Kamis, 24 Februari 2011

Bacaan Minggu, 27 Maret 2011: Mazmur 109:21-31

widgeo.net
Minggu Okuli, 27 Maret 2011                                       Mazmur 109:21-31        

LIHATLAH TINDAKAN ALLAH YANG MELEPASKANMU DARI HIMPITAN HIDUP

 

 


M
azmur 109 ini adalah ratapan pemazmur secara individu yang mengalami penderitaan hebat akibat dakwaan berupa kata-kata yang jahat, yang dihakimi secara salah, yang terhukum dan yang menjadi cela bagi orang-orang di sekitarnya. Semuanya dakwaan yang pahit tersebut dirasakan pemazmur tidak benar, karenanya pemazmur dalam nas ini memohon kepada Allah bagi kelepasan dari himpitan penderitaan (ay. 21-29) dan kemudian memuji Allah yang menyelamatkannya (ay. 30-31). Dari segi sastera, pangaruh bunyi doa Nabi Yeremia (Yer. 18:19-23) sangat kuat dalam nas ini, sehingga para penafsir menyimpulkan bahwa nas ini diucapkan pemazmur pada masa pembuangan Babelonia atau sesudahnya.
Pemazmur menyerukan agar kiranya Allah bertindak kepadanya atas nama-Nya. Ia menyadari bahwa nama Allah adalah manifestasi dari karakter-Nya. Nama Allah mengekspresikan karakter-Nya yang menghendaki ketaatan yang penuh dari umat-Nya, dan dengan demikian umat-Nya bergantung pada kuasa-Nya. Nama Allah tidak mempunyai keberadaan yang terpisah dari diri Allah sendiri, serta merupakan penyataan kemurahhatian-Nya, di mana umat-Nya mempunyai hubungan dengan-Nya. Bait Allah di Yerusalem adalah tempat berdiam nama Allah yang dapat dijangkau oleh umat, sementara umat-Nya dapat berdoa kepada-Nya dengan cara memanggil nama-Nya. Nama Allah melindungi umat-Nya dalam segala kegiatan, di mana umat itu menunjukkan ketaatan dalam nama-Nya, memiliki pengharapan di dalam nama-Nya dan menyanyikan pujian bagi nama-Nya.
Dikatakan pula oleh pemazmur bahwa Allah hendaknya melepaskan dia oleh sebab kasih setia-Nya yang baik. Dalam Perjanjian Lama seruan untuk memperoleh kasih setia Allah yang baik terdapat beberapa kali. Ini berkaitan dengan kenyataan bahwa Allah yang setia itu adalah Allah yang memegang perjanjian terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang teguh pada perintah-Nya sampai kepada beribu-ribu keturunan (Ul. 7:9). Kasih setia Allah yang bersifat kekal itu diberikan juga kepada Daud dan dinastinya sebagaimana ditekankan dalam Kitab Samuel: ”Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud … kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul” (2Sam. 7: 15). Nabi Yesaya mengingatkan, perjanjian abadi akan diikat oleh Allah dengan umat-Nya, menurut kasih setia yang teguh yang dijanjikan-Nya dengan Daud (Yes. 55:3).
Keyakinan yang teguh akan kasih setia Allah sangat diidam-idamkan orang percaya manakala segala penderitaan dan kepahitan hidup berada di depan mata. Janganlah bersandar kepada kekuatan-kekuatan duniawi dan kemampuan pribadi. Bersandarlah kepada kasih setia Tuhan Allah senantiasa, sebagaimana di dalam nas ini pemazmur berseru meminta pertolongan dari Allah. Apabila kita melihat betapa nestapanya pengalaman hidup pemazmur di sini, yakni: sengsara, miskin, hati yang hancur, dan mati, maka kita bisa memaklumi jeritan hatinya di sini.  Istilah “miskin”  bukanlah semata-mata merujuk kepada orang yang tidak mempunyai harta dan mammon, melainkan juga kepada orang yang tidak mempunyai sumber-sumber yang dapat meluputkan hidupnya dari kesengsaraan, sehingga dengan demikian yang bersangkutan bergantung pada Allah.
