BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Kamis, 24 Februari 2011
Bacaan Minggu, 20 Maret 2011: Roma 5 : 1 - 5
Bacaan Minggu, 13 Maret 2011: Mazmur 91:1-9
Minggu Invocavit, 13 Maret 2011 Mazmur 91:1-9 HIDUP DALAM LINDUNGAN TUHAN
emua orang mendambakan hidup yang tenang dan tenteram, penuh kedamaian dalam hidupnya. Harapan ini menjadi impian semua orang. Namun di dalam hidup kita sering bertemu dengan ancaman yang bisa membahayakan kita. Apa arti hidup kita? Kita hidup hanya sekali. Dan umur kita pun terbatas. Tidak bisa diulang atau diperpanjang. Sekali saja. Karena itu sebenarnya hidup kita sangat berarti. Ada banyak hal yang patut membuat kita berpikir tentang hidup ini. Hidup begitu sarat dengan pengalaman dan angan-angan, dengan pelbagai perasaan serta dambaan, dengan banyak kesempatan dan kesulitan. Hidup kita mengandung sejuta makna. Hidup selalu diperhadapkan dengan harapan dan kenyataan. Harapan tidak selalu menjadi kenyataan, bahkan sering hidup penuh dengan masalah dan persoalan. Sering di dalam hidup ditandai dengan permusuhan, pencobaan, ancaman malapetaka dan rintangan. Apa yang kita lakukan dikala kita bertemu dengan dunia yang penuh ancaman ini? Mazmur 91 ini mengajak pendoa supaya teguh percaya kepada Tuhan di dalam hidup ini dan meyakinkan pendoa bahwa Tuhan adalah penyelamat dan pelindung. Allah yang setia dan selalu menyertai orang yang percaya kepada-Nya. Barangsiapa yang percaya, dia tidak perlu takut. “Berbahagialah semua orang yang berlindung kepadanya!” (2:12). Nas ini merupakan gambaran kehidupan yang dilakoni manusia. Banyak yang mengancam kehidupan kita, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan keluarga. Pasti tidak ada manusia yang menghendaki penderitaan, kesulitan, tantangan, ancaman ada di dalam hidupnya. Kesemuanya itu adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus kita hadapi dan jalani. Untuk ini pemzmur mengajak kita: a. Ayat 1-2. Ajakan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan Kedua ayat pembukaan ini adalah suatu ajakan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan. Kata-kata ini disampaikan kepada peziarah atau orang yang datang beribadah dan berdoa. “Tinggal” di sini tidaklah berarti terus-menerus berdiam secara fisik di lingkungan Bait Suci, tetapi menunjukkan sikap dan kerinduan akan perlindungan Tuhan. ‘Lindungan” dan “naungan”, kedua kata ini kemudian menjadi berkembang menjadi doa-liturgis untuk menunjukkan perlindungan Allah yang diperoleh dari lingkungan Bait Suci (bd.Mzm. 17:8;36:8;57:2). Bisa kita bandingkan dengan pembangunan gedung gereja di Tapanuli umunya selalu diusahakan di tempat yang agak tinggi, agar semua jemaat melihat gedung gereja itu. Kemudian dengan membunyikan lonceng gereja setiap jam 6.00 pagi dan jam 18.00 sore, maka jemaat meyakini kehadiran Tuhan di dalam keseharian hidup mereka. Tuhan (ay.2) adalah “Yang Mahatinggi” dan “Yang Mahakuasa” (ay. 1). Kedua sebutan ini punya sejarah. Penggunaan sejajar dari sebutan”Yang Mahatinggi” dan “Yang Mahakuasa” terdapat hanya pada mazmur ini, menunjukkan kuasa perlindungan dan naungan-Nya bagi orang yang datang kepada-Nya. Doa yang diusulkan kepada peziarah (ay.2) sebenarnya adalah jiwa dari setiap pemazmur yang menderita (bd. mis. 18:3; 31:4; 71:3; 144:2). Hanya pada Tuhanlah hati manusia dapat tenang (bd. 