PERMAINAN DALAM DUNIA ANAK-ANAK ANGKOLA/MANDAILING: TRADISI LISAN YANG SEMAKIN REDUP
ABSTRACT There are a lot of children’s games in Angkola/mandailing in the province of North Sumatra.Some of them are skill-building in nature,some are education,and still some of the games are slightly magical. Almost all of that games use pantun (oral poetry) for introduction,insertion,as well as for the closing of the game. Recently that games are gradually fading out because of several factors,namely the lack of playing field,the changing of the habit of Angkola/Mandailing children due to different social surrounding,and the less chance for them to play the game.
1. Pendahuluan Masa anak-anak merupakan masa pertumbuhan dengan segala keceriaan serta indah tanpa tanggung jawab.Hari-hari umumnya dilalui dengan bentuk permainan dan belajar.Mereka tidak pernah mengerti tentang kesulitan ataupun sesuatu kemungkinan yang akan dihadapi akibat tindakan yang dilakukan.Segalanya dipandang tanpa resiko sehingga dikenallah dunia anak-anak, suatu duniakehidupan ini. Bukan hanya bentuk imajinasi yang memungkinkan buatnya untuk menjangkau segala yang diinginkan dan diharapkan tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Dunia anak-anak adalah dunia masyarakat kecil yang Memiliki berbagai macam permainan,tetapi tidaklah terikat oleh situasi di luarnya.Umumnya, permainan yang mereka lakukan lahir secara serta merta yaitu merupakan dorongan keinginan yang datangnya tiba-tiba sehingga benar-benar merupakan satu suasana.
Jika lingkungan lain mamiliki parmainan yang disertai dengan peristiwa sastra, demikian juga halnya dengan dunia anak-anak. Mereka pun memiliki sejumlah peristiwa/permainan yang di dalamnya bisa dipetik nilai-nilai sastra, bahkan lebih spesifik kalau dipandang dari kelompok mereka. Setidak-tidaknya permainan tersebut mereka cetuskan lewat pantun-pantun yang dilagukan secara khusus.
2. Jenis Permintaan Anak-Anak Angkola / Mandailing Ada 18 macam permainan anak-anak Angkola/Mandailing yang diuraikan dalam makalah ini yaitu: 1. Marbanban 10. Marpanca 2. Marsimbang 11. Marpaske 3. Markatimbung 12. Marcengke 4. Marancicing 13. Marsibunu 5. Marsitirlom 14. Marlojo 6. Marsimonjap 15. Marsidingkat 7. Marsiayak 16. Marcungkil 8. Marsironcang 17. Margasing 9. Margala/Marsiolat 18. Marbabiat
Kedelapan belas macam permainan anak-anak Angkola / mandailing ini dulunya cukup populer serta dikenal dengan baik oleh anak-anak Angkola/Mandailing .Permainan anak-anak Angkola/Mandailing ini ada yang berunsur magis seperti Marbanban , yang bersifat ketangkasan seperti Marpanca dan Marsiayak ,serta ada yang bersifat mendidik seperti Marcungkil.
Berikut ini keterangan dari permainan Anak-anak Angkola/Mandailing tersebut.
1.Marbanban
Permainan marbanban dilakukan malam hari pada waktu terang bulan .Umumnya ,permainan ini dilakukan anak-anak Angkola/Mandailing tepat pada saat bulan purnama. Walaupun sebenarnya di dalam hal ini tidak ada ketentuan sebelumnya,bisa saja permainan tersebut di lakukan tanpa ada cahaya bulan. Hanya kebiasaan yang tampak dipedesaan pada saat bulan sedang purnama jarang sekali dilewatkan penduduk setempat baik kaum Tua, pemuda, serta juga anak-anak. Dengan sendirinya pada saat menikmati cahaya bulan yang terang benderang tersebut anak-anak dengan riang gembiranya melakukan permainan tersebut. Adapun cara permainannya seperti dipaparkan berikut ini.