Hati yang hancur di sini berarti kerusakan pada pusat kerohanian manusia selaku sumber datangnya emosi, pikiran, motivasi, semangat dan tindakan. Kalau proses bersumbernya emosi, pikiran, motivasi dan semangat pada diri seseorang sudah melempem, kehidupannya tentu tidak bergerak ke arah yang benar lagi. Untuk itu nas ini menyerukan agar kita memohon pertolongan dari Tuhan dalam situasi yang sulit sedemikian. Kita membutuhkan teguran yang mendidik dari Tuhan pada saat-saat yang membingungkan dalam hati yang hancur, karena dari segala kewaspadaan hatilah terpancar kehidupan (Ams. 4:23). Kehancuran hati pemazmur adalah perasaan seseorang bagaikan yang terkena kutuk. Begitulah gambaran perasaan batin terdalam pada pengalaman hidup seseorang yang sengsara, tetapi mendambakan pertolongan dari Tuhan.
Dalam situasi sulit itu pemazmur menghilang seperti bayang-bayang pada waktu memanjang, di mana ia menderita suatu kesengsaraan hidup, dan dengan demikian lututnya melentuk, badannya menjadi kurus, dan lemaknya habis. Melihat kenyataan ini, musuh-musuhya menggelengkan kepala, dan ia menjadi cela bagi musuh-musuh tersebut (ay. 24-25).
Dalam menerima pertolongan Tuhan, pemazmur meyakini dirinya selaku seorang hamba Tuhan. Istilah “hamba” untuk konteks kerajaan “Tuhan” di dalam Perjanjian Lama memperoleh pengertian sebagai status yang tinggi dan terhormat. Status “hamba” dikenakan juga kepada Musa (Kel. 14:31), Yosua (Yos. 24:29), Samuel (1Sam. 3:10), Daud (2Sam. 3:18) dan Elia (2Raj. 9:36).
Setelah mengalami kelepasan dari penderitaan, pemazmur tidak ‘lupa daratan’, melainkan mengingat segala sesuatunya itu sebagai perbuatan Tuhan yang maha ajaib. Ia bersyukur kepada-Nya serta memuji nama-Nya. Banyak doa dalam Kitab Mazmur berisikan ucapan syukur dan puji-pujian kepada Tuhan dalam rangka antisipasi buat jawaban doa-doa tersebut. Doa-doa itu merefleksikan kesadaran keagamaan umat Israel yang menekankan bahwa keselamatan dari musuh haruslah direspons dengan puji-pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan, sebagaimana juga doa yang dipanjatkan pada waktu kesesakan.
Puncak perbuatan dan tindakan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya adalah karya penyelamatan yang dilakukan oleh Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus dalam pengorbanan di kayu salib untuk memikul segala dosa kita, sehingga kita sudah menjadi orang-orang yang merdeka. Kita yang berada dalam kemiskinan akibat dosa berseru kepada Yesus agar kita beroleh keselamatan oleh karena kasih penyelamatan-Nya. Sebagaimana dikatakan Rasul Paulus: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2Kor. 8:9). Kesempurnaan kelepasan kita oleh Allah dalam Yesus Kristus mencakup kelepasan kita dari kuasa dosa dan maut, oleh karenanya tidak ada lagi alasan untuk kuatir dan takut dalam menghadapi tantangan hidup ini.
Inilah yang ditekankan oleh pemazmur di dalam nas Epistel ini, bahwa ia sudah yakin penuh akan pertolongan Tuhan yang menyelamatkannya sesuai dengan kasih setia-Nya. Ini pula keyakinan seorang teolog akbar abad 20, Karl Barth, yang telah menulis 14 jilid buku tebal seri dogmatika gereja (Kirchliche Dogmatik). Ketika ia suatu waktu ditanya seseorang tentang kesimpulan dalam beberapa kata dari segala buku yang ditulisnya di lapangan teologi. Jawab Karl Barth: “Inilah kesimpulannya: Yesus mengasihi aku, inilah yang aku ketahui, karena Alkitab mengatakan demikian kepada saya.” Terimalah kasih setia Tuhan Allah. Amin!