62:2,6,9). b. Ayat 3-9 Kata-kata peneguhan bagi yang percaya Bait ini adalah suatu ucapan langsung kepada pemazmur (pendoa) dan disampaikan oleh petugas liturgi. Dia ingin mendorong dan meyakinkan pemzmur akan kepastian perlindungan Tuhan Yang Mahatinggi. Dia berbicara dalam bahasa gambaran. Dari mana datangnya ancaman dan bahaya itu tidak disebutkan. Dalam mazmur-mazmur lain ancaman itu biasanya datang dari pihak musuh, orang fasik (ay.3,5) atau dari Tuhan sendiri untuk menghukum orang fasik (ay. 3,5-8). Ancaman dan malapetaka yang dilukiskan di sini dapat dilihat sebagai perwujudan dan kejahatan. Bait ini terdiri dari dua bagian (3-8,9-13) yang sama isinya, tetapi berbeda tekanannya. Pemazmur diyakinkan: (i). bahwa Tuhan akan melepaskan dari jerat yang dipasang oleh orang fasik secara sembunyi-sembunyi untuk menangkap dan mencelakakan dia (bd. 119:10; 140:6; 141:9; 142:4). Jerat adalah rencana busuk, tetapi jerat bisa juga sesuatu konteks hidup atau pergaulan yang mencelakakan orang lain (bd. Yos.23:13; Ams.22:5,24); (ii). bahwa Tuhan akan melindungi dia dengan:”kepak dan sayap-Nya”(ay.4). Tuhan disamakan dengan burung besar (bd. Kel.19:4; Ul.32:11-12; Mat.23:37). Mungkin kedua metaphor ini menunjuk pada kedua kerub yang bersayap yang menjadi seperti penjaga tabut perjanjian dalam ruang yang mahakudus (Kel.25:16-20; 1Raj. 6:24-32; 8:6). Tuhan adalah Allah”yang bersemayam di atas kerubim”(1Sam. 4:4; Mzm. 80:2; 99:1). Datang ke ”kemah” Tuhan berarti datang berlindung di bawah naungan sayap-sayap-Nya (Mzm. 61:5; bd. pula 17:8; 36:8; 57:2; 63:8). Perlindungan Tuhan itu teguh karena Dia adalah ‘Allah yang setia”(Mzm. 31:6). Kesetiaan-Nya adalah perisai-perisai pelindung.”Perisai” adalah metafora perang. Karena itu rasanya kurang pas dengan gambaran “jerat”(ay. 3). Bagian pertama, Siapa yang mendapat perlindungan Tuhan, tidak perlu takut (ay.5-8). Subyek sub-bagian ini bukan lagi Tuhan, melainkan pemazmur. Dia tidak perlu takut akan “kedahsyatan malam”(ay.5).”Malam” adalah saat bencana atau malapetaka yang kerap mendatangi orang secara tiba-tiba dan tak terduga (bd. Ams.3:25). “Malam” adalah saat kekuasaan iblis dan roh-roh jahat. Dia juga tidak perlu takut akan ancaman panah yang mematikan yang biasanya dibidikkan oleh orang-orang fasik terhadap orang benar dari tempat yang gelap. (Mzm. 11:2; 64:4-5; 64:6 menyebut pula perangkap, bd. 91:3). Keterangan”di waktu siang” mungkin untuk menekankan ancaman bahaya yang sudah tidak mengenal waktu. Juga “tengah hari” (waktu istirahat siang, bd. Kej. 18:1-5) adalah saat yang baik untuk mengadakan serangan yang tiba-tiba (bd. Yer. 6:4). Orang yang dilindungi oleh Tuhan juga tidak perlu takut akan penyakit sampar dan menular yang biasanya dikirim oleh Tuhan sebagai hukuman (Mzm. 6; bd. 78:49-50). Pada Habakuk 3:5 penyakit-penyakit ini berjalan di hadapan Tuhan sebagai pengiring-Nya. Penyakit-penyakit ini mungkin pula menggambarkan kekuatan kegelapan atau iblis. Kekuatan kegelapan menjatuhkan amat banyak orang, tetapi hal itu tidak akan menimpa orang yang percaya kepada Tuhan (Mzm.7; bd. 3). Dia hanya akan berdiri menyaksikan hukuman atas orang-orang fasik itu. Lukisan ayat 7 mengingatkan kita akan perang. Penyair menggunakan bahasa yang kuat (bd. 3:7) hanya untuk menyatakan besarnya perlindungan Tuhan bagi orang yang percaya. Hidup yang penuh