Seorang anak ditidurkan di tengah lapangan yang langsung disinari cahaya bulan kemudian diselumuti seluruh tubuhnya. Setelah itu secara serentak anak-anank yang lainnya segera menyanyikan sebuah lagu/pantun khusus untuk permainan tersebut hingga pada puncaknya nanti si anak akan kehilangan kesadarannya . apabila sudah demikian halnya, anak tersebut tanpa dapat membantah akan melakukan pekerjaan yang diseluruh atau diperintahkan kepadanya oleh para peserta dalam kelompok itu. Bahkan sering pula sesuatu permasalahan yang sebenarnya menjadi rahasia dapat diketahui dari anak tersebut jika dipertanyakan waktu itu. Untuk mengakhiri permainan tersebut, cukup dengan menyebutkan nama si anak secara serentak.
Dari gambaran diatas dapat dipetik suatu makna tersendiri bahwa permainan yang dijumpai di dunia anak-anak ternyata hanya bisa dilakukan oleh pemiliknya pula. Berarti benarlah masing-masing peristiwa/permainan memiliki kelebihan serta kekurangannya. Permainan itu tidak dapat dipaksakan kehadirannya serta tidak bisa pula dengan kehendak orang lain walaupun yang berkehendak itu mungkin termasuk orang yang berpengaruh pada lingkungannya.
2. Marsimbang
Permainan marsimbang dapat disebutkan juga dengan permaina berserimbang. Alat yang dipergunakan dalam permainan ini berupa batu-batu kecil yang bulat dan khusus, yang menjadi alat pengambil batu yang lain sengaja dipergunakan yang lebih besar dari pada yang lainnya. Hal ini dimaksudkan agar batu lainnya yang hendak diambil nantinya dapat dengan mudah dibedakan. Permainan ini biasanya diiringi dengan pantun ataupun nyanyian yang khusus.
3. Markatimbung
Alat yang dipakai dalam permainan ini adalah tangan sendiri serta dilakukan ketika sedang mandi di sungai. Kedua belah tangan bertepuk di dalam air yang dilakukan berkali-kali, sehingga menimbulkan irama yang tersendiri. Tampaknya permainan bertepuk di dalam air ini bukan merupakan dominan permainan anak-anak saja. Para pemuda pun sering mengerjakannya.
4. Marancicing
Sejenis permainan yang tiap-tiap daerah selalu ada yakni enjit-enjit semut... pada permainan ini setiap anak meletakkan tangannya masing-masing dengan bertimpa-timpaan , lalu mencubit bagian atas tangan yang berada di bawahnya. Kemudian dinyanyikan dengan pantun serta tangan berada di bagian bawah naik ke atas hingga selesai pantun tersebut. Pemain yang tidak berkesempatan menaikkan tangannya karena pantun sudah selesai dinyatakan pihak yang mengalami kekalahan.
5. Marsitirlom
Permainan yang dilaksanakan dengan seorang anak akan menjadi pesakitan/penjaga sedangkan yang lainnya sebagai penyanyi bersembunyi. Permainan ini mempergunakan sebuah alat berwujud tiang atau pohon kayu sebagai tempat si penjaga. Apabila setiap pemain dapat menyentuh/memegang tiang atau pohon kayu itu, si penjaga tetaplah kedudukannya. Namun, si penjaga akan bertukar posisinya menjadi pemain apabila salah seorang pemain ditemukannya sebelum sempat menyentuh/memegang tiang atau pohon itu.
6. Marsimonjap
Permainan ini merupakan permainan bersembunyi-sembunyian,dimana si penjaga memang tanpa alat. Si penjaga hanya berusaha mendapatkan salah seorang bersembunyi lalu menyebutkan namanya dan berganti pulalah yang menjaga. Demikian dilakukan berulang-ulang.
7. Marsiayak
Permainan ini memerlukan ketangkasan dan kecepatan. Karena sebelum menyentuh tubuh seseorang, si penjaga berkewajiban untuk secara terus-menerus mengejarnya. Jika dapat tersentuh olehnya, si penjaga digantikan oleh yang tertangkap tadi.