                                                                              
Pdt. Dr. Binsar Nainggolan                                                                   
Kepala Deartemen Marturia HKBP
HP: 08126261154 
    
    


Bacaan Minggu, 20 Maret 2011: Roma 5 : 1 - 5

widgeo.net
Minggu Reminiscere, 20 Maret 2011                                          Roma  5 : 1 - 5

HIDUP DI DALAM KASIH KARUNIA ALLAH




1
Paulus belum pernah ke Roma saat menulis surat ini, sekalipun sudah beberapa kali berencana pergi ke sana. Dengan kata lain, bahwa firman Allah telah didengar oleh jemaat di Roma sebelum ia pergi ke sana. Paulus berkata: Pertama-tama aku mengucap syukur kepada Allahku oleh Yesus Kristus atas kamu sekalian, sebab telah tersiar kabar tentang imanmu di seluruh dunia (Rm. 1:8). Paulus juga mendengar tentang tantangan hidup mereka, sehingga sangat perlu untuk menuliskan surat kepada mereka untuk menguatkan pengharapan mereka. Tantangan jemaat di Roma adalah pengaruh-pengaruh budaya yang datang dari berbagai penjuru ke kota Roma sebagai ibukota kerajaan Romawi, yang menjadi kota perdagangan. Sudah barang tentu budaya orang yang tidak mengenal Tuhan juga akan mempengaruhi hidup mereka. Boleh jadi bagi banyak orang yang menjadi kebahagiaan itu adalah hasil upaya sendiri. Berhasilnya perdagangan, suksesnya bisnis, mungkin dianggap menjadi sukacita dan keselamatan hidup. Tetapi Paulus memberitakan bahwa keselamatan itu bukan hasil usaha melainkan hanya pemberian Allah semata, dibenarkan oleh Iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
2.      Sungguh sangat indah jika kita menerima pemberian dari seseorang, dan pemberian itu bukan karena kita minta atu karena kita upayakan, sungguh murni pemberian semata yang diberikan kepada kita. Pemberian sedemikian tidak ternilai harganya. Sukacita sedemikianlah yang disampaikan oleh Paulus dalam nas ini, menerima pemberian Allah yaitu : pembenaran. Melalui iman, manusia diperdamaikan dengan Allah. Hukum Taurat tidak dapat memperdamaikan manusia dengan Allah tetapi iman kepada Tuhan Yesuslah yang memperdamaikan, mempersatukan manusia dengan Allah. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Pembenaran itu adalah anugerah semata, bukan upaya manusia atau karena kebajikan yang telah kita lakukan. Martin Luther berkata, pembenaran itu adalah sola gratia (hanya karena anugerah) dari Allah.
3.      Kasih karunia adalah suatu pemberian dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah atau dari yang kuat kepada yang lemah. Manusia adalah lemah dan tidak berdaya karena dosa-dosa. Manusia itu harus menerima upahnya yaitu upah kematian. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 6:23). Oleh karena itu manusia butuh belas kasihan, butuh pengampunan, butuh pembenaran, butuh penyelamatan. Dari manakah hal itu akan diperoleh? Allah bapa berbelas kasihan, sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus kita; melalui putra-Nya yesus Kristus, kita dibenarkan dan beroleh belas kasihan. Tidak ada yang dapat kita banggakan dari diri kita sendiri, amal, perbuatan, kebajikan dan suka memberi. Kita mungkin dapat berbuat baik, tetapi tidak dapat kita pungkiri bahwa manusia tidak seorangpun yang luput dari dosa. Sehingga perbuatan, amal dan kebajikan manusia tidak pernah mampu untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari kematian. Keselamatan itu hanya karena anugerah, pemberian Allah semata. Sejak semula Tuhan Allah tidak menghendaki manusia itu jatuh ke dalam kematian, tetapi kembali ke dalam hidup, maka Ia memberikan Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus. Itulah jalan Allah untuk Membenarkan manusia yang penuh dosa: oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya (Rm. 3:24–25).