ancaman dan bahaya digambarkan sebagai suatu pertempuran melawan kekuasaaam-kekuasaan yang jahat. Bagian kedua (ay.9-13) menekankan sekali lagi perlindungan Tuhan bagi orang yang percaya. Ay.9 berfungsi sebagai pembukaan untuk menekankan bahwa malapetaka atau tulah tak mendekati”kemah” orang yang percaya kepada Tuhan (ay.10) sebab Dia mengirim malaikat-malaikatnya untuk menjaga jalannya (ay.11). Di sini digunakan kata”kemah” dan bukan “pondok” atau “rumah”, karena di sini hidup digambarkan sebagai suatu perjalanan. Penjagaan yang diberikan oleh para malaikat itu begitu istimewa sehingga orang yang percaya kepada Tuhan itu seperti ditantang di atas tangan mereka (ay.12a). Penjagaan itu membuat dia terhindar dari bahaya tersandung pada batu (ay.12b). Bukan hanya itu! Penjagaan itu akan membuat dia mengalahkan ancaman-ancaman yang paling berbahaya dan mematikan sekalipun(ay.13). Renungan: Mazmur 91 ini mengajak kita untuk tetap berdoa dan tetap teguh percaya kepada Tuhan di dalam hidup kita yang penuh ancaman dan rintangan ini. Keamanan kita didasarkan pada sifat Allah, Yang Maha-Tinggi dan Mahakuasa yang memberi perlindungan dan naungan. Kita adalah orang yang sering kurang percaya atau seperti Petrus yang lekas bimbang ketika menghadapi bahaya (bd. Mat.14:29-31). Kita perlu terus-menerus mendengar firman yang menyelamatkan ini: Aku akan menyertai engkau di dalam kesesakan” dan dengan rendah hati kita berdoa;”Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”(Mrk. 9:24). Mazmur 91 ini sangat menekankan kepercayaan kepada Tuhan. Keamanan kita juga dilandasi pada iman pribadi. Allah yang kupercaya, dan dalam mempercayai Allah aku akan memperoleh baik tempat perlindungan maupun kubu pertahanan. Dia yang akan memberikan baik keamanan bagi mereka yang mempercayai Dia, maupun keamanan dari bahaya-bahaya yang mengancam.Tetapi apa artinya percaya itu baru menjadi lebih jelas dalam jawaban Yesus kepada Iblis ketika ia dicobai di bubung bait Allah (Mat. 4:5-7; Luk. 4:9-12). Orang yang percaya tidak mencobai Tuhan dengan menguji apakah Dia setia dengan firman-Nya atau tidak. Orang yang percaya juga tidak mencari mujizat, bahaya atau sensasi. Orang yang percaya menyerahkan diri kepada Tuhan dan taat kepada-Nya.”Siapa yang percaya, tidak akan tergesa-gesa”(Yes. 28:16). Dia menanti-nantikan Tuhan. (bd. 25:1-3). Mazmur 91 ini juga memperlihatkan landasan keamanan kita ialah kesetiaan Allah. Hidup itu adalah suatu perjalanan (menuju Allah) penuh perjuangan dan tantangan. Akan tetapi, bagi yang percaya kepada Allah akan menyertai dia dan memperlihatkan keselamatan yang datang dari pada-Nya. Hal ini juga berlaku bagi gereja. Dengan pertolongan Tuhan, Iblis dapat ditaklukan. Namun janganlah murid-murid bersukacita karena roh-roh jahat itu ditaklukan, tetapi hendaknya mereka bersukacita karena Tuhan mereka sebagai sahabat dan milik-Nya (bd. Luk. 10:17-20). Mazmur 91 menunjukkan keterjaminan keamanan itu menyangkut segi tabiat, di mana kebenaran itu dipentaskan dengan memperhadapkan nasib orang fasik Keamanan itu menyentuh segenap waktu, malam… siang, segala keadaan gelap…petang; segala bahaya, segala macam bencana. Jadi orang percaya itu selalu memiliki kekayaan keamanan di dalam Allah yang tidak dikenal dunia. Pdt.Luhut P. Hutajulu,M.Th.,D.Minn HP 0812 8529245 |
Langganan:
Postingan (Atom)