8. Marsironcang
Permainan ini memerlukan ketangkasan,kecakapan, serta ketrampilan para pemainnya. Pada permainan ini sengaja dibuat beberapa gawang,dimana pada setiap gawang tersebut ada satu orang yang akan menjaganya dan orang yang lainnya akan berusaha untuk melewatinya dengan tidak tersentuh oleh yang menjaga.
9. Margala/Marsiolat
Permainan ini mirip dengan marsironcang, tetapi yang menjadi gawangnya adalah garis-garis persegi empat yang berjumlah enam petak. Di tiap garis petak tersebut seseorang akan menjaganya sedangkan yang bukan penjaga berusaha untuk melewati garis tersebut tanpa tersentuh oleh si penjaga.
10. Marpanca
Permainan yang disebut dengan marpanca adalah permainan adu tenaga lewat telapak tangan yang disatukan oleh dua orang pelaku. Jari tangan masing-masing pelaku permainan ini akan saling mengepit. Pelaku yang terlebih dahulu rebah tangannya ke bawah dinyatakan kalah.
11. Marpaske
Permainan yang masih mempergunakan ketangkasan adalah permainan marpaske alat yang dipergunakan ialah buah kemiri yang disusun secara berbaris ataupun bertumpuk. Sebiji kemiri sengaja diletakkan agak terpisah dari yang lainnya, dan ini dimaksudkan sebagai “biji kepala”. Kalau biji ini sampai tersentuh oleh biji kemiri yang dilemparkan dari tempat yang telah disepakati terlebih dahulu, maka keseluruhan biji biji kemiri akan akan menjadi milik si pelempar. Seandainya hanya biji kemiri yang ditengah-tengah yang tersentuh, seluruh biji kemiri deretan arah ke belakang dari biji yang terkena tetap akan menjadi milik si pelempar. Demikianlah seterusnya dilakukan berulang-ulang. Pantun akan dilantumkan di saat seseorang sudah kehabisan ataupun tinggal sedikit biji kemirinya.
12. Marcengke
Permainan marcengke sebenarnya hampir mirip dengan permainan marpaske, perbedaan hanya pada alat yang digunakan. Permainan ini mempergunakan batu, sedangkan pada marpaske berupa buah kemiri.
13. Marsibuni
Permainan ini juga mempergunakan buah kemiri atau batu-batu sebesar buah kemiri. Beberapa anak berbaris berbanjar lalu batu tadi disembunyikan di tangan salah seorang anak sengaja dilipat atau diletakkan ke belakang punggungnya. Anak yang berbagai pesakitan akan menunjuk berdasarkan nalurinya saja di tangan siapa batu tersebut. Jika tepat, anak yangditunjuk tersebut akan menjadi pesakitan dan berganti dengan sendirinya. Apabila salah, serentak pulalah anak-anak tersebut mainan ini tidak ditentukan orangnya laki-laki ataupun perempuan. Mereka dapat bermainan bersama-sama.
14. Marlajo
Sejenis permainan ketangkasan dalam hal mendidik. Alat yang dipakai juga nasih buah kemiri. Jika buah kemiri tidak ada, dapat digantikan dengan kelereng. Buah kemiri atau kelereng tadi diletakkan dalam satu lingkaran kecil secara bertumpuk. Para pemain melemparkan terlebih dahulu sebuah kemiri atau kelerengnya mendapat giliran untuk terlebih dahulu melempar tumpukan buah kemiri atau kelereng tadi. Jikalau tepat sasarannya dan buah kemiri atau kelereng tadi ke luar dari lingkaran tersebut, keseluruhan buah kemiri atau kelereng tersebut menjadi milik si pelempar.