4.   Sebelum kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini, atau sebelum manusia mengenal Tuhan Yesus, bahwa dunia ini berada di bahwa hukum taurat, berada di bawah dosa dan kematian. Tetapi dengan kedatangan tuhan Yesus manusia dibenarkan sehingga manusia itu berada di bawah kasih karunia. Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia (Rm. 6:12, 14). Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Inti dari anugerah Allah adalah kesediaan menerima di dalam iman. Orang benar diselamatkan hanya karena iman kepada Tuhan Yesus. Pembenaran karena iman itulah sukacita kita. Pembenaran adalah kekuatan sekaligus kasih karunia Allah, sehingga manusia diselamatkan dari kuasa dosa dan maut. Kasih akrunia Allah adalah bagaikan seorang hakim yang memberikan amnesty kepada seseorang yang seharusnya akan dihukum mati. Demikianlah seharusnya manusia tanpa terkecuali akan menerima hukuman kematian, tetapi Alah menjadi penjamin dan pemberi kelepasan, kita diselamatkan, sehingga kita beroleh hidup kembali.
5.      Sebagai umat Tuhan, tidak akan terlepas dari bebagai penderitaan atau kesengsaraan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam persekutuan itu sendiri. Namun sebagai orang percaya memiliki pengharapan, sehingga tidak akan jatuh karena dia berada di dalam Kristus. Kristus menderita di kayu salib adalah kesengsaraan yang dialami Yesus, namun kesengsaraan Yesus tidak berakhir begitu saja, tetapi kesengsaraan itu membawa berkat bagi dunia ini, karena melalui penderitaan-Nya dunia diselamatkan dan diperdamaikan dengan Allah Bapa.
Demikian halnya orang percaya ada kalanya mengalami kesengsaraan, penderitaan. Tetapi sebagai oang percaya tidak akan pernah putus asa menghadapi kesengsaraan. Bagi orang yang tidak beriman bahwa penderitaan itu adalah kekecewaan dan putus asa, tidak berpengharapan; tetapi bagi orang percaya dikatakan:  Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Maka jelaslah bagi orang percaya bahwa kesengsaraan atau penderitaan itu adalah berakhir pada sukacita, oleh karena itu jadikanlah penderitaanmu untuk menimbulkan ketekunan. Dengan kata lain, jika seseorang sedang dalam penderitaan hendaklah ia berdoa, menyerahkan diri kepda Tuhan Yesus yang sudah menyelamatkan dan yang sudah terlebih dahulu mengalami kesengsaraan. Oleh karena itu dikala manusia mengalami penderitaan, Tuhan yesus berkata: Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan (Mat. 11:28–30).
Memang pada masa datangnya penderitaan itu adalah sangat menyakitkan, tetapi hendaklah kita beroleh ketekunan untuk menghadapinya, karena dengan ketekunanlah kita beroleh tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Pengharapan adalah suatu kebanggaan; berpengharapan untuk selamat, berpengharapan untuk memperoleh berkat, berpengharapan untuk diselamatkan. Pengharapan kita ada di dalam Kristus, yang sudah menang dari segala penderitaan dan memenangkan kita dari kuasa maut.
6.      Orang percaya akan bersukacita karena ada dalam naungan kasih setia Allah. Sekalipun telah disuarakan Paulus sebelumnya bahwa menjadi Kristen itu adalah sulit karena harus menghadapi berbagai tantangan, sehingga Paulus berkata: bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan. Ketekunan (Yun, Hupomone), artinya, bukan hanya sabar, tetapi jauh lebih dari sabar, yaitu tetap bersemangan, kejahatan harus dikalahkan. Misalnya, seorang musikus bernama Beet Hoven mengalami sakit tuli, merupakan suatu gangguan yang sangat besar terhadap musikus. Tetapi dia berkata di dalam penyakitnya:  “ Saya akan menyerbu kehidupan ini”.  Artinya, dia memiliki semangat yang luar biasa bahwa dia tidak akan kalah sekalipun tuli. Semangan sedemikian perlu menjadi semangat kita semua, semangat orang percaya. Janganlah kalah oleh karena penderitaan, tetapi semangat trus karrena kita memiliki pengharapan yang hidup yaitu Tuhan Yesus ada
bersama kita.
7.      Ketekunan menimbulkan tahan uji. Ibarat logam, untuk mengetahui kemurniannya harus dibakar dengan api dengan kepanasan ribuan derajat, dari sana akan nyata kemurnia logam tersebut, dan dihasilkan perak murni, dan menjadi kesukaan manusia sepanjang masa. tahan uji pandohan on do dipake tu logam na tahan uji di api, asa ias gabe  perak murni. Molo diadopipe parungkiloni mambahen tahan uji doi gabe jolma na tang mangadopi ragam ni namasa,mamboan ibana lam jenek tu Debata, jala dung lam jenek tu Debata gabe hot ma pangkirimonna. Ido diunjungi si Paulus pandohanna di jamita on   “Ai ndang na murak hita bahenon ni pangkirimon i.”
Molo adong dua halak  mangadopi masalah nasurupa. Disahalak boi do namasai mamboan ibana tu naputus asa, gabe inama ujung ni pangkirimonna. Alai tu nasada nari mamboan tuhamonangan doi jala gabe ido bona ni kejayaan di ibana..  Songon pandohan nisada halak na malo na margoar Lord Reith “ Saya tidak menyenangi Krisis, alai menyenangi kesempatan-kesempatan yang diberikannya.” Ninna ibana. Boi do songoni adopanta diportibion. Molo gabe tu parungutunguton do ujung na gabe mandelema hita. Alai molo barani do hita mangadopi namasai, gabe ido gogonta mangadopi ragam ni hamaolon  alani do hatauon /tahan uji molo di paraktekkon doi dingoluon ima na mamboan tu pangkirimon.  Pangkirimon ni halak Kristen ndang heai  mengecewakan,ala panghirimoni   dibagasan holong ni Debata doi Molo dibagasan Debata do pangkirimon ni jolma   ndanghea di sesatkani ala dihaholongi Debata do hita dibagasan holong na abadi, na nidukung ni huason namanongtong.
8.      Holan asi roha   ido sipangasahonontoni,sipujiongku do Jahowa dung ro na pamanathon i. ninna di B.E. No. 183;3   Asi ni roha do na tapangasahon dingolunta on. Molo didok uju marulaon na badia hita unag pangasahon haburjuonmu, ninna  na marlapatan doi  saluhutna ngolunta on tung so adong  naro sian dirinta sandiri. Alai tung silehonlehon doi tajalo sian Debata. Molo songoni do nunga tung unduk jala serep hita diadopan ni Debata. Ndang adongbearna hita paburnang diri diadopan ni Tuhani. Jala tung so adong do dasarna molo so tapuji ibana ariari..  dipatau do hita manjalo basabasanai   dipatongon do hita tu ngo9lu nasonang dilinggoman ni habongNa, songon posoposoi n alas jala sonang di bortian ni natorasna songoni  naposea   dipatongon tudalan hangoluan sogot asa dohot  hita nampuna upa namanongtong sijaloon ni naporseai.   Molo tung  godangpe parungkilon na taadopi patorashon pangkirimonta mai di Debata, ai ndang hea murak halak na mangkirim tu Debata ala hot do baga-bagana rodi saleleng  ni lelengna.    A m e n.
                                    





Pdt. BDF. Sidabutar, S.Th.
Praeses HKBP Distrik Tebing Tinggi
HP 0816 815756

Bacaan Minggu, 13 Maret 2011: Mazmur 91:1-9

widgeo.net
Minggu Invocavit, 13 Maret 2011                                                                                          Mazmur 91:1-9

HIDUP  DALAM   LINDUNGAN   TUHAN



S
emua orang mendambakan hidup yang tenang dan tenteram, penuh kedamaian dalam hidupnya. Harapan ini menjadi  impian semua orang. Namun di dalam hidup kita sering bertemu dengan ancaman yang bisa membahayakan kita. Apa arti hidup kita? Kita hidup hanya sekali. Dan umur kita pun terbatas. Tidak bisa diulang atau diperpanjang. Sekali saja. Karena itu sebenarnya hidup kita sangat berarti. Ada banyak hal yang patut membuat kita berpikir tentang hidup ini. Hidup begitu sarat dengan pengalaman dan angan-angan, dengan pelbagai perasaan serta dambaan, dengan banyak kesempatan dan kesulitan. Hidup kita mengandung sejuta makna.  Hidup selalu diperhadapkan dengan harapan dan kenyataan. Harapan tidak selalu menjadi kenyataan, bahkan sering hidup penuh dengan masalah dan persoalan. Sering di dalam hidup ditandai dengan permusuhan, pencobaan, ancaman malapetaka dan rintangan. Apa yang kita lakukan dikala kita bertemu dengan dunia yang penuh ancaman ini?
Mazmur 91 ini mengajak pendoa supaya  teguh percaya kepada Tuhan di dalam hidup ini dan meyakinkan pendoa  bahwa Tuhan adalah  penyelamat dan pelindung. Allah yang setia  dan selalu menyertai orang yang percaya kepada-Nya. Barangsiapa yang percaya, dia tidak perlu takut. “Berbahagialah semua  orang  yang berlindung kepadanya!” (2:12). Nas ini merupakan  gambaran kehidupan yang dilakoni manusia. Banyak yang mengancam kehidupan kita, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan keluarga. Pasti tidak ada manusia yang menghendaki penderitaan, kesulitan, tantangan, ancaman ada di dalam hidupnya. Kesemuanya itu adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus kita hadapi dan jalani. Untuk ini pemzmur mengajak kita:

a.      Ayat 1-2. Ajakan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan

Kedua ayat  pembukaan ini adalah suatu ajakan  untuk menyerahkan  diri kepada Tuhan. Kata-kata ini disampaikan kepada peziarah atau orang yang datang beribadah dan berdoa.  “Tinggal” di sini tidaklah berarti terus-menerus berdiam secara fisik di lingkungan Bait Suci, tetapi menunjukkan sikap  dan kerinduan akan perlindungan Tuhan. ‘Lindungan” dan “naungan”, kedua kata ini kemudian menjadi berkembang menjadi  doa-liturgis  untuk menunjukkan perlindungan Allah  yang diperoleh  dari lingkungan Bait Suci (bd.Mzm. 17:8;36:8;57:2). Bisa kita bandingkan dengan pembangunan gedung gereja di Tapanuli umunya selalu diusahakan di tempat yang agak tinggi, agar semua jemaat melihat gedung gereja itu. Kemudian dengan membunyikan lonceng gereja setiap jam 6.00 pagi dan jam 18.00 sore, maka jemaat meyakini kehadiran Tuhan di dalam keseharian hidup mereka.
Tuhan (ay.2) adalah “Yang Mahatinggi” dan “Yang Mahakuasa” (ay. 1). Kedua sebutan ini punya sejarah.  Penggunaan sejajar dari  sebutan”Yang Mahatinggi” dan “Yang Mahakuasa” terdapat hanya pada mazmur ini, menunjukkan kuasa perlindungan dan naungan-Nya bagi orang yang datang kepada-Nya. Doa yang diusulkan kepada peziarah (ay.2) sebenarnya adalah jiwa  dari setiap  pemazmur yang menderita (bd. mis. 18:3; 31:4; 71:3; 144:2). Hanya pada Tuhanlah  hati manusia dapat tenang (bd. 62:2,6,9).

b.      Ayat 3-9 Kata-kata peneguhan bagi yang percaya

Bait ini adalah suatu ucapan langsung kepada pemazmur (pendoa) dan disampaikan oleh petugas liturgi. Dia ingin mendorong dan meyakinkan pemzmur akan kepastian perlindungan Tuhan Yang Mahatinggi. Dia berbicara dalam bahasa gambaran. Dari mana datangnya ancaman dan bahaya itu tidak disebutkan. Dalam mazmur-mazmur lain ancaman itu biasanya datang dari pihak musuh, orang fasik (ay.3,5) atau dari Tuhan sendiri untuk menghukum orang fasik (ay. 3,5-8). Ancaman dan malapetaka yang dilukiskan di sini dapat dilihat sebagai perwujudan dan kejahatan.
Bait ini terdiri dari dua bagian (3-8,9-13) yang sama isinya, tetapi berbeda tekanannya. Pemazmur diyakinkan:
(i).   bahwa Tuhan akan melepaskan dari jerat yang dipasang oleh orang fasik secara sembunyi-sembunyi untuk menangkap dan mencelakakan dia (bd. 119:10; 140:6; 141:9; 142:4). Jerat adalah rencana busuk, tetapi jerat bisa juga sesuatu konteks hidup atau pergaulan yang mencelakakan orang lain (bd. Yos.23:13; Ams.22:5,24);
(ii).  bahwa Tuhan akan melindungi dia dengan:”kepak dan sayap-Nya”(ay.4). Tuhan disamakan dengan burung besar (bd. Kel.19:4; Ul.32:11-12; Mat.23:37). Mungkin kedua metaphor ini menunjuk pada  kedua kerub yang bersayap yang menjadi  seperti  penjaga tabut perjanjian dalam ruang yang mahakudus (Kel.25:16-20; 1Raj. 6:24-32; 8:6). Tuhan adalah Allah”yang bersemayam di atas kerubim”(1Sam. 4:4; Mzm. 80:2; 99:1). Datang ke ”kemah” Tuhan berarti datang berlindung di bawah naungan sayap-sayap-Nya (Mzm. 61:5; bd. pula 17:8; 36:8; 57:2; 63:8). Perlindungan Tuhan itu teguh karena Dia adalah ‘Allah yang setia”(Mzm. 31:6). Kesetiaan-Nya adalah perisai-perisai pelindung.”Perisai” adalah metafora perang. Karena itu rasanya kurang pas dengan gambaran “jerat”(ay. 3).

Bagian pertama, Siapa yang mendapat perlindungan Tuhan, tidak perlu takut (ay.5-8). Subyek sub-bagian ini bukan lagi Tuhan, melainkan pemazmur. Dia tidak perlu takut akan “kedahsyatan malam”(ay.5).”Malam” adalah saat bencana  atau malapetaka yang kerap  mendatangi orang secara tiba-tiba dan tak terduga (bd. Ams.3:25). “Malam” adalah saat kekuasaan iblis dan roh-roh jahat. Dia juga tidak perlu takut akan ancaman panah yang mematikan yang biasanya dibidikkan oleh orang-orang fasik terhadap orang benar dari tempat yang gelap. (Mzm. 11:2; 64:4-5; 64:6 menyebut pula perangkap, bd. 91:3). Keterangan”di waktu siang” mungkin untuk menekankan ancaman bahaya yang sudah tidak mengenal waktu. Juga “tengah hari” (waktu istirahat siang, bd. Kej. 18:1-5) adalah saat yang baik untuk mengadakan serangan yang tiba-tiba (bd. Yer. 6:4). Orang yang dilindungi oleh Tuhan juga tidak perlu takut akan penyakit sampar dan menular yang biasanya dikirim oleh Tuhan sebagai hukuman (Mzm. 6; bd. 78:49-50). Pada Habakuk 3:5 penyakit-penyakit ini berjalan di hadapan Tuhan sebagai pengiring-Nya. Penyakit-penyakit ini mungkin pula menggambarkan kekuatan kegelapan atau iblis. Kekuatan kegelapan menjatuhkan amat banyak orang, tetapi hal itu tidak akan menimpa orang yang percaya kepada Tuhan (Mzm.7; bd. 3). Dia hanya akan berdiri menyaksikan hukuman atas orang-orang fasik itu. Lukisan ayat 7 mengingatkan kita akan perang. Penyair menggunakan bahasa yang kuat (bd. 3:7) hanya untuk menyatakan besarnya perlindungan Tuhan bagi orang yang percaya. Hidup yang penuh ancaman dan bahaya digambarkan sebagai suatu pertempuran melawan kekuasaaam-kekuasaan yang jahat.
Bagian kedua (ay.9-13) menekankan sekali lagi perlindungan Tuhan bagi orang yang percaya. Ay.9 berfungsi sebagai pembukaan untuk menekankan bahwa malapetaka atