kita harus bertindak.
Langkah keempat: Percaya. Allah tidak berkata bahwa Dia akan menghapuskan segala beban kita, namun di ayat 29, Dia berjanji untuk memberikan kelegaan bagi jiwa kita. Orang yang memikul masalah yang berat sendirian, adalah seumpama orang yang mendaki gunung dengan memikul beban 50 kg di pundaknya, ia tidak akan bertahan lama, sebentar saja ia akan merasa lelah dan kehilangan tenaganya. Bapa yang penuh perhatian itu menawarkan kelegaan kepada kita. Percaya saja dan dan mulailah meresponi tawaran-Nya yang penuh kemurahan itu, lalu bersiaplah untuk menerima berkat-berkat yang dijanjikan-Nya.
Perenungan
Kuk tanpa beban adalah sia-sia, sedangkan beban tanpa kuk tidak dapat dibawa. Jadi pertama kali, Yesus memasang kuk terlebih dahulu, kemudian baru beban. Maksudnya, Tuhan telah menaruh suatu kuk untuk menopang suatu beban. Tuhan berikan 'alat', 'talenta', 'tanggung jawab' yang telah diperhitungkan untuk membawa/menyelesaikan beban / perkara yang diberikan untuk dibereskan. Jadi apakah kuk dan beban kita? Apakah kita terbebani? Ataukah kita merasa dibebani? Ataukah kita mau hidup tanpa beban?

A. Apakah beban kita terlalu berat untuk kita tanggung?
B. Apakah kita membawa beban yang seharusnya bukan beban lagi? Membawa beban yang sudah diambil oleh Tuhan?
C. Apakah kita membawa beban dan tidak tahu harus diapakan?
Berputar-putar, berjalan ditempat?
 D. Apakah kita menginginkan beban yang bukan beban kita ?
Menginginkan beban oang lain yang nampak enak, indah dan ringan?
 E. Ataukah kita memiliki angan-angan tersendiri mengenai selera beban kita?
(i) Lembu dan kabin mobil                              (ii) Keledai dan prajurit modern
 (iii) Keledai dan monitor komputer                (iv) Keledai dan peluncur roket


Apakah kita sedang memikul suatu beban yang berat hari ini? Yesus Kristus ingin menawarkan bantuan-Nya kepada kita. Ingatlah bahwa kuk yang dipasang-Nya itu ringan, dan Ia tidak akan menambah beban kita. Tunduklah kepada Tuhan, maka Dia akan mengangkat beban kita. Izinkanlah Dia mengambil alih beban hidup kita, dan jangan pernah mencoba memikulnya sendiri. Lihatlah bahwa Dia akan memberikan kita kuasa, dan akan memampukan kita untuk menghadapi segala tantangan di dalam kehidupan ini. Selamat menjalani hari-hari indah bersama-Nya.






Ramli SN Harahap
Fidei & Gladys ‘08

Jumat, 12 November 2010

TEMA NATAL PGI 2010

widgeo.net

TEMA NATAL PGI 2010




Peresekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) telah menetapkan tema Natal PGI 2010, yakni "TERANG YANG SESUNGGUHNYA SEDANG DATANG KE DALAM DUNIA" (bd. Yoh. 1:9). Tema ini mengangkat sebuah dimensi terang yang artinya melawan kegelapan. Tema ini menjadi sebuah tantangan Gereja melawan kegelapan ke masa depan. Kegelapan merupakan simbol sebuah keadaan yang tidak memiliki baik yang masih memerlukan penangan para ahli demi suatu tujuan yang lebih baik lagi.




Terang menjadi simbol pengorbanan. Yesus datang ke dunia ini mengorbankan segalanya demi hidup dan kehidupan manusia yang berdosa. Yesus membawa damai dan mendamaikan yang bertikai. Yesus membawa nasihat dan ajaran bagi orang yang kurang ajar dan nasihat. Yesus membawa pedang bagi orang yang sulit diajar demi kebaikan. Yesus rela memberi waktu, tenaga, pikiran dan bahkan nyawaNya sendiri demi umat manisia, demi dunia ini. Yesus rela dijadikan menjadi berdosa agar kita manusia tidak berdosa lagi agar kita bisa memperoleh hidup yang kekal.




Terang adalah simbol penunjuk arah. Terang mampu memberikan arah jalan yang lebih baik daripada berjalan dalam sebuah suasana kegelapan. Yesus berkata, "Akulah jalan, kebenaran dan hidup" (Yoh. 14:6). Yesus memberikan sebuah jalan yang benar-benar mampu membawa arah hidup manusia yang lebih baik dan terarah menuju kehidupan yang kekal. Tujuan kita semakin jelas karena Yesus terus setia mengarahkan derap langkah kita ke jalan yang benar. Jalan yang ditunjukkanNya juga merupakan jalan kebenaran bukan jalan yang sesat. Jalan Yesus merupakan sebuah jalan pasti yang membawa kebenaran bagi kita dan bagi orang lain. Jalan itu juga sekaligus memberikan hidup bukan kematian belaka. Ada banyak jalan di dunia ini, namun jalan itu belum tentu memberi hidup. Jalannya Yesus pasti memberi hidup bagi kita juga bagi orang lain.

 Ada 3 perkara tentang terang:

1.   Prinsip hidup Kristen mempengaruhi. Jika terang menyala kegelapan akan menyingkir. Orang Kristen yang tidak mudah terpengaruh. Saya mudah terpengaruh karena tidak disekolahkan di sekolah hebat, tidak disekolahkan di luar negeri. Contoh: Ikan di laut. Setiap hari berenang, meminum dan tinggal di laut, namun ikan itu tidak pernah jadi asin. Mengapa? Karena ikan itu masih hidup. Selama ikan itu masih hidup, ikan tidak akan menjadi asin. Tetapi ketika ikan itu mati, maka tubuhnya akan menjadi asin.
Mengapa anak muda terseret kepada narkoba, seks bebas? Karena dia telah mati secara rohani. Orang yang memiliki hidup kerohaniannya bagus, pasti dia tidak akan mudah terpengaruh dengan lingkungan

2.   Terang mengusir kegelapan. Ketika terang datang, maka seluruh esensi kegelapan akan keluar meninggalkan ruangan dan tempat. Terang memisahkan kejahatan dan mengangkat kebaikan. Artinya, Kristus datang untuk mengusir segala kebodohan, mengusir segala kemalasan, mengusir segala kemiskinan, mengusir segala dosa. 
 
3.   Terang selalu membongkar segala sesuatu yang disembunyikan. Hidup dalam Kristus tetapi masih menyimpan kepahitan, masalah-masalah. Perilaku seperti ini akan dibongkar oleh terang Kristus. Akar kepahitan, akar kebencian, akar dendam akan dihancurkan terang ilahi itu dan menggantikannya dengan sukacita dan damai sejahtera.
Dulu di balik pintu yang tertutup engkau menelan narkoba, engkau merokok, engkau bebas bersama kekasihmu. Tetapi ketika bersama terang Kristus, semua ketersembunyian itu akan dibuka dan digantikan dengan perilaku hidup yang baik.

Apakah yang dimaksud kalau Yesus mengatakan, bahwa orang Kristen harus menjadi terang dunia?

Pertama, agar orang Kristen dapat dilihat dunia. Dengan demikian tidak ada istilah kekristenan yang sembunyi-sembunyi. Kekristenan hanya terlihat di dalam gereja. Kekristenan yang hanya terlihat di gereja itu tidak begitu bermanfaat. Kekristenan itu harus terlihat bagaimana kita memperlakukan guru, teman-teman sekolah, penjaga sekolah, dll.
Apakah yang harus dilihat orang dari kita? Ya Perbuatan baik kita.
Yesus tidak pernah berkata, “Kamu adalah terang Gereja”, melainkan menjadi Terang dunia.

Kedua,  Terang adalah pembimbing. Di kuala setiap sungai besar, atau dipelabuhan laut, kita selalu melihat adanya lampu-lampu yang berderet membentuk jalur. Terang lampu itu merupakan tanda pembimbing bagi setiap kapal atau perahu agar dapat berlayar dengan selamat.
Terang itu menjadi pembimbing jalan dan menerangi jalan.
Dengan demikian kekristenan menjadi pembimbing jalan dan penerang jalan. Pemberi jalan kebaikan sehingga dia menjadi contoh dan teladan. Orang Kristen menjadi pusat kebaikan bagi dunia dan sesama kita.

Ketiga, Terang menjadi pemberi peringatan. Lampu merah di perempatan jalan merupakan tanda peringatan untuk berhenti agar tidak mengalami kecelakaan. Orang Kristen harus mampu memberikan peringatan bagi sesamanya.

Tema Natal ini sungguh merupakan sebuah peluang bagi kita untuk semakin partisipatif dalam rangka mengentaskan kegelapan dalam hidup dan kehidupan kita. Kita harus mampu membawa terang dalam langkah rumah tangga yang kacau balau. Orang Kristen harus mampu membawa terang di tengah situasi bangsa dan ekonomi yang terpuruk. Orang Kristen ditantang menjadi piawai membawa terang di tengah-tengah perjalanan gereja dan bangsa yang semakin madani menuju kehidupan yang sejahtera.

Selamat menjadi pembawa terang bagi seluruh keluarga, gereja bangsa dan negara.



Ramli SN Harahap