15. Marsidingkat
Permainan marsidingkat tidak hanya di Angkola/Mandailing saja, tiap daerah umumnya juga memilikinya. Permainan ini lebih dikenal di daerah-daerah lainnya dengan sebutan main engklek. Seorang pemain, dari dua orang pemain yang ada, mencoba melompati petak-petak yang sudah dibuat lebih dahulu. Apabila ada kesalahan yang dilakukan si pemain, umpamanya menginjak garis batas petak, maka ditukar giliran mainnya oleh anak lain. Begitulah selanjutnya sampai habis petak yang ada dilalui seorang pemain tanpa ada kesalahan. Pemain itu akan menjadi pemenang dari permainan marsidingkat ini.
16. Marcungkil Di tanah deli permainan ini populer dengan sebutan parok lele. Alat permainan ini berupa 2 potong kayu bulat dengan ukuran yang berbeda, yang lebih pendek akan menjadi anak sedangkan yang panjang sebagai alat pencungkil. Ukuran anak pencungkil biasanya tiga kali lebih pendek dari induk pencungkil. Kepandaian mempermainkan dan memukul anak pencungkil dengan induk pencungkil tersebut akan dihitung sebagai pendapatan. Sedangkan yang menjadi penjaga berusaha untuk menangkap anak pencungkil itu sebelum menyentuh tanah. Jikalau hal ini dapat dilakukan, yang menjaga akan menjadi pemainnya. Cara lain ialah dengan melemparkananak pencungkil yang telah dipukul sejauh mungkin oleh si pemain ke arah lobang yang telah disediakan. Seandainya tepat memasuki lobang tersebut, akan menjadi keberuntungan bagi si penjaga karena dengan sendirinya akan berganti pulalah yang menjadi penjaganya.
17. Margasing Permainan lain yang sangat digemari anak-anak Angkola/Mandailling adalah permainan margasing (bermain gasing). Permainan ini mempergunakan gasing yang dibuat dari kayu khusus dan umumnya sangat keras serta tidak mudah pecah ataupun retak. Kayu itu diukur sehingga menjadi bulat, sedang besarnya induk kaki orang dewasa. Pada bahagian bawah kayu ini diberi paku yang tajam sepanjang lebih kurang satu sampai dengan dua sentimeter. Alat untuk memainkan gasing ini berupa tali kecil yang sesuai pula dengan besar gasing yang akan dimainkan. Tali tersebut akan dililitkan ke bagian badan gasing dan tali inilah nantinya yang akan memutar gasing itu setelah dilemparkan dengan tenaga yang diperhitungkan. Permainan ini hanya diperuntukan bagi anak laki-laki saja.
18. Marbabiat
Permainan yang cukup mengasyikkan di kalangan anak-anak Angkola/Mandailing adalah permainan marbabiat. Permainan ini memang memberikan semacam kesegaran di hati anak-anak tersebut sebab di dalam permainan ini seorang anak akan menjadi seekor harimau yang sedang mengejar mangsanya yang diwujudkan sebagai seekor kucing. Sedangkan mangsanya akan selamatkan oleh pemiliknya yang diwujudkan lewat sebuah lingkaran yang dibuat kelompok anak-anak lainnya. Apabila sang harimau hendak memasuki itu tidak akan membiarkannya. Mereka berusaha mencegah masuknya harimau itu.
3. Sastra Lisan dalam permainan Anak-Anak Angkola/Mandailing. Permainan anak-anak Angkola/Mandailing ini dihiasi pula oleh satra lisan Angkola/Mandailing, terutama pada permainan anak-anak Angkola/Mandailing yang mempergunakan pantun sebagai pengantar/pembuka, penyeling, dan atau pengakhir permainan. Hampir seluruh permainan anak-anak Angkola/Mandailing ini diselang-selingi dengan pantun. Dari kedelapan belas permainan anak-anak Angkola/Mandailing yang dibahas di dalam makalah ini, sepuluh di antaranya memakai pantun sebagai pengantar/pambuka, penyeling, dan atau pengakhir permainan. Kesepuluh permainan anak-anak Angkola/Mandailing yang mempergunakan pantun itu sebagai berikut ini.
3.1. Marbanban Pantun yang dipergunakan pemain marbaban ini adalah,
Jo banban benben, Si paumban-paumban anak, Paiko-iko pulopek dua mambola reng, Kapunyo langit mangalian si pandurus tohuk-tohuk i.
Muda tulus au na tu kodah i, Da huoban pe da tu ho, Tintin na marlasan lusin i, Anak ni si raja Olang i,
Jo banban jo benben
Pantun tersebut hanya bisa diterjemahkan ke dalam satu pengertian khusus. Bukannya terjemahan secara harfiah karena tidak terdapatnya kesatuan makna pada masing-masing kata. Bahkan pada masing-masing kata pun menyimpan pada magis yang berkaitan dengan permainan yang menyimpan makna tentang awal permainan. Pantun ini manggambarkan saat seorang anak yang dijadikan sebagai tumbal telah memenuhi semua persyaratan untuk permainan itu. Pantun tersebut berbau mantera.
3.2. Marsimbang
Pada permainan marsimbang ini ada pantun yang berbunyi,
Haru madung marbunga Malapat do ibaen ombun Bia ale dongan sidung na Muda menyuani di toru rimbun
Artinya,
Walau sudah berbunga Rusaklah itu dibuat embun Bagaimana kawan akhirnya Kalau menanami di bawah rimbun
Pantun ini akan diucapkan apabila seorang anak sewaktu bermain marsimbang ini, ketahuan permainannya lebih banyak menipunya dari pada jujurnya. Pantun ini lebih condong sebagai suatu sindiran. Maksudnya kira-kira biarpun menang sudah banyak, tetapi kalau hal itu dilakukan dengan tidak jujurserta tidak sesuai dengan peraturan akhirnya akan hancur juga.
3.3. Markatimbung
Di sela-sela irama tepukan di dalam air yang menimbulkan suara berdengung,pantun-pantun berikut menyertainya. Pantun-pantun seperti itu sering kali terdengar. Pantun-pantun itu dipergunakan oleh anak-anak yang sedang memasuki masa remajanya atau oleh anak-anak muda. Pantun-pantun ini memang sudah menjadi bagian permainan dari anak-anak Angkola/Mandailing sewaktu mandi di sungai.
Suang do on songon kotuk Sanga jait bonang domu-domu Maol dapot hata na muruk Na marsarak i angkon mardomu
Artinya,
‘Persislah ini seperti kancing Atau menjahit benang berupa-rupa Sulit mendengar kata yang murung Yang berpisah itu harus bersam’
Pantun lainnya adalah,
Nada pola nian sadia jogi Tai sakadar partontangaan Na unduk marpanali Namalo muse dohot mardongan
Artinya,
“Tidaklah memang begitu cantik Hanya sekedar pertengahan Yang tunduk kalau melirik Yang pandai pula untukberteman’
3.4. Marancicing
Terkadang pantun atau lagu yang didendangkan umumnya dalam irama yang sama. Pada pantun seperti ini terasa bahwa keindahan di dalam permainan bunyi dijaga dengan baiknya.
Marancicing ancing-ancing Ise na hancitan kehe tu ginjang Marancicing ancing-ancing Ise na hancitan kehe tu ginjang
Artinya,
‘Marancicing ancing-ancing Siapa sakit naik atas Maracicing ancing-ancing Siapa sakit naik atas’
Begitu jugalah dengan pantun ini,
Ompe dongan anso rap ta boto So ulang adong hancit ni roha Bope dilalaho songon na isangajo Nanggi da songoni tujuan na
Artinya,
“ini pun teman supaya kita ketahui bersama Agar jangan ada sakit di hati kita Walaupun kaurasa seperti yang disengaja Bukanlah begitu tujuan sebenarnya’
Demikianlah pantun itu diucapkan dengan nada tertentu berkali-kali sampai permainan tersebut membosankan hati anak-anak itu.
3.5.Marsimonjap
Seandainya si penjagasudah cukup lama tidak bisa menemukan pemain yang bersembunyi, pantun berupa sindiran pun dengan sendirinya akan menyelingi permainan tersebut. Pantun ini biasanya dipergunakan untuk menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh.
Ulang baya dao-dao hamu Somomo menjalaki na Ulang ma lolot dibaen hamu Soulang na loja tu pamatang niba
Artinya,
‘Janganlah hendaknya jauh-jauh kalian Supaya mudah mencarinya Janganlah lama ( aku jaga ) dibuat kalian Supaya jangan lelah badanku dibuatnya
Lalu dijawab yang lain,
Nanggi da dadao hami marsibuni Harana leng kehe do ke tempat yang dekat Tetapi bagaimana hendak ke situ kami Karena di situ saja engkau kami lihat’
3.5. Marpanca
Pantun-pantun akan bersahutu-sahutan sebagi suatu selingan dalam permainan ini yang diucapkan para penonton yang sengaja mengelilingi kedua orang yang sedang melaksanakan permainan ini. Umumnya, pantun tersebut akan bersahut-sahutan apabila kekuatan kedua orang yang sedang bertanding itu benar-benar berimbang dan memakan waktu yang agak lama. Ma hubandinghon hadua na Na sarupo do banding tudosan Onggo au ma disuru mamili na Inda huboto na dia markalobian
Artinya,
‘sudah kubandingkan keduanya Yang serupanya bandung dan ukuran Kalau akulah yang disuruh memilihnya Tidak kutahu mana yang berlebihan
Kemudian anak-anak penonton yang lain segera pula menjawab dengan beramai-ramai,
Nanggi bisa da songoni Angkon adong do si pilian Manjalahi inda be sompat saonnari Songon na giot kehe ho tu balian
Artinya,
Tidak bisa hanya begini Mesti adalh yang dipilih benar Mencari tidak sempat sekarang lagi Seperi yang hendak pergi engkau ke luar’
Apabila hal dan peristiwa yang seperti itu terjadi, permainan pun terus dilaksanakan. Sebelum permainan diteruskan diselingi dengan pantun sebagai berikut. Ligin bo na hu pardulihon Bope ummenek tai ungkaras Indin ma tinggal paintehon Saotik nai so tar porgas
Artinya,
Lihatlah yang kupilihkan Biarpun kecil tetapi lebih kerasan Nah, hanya tinggal menantikan Sedikit lagi biar dikalahkan’
Hal ini segera dijawab serentak oloh anak-anak yang menjadi penonton dengan pantun berikut ini :
Bope nimmu ungkarasan Saotik nai ma so tar porngas Tapainte sajo sude sampe hasidungan Tep nai porngas do mamorngas
Artnya, Biarpun kaukatakan lebih keras Sedikit lagilah biar dikalahkan Kita tunggu saja semua hingga timpas Mungkin yang hendak kalah akan mengalah’
3.7.Marpaske Pantun-pantun akan muncul dalam permainan marpaske ini apabila seorang pemain sudah kehabisan atau tinggal lagi biji kemirinya.
Harupe otik na huboto Ipe ro sian hola loja Sude pe huoban marlaho-laho Anggo soadong do arti na aha na untung na
Artinya,
Biar sedikit yang kutahui Itu pun datang dari jerih payahnya Semua pun kubawa ke sana-sini Kalau tak ada artinya apalah untungnya’
Pantun itu akan dijawab sebagai berikut.
Tola mada dongan dohonon Denggan ni nasib ari Muda bahat pe dikarakohon Hapengan nanggi mengantusi
Artinya,
Bisalah kawan dikatakan Baik nasibnya hari Kalau banyak pun dipendamkan Serupa dengan tidak memiliki’
Jika salah seorang pemain sudah kalah, biasanya pantun yang diucapkan adalah sebagai berikut.
Mikim mada huting mangaligi ipos Mamikirhon butuhana Sangkilimpe saonnari madung malos Laho potaon pe suada
Artnya, ‘ Senyum kucing melihat lipas Memikirkan perutnya Yang sedikit pun sekarang sudah amblas Mau diteruskan pun tidak ada’
3.8. Marsidingkat Pantun berikut ini biasanya dipakai anak-anak Angkola/Mandailing dalam permainan marsidingkat. Sambil melompat melewati petak yang ada, berpindah dari satu petak yang lain, seorang anak yang marsidingkat ini akan berpantun. Pantun yang diucapkan itu adalah sebagai berikut.
On ma cara marsidingkat na topet Ulang jot-jot marlambat-lambat Songon on dada langka pandetdet Anso torus hita kehe tu ginjat
Artinya,
Beginilah cara marsidingkat (melompat) yang tepat Janganlah sering berlambat-lambat Beginilah sebenarnya langkah tersingkat Supaya kita terus pergi ke atas mendekat’
3.9. Marcungkil
Beberapa pantun yang kita temukan dalam permainan mencungkil ini oleh anak-anak Angkola Mandailing adalah sebagai berikut :
Sada dua tolu hupukul-pukul Marlogo-logo anak dohot inangna Hucungkil sada tujuanna bulbul Muda dao martamba etonganna
Artinya,
Satu dua tiga pukul-pukul Berlaga-laga anak dengan induknya Kusungkit sekali tujuannya banyak muncul Kalau jauh bertambah hitungannya
Pantun ini segera dijawab sewaktu seorang pemain melemparkan kembali anak pencungkil permainan marcungkil tersebut.
Sada on do anakna I muse tapukul-pukul Na sada on do elekna Nakkan adong etongan nabulbul
Artinya,
Satu inilah anaknya Yang satu inilah harapannya Tidakkan ada hitungan yang banyak muncul
Jikalau sasaran yang dituju anak pencungkil ternyata kurang atau tidak tepat, maka berikut ini yang diucapkan:
Nada i sala tapukul-pukul Tujuanna mambaen jop ni roha Ikle baya,etongan pe marbulbul Harana sili pambalingsa
Artinya, Tidak salah itu kita pukul-pukul Tujuannya membuat senang perasaan Aduh kasihan, hitungan kurang pun muncul Karena meleset cara melemparkan
3.10. Marbabiat Dalam permainan marbabiat ini, pantun pun dipergunakan ketika anak-anak Angkola/Mandailing yang menjadi pemilik calon mangsa harimu berusaha sedaya mungkin mencegah harimau tersebut menangkap kucing. Pantun yang mereka pergunakan adalah.
Ligin bo dongan indon huting dohot babiat Huting marlojong tu dangka-dangka Indin babiat eta ta ambat So sompat huting manjalahi golomanna
Artinya,
Lihatlah kawan ini kucing dengan harimau Kucing berlari ke cabang-cabang Mari kita hambat harimau itu Agarr sempat kucing mencari tempat berpegang
Kemudian diteruskan mereka dengan pantun berikut ini:
Songon sihirput tudosanna Diantuk pe madung maheput Haru pe huting kehe tu dangka Angkon babiat dapot mangaranggut
Artinya,
Ibarat puteri malu dengan sikapnya Disentuh saja pun sudah mengatup Walaupun kucing berlari ke cabang saja Pasti harimau dapat menangkap
Artinya,
Haru madung lolot marbunga Malapat do i dibaen ombun Bope babiat mora siaan bonana Tai di son huting do maroban tambun
Artinya,
Walau sudah lama berbunga Miring juga tertimpa embun Walaupun harimau raja didaerahnya Tetapi di sini kucinglah membawa keberuntungan
4.Tradisi Lisan yang Makin Redup
Masa anak-anak merupakan masa yang penuh ceria dan masa yang sangat indah.Anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari dipenuhi dengan berbagai ragam permainan. Tidak terkecuali anak-anaki Ang-kola/Mandailing. Sayangnya, permainan anak-nanak Angkola/Mandai-ling ini sekarang sudah hampir hilang serta sudah hampir tidak dikenal lagi oleh anak-anak Angkola/Mandailing. Adapun penyebabnya menurut pengamatan kami adalah:
1. Tempat bermain bagi anak-anak Angkola/Mandailing semakin lama sudah semakin berkurang, apalagi anak-anak Angkola/Mandailing yang tinggal di kota. 2. sikap atau kebiasaan anak-anak Angkola/Mandailing sudah berubah karena faktor lingkungan dan pergaulan. 3. kesempatan untuk bermain-main makin berkurang bagi anak-anak Angkola/Mandailing.
Hilang bermacam-macam permainan anak-anak Angkola/Mandailing ini sudah tentu cukup memprihatinkan. Untuk itu, perlu dilakukan invertarisasi serta pengenalan kembali bermacam-macam permainan anak-anak ini kepada anak-anak Angkola/Mandailing khususnya dan dunia anak-anak Indonesia umumnya. Lagi pula di antara permainan anak-anak Angkola/Mandailing itu ada yang berunsur magis, ada yang bernilai mendidik, dan ada yang bersifat ketangkasan.
Permainan marbanban, contohnya, mempunyai unsur magis.Oleh sebab itu andaikata permainan ini dilihat orang-orang tua, umumnya mereka akan melarangnya karena lebih sering menimbulkan bahaya. Akibat dilarangnya permainan tersebut dengan sendirinya menyebabkan saat itu anak-anak tidak mengenal lagi permainan ini. Di samping sangat jarang dillakukan, unsur magisnya pun menjadi berkurang bahkan sama sekali lenyap. Hal tersebut dapat diketahui apabila orang-orang tua menyuruh beberapa anak melakukannya. Hasil yang diperoleh ternyata bertolak belakang dari yqang diharapkan. Atau memang ada nilai khusus di dalam permainan itu bahwa nilai magisnya hanya bisa datang apabila dengan kehendak sendiri bukan dengan dipaksakan. Maksudnya, hany7a akan diperoleh hasilnya jika anak-anak itu sendiri yang harus melakukannya tanpa diperintah atau diminta oleh orang lain. 5. Penutup Permainan anak-anak Angkola/Mandailing ini dalah salah satu tradisi lisan Angkola/Mandailing yang seharusnyalah dilestarikan. Pada masa lalu permainan anak-anak Angkola/Mandailing ini dikenal oleh anak-anak Angkola/Mandailing ini dikenal oleh anak-anak Angkola/Mandailing secara meluas dan juga dengan baiknya. Sayangnya, pada masa kini permainan anak-anak Angkola/Mandailing ini sudah mulai hilang dan “Makin Redup” dari dunia anak-anak Angkola/Mandailing. Bahkan, diramalkan pada masa mendatang bahwa permainan anak-anak Angkola/Mandailing ini akan hilang dari dunia anak-anak Angkola/Mandailing.
******
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Abu dkk., Permainan Rakyat Daerah Sumatera Utara, Proyek IDKD Depdikbud, Medan, 1981.
______, Permainan Anak-Anak Daerah Sumatera Utara, Proyek IDKD Depdikbud, Medan, 1982.
Hooykas, Dr.C., Perintis Sastra, Terjemahan Raihoel Amar Gl Datoek Besar. J.B.Wolters, Groningen-Jakarta, 1951.
Hutasuhut, Palaon, Tungkot Maroban Lilu, Ende Ungut-Ungut, Pustaka Andalas, Medan, 1981.
Hutasuhut, Puli, Anak na Tinggal Menek, Ende Ungut-Ungut, Pustaka Timur, Padang Sidimpuan, 1981.
Marakup, Baginda, M., Jop ni Roha Pardomuan, Pustaka Timur, Padang Sidimpuan, 1969.
Perkasa Alam, CH. Sutan Tinggi Barani, Seni Budaya Tradisional, Pustaka Timur, Padang Sidimpuan, 1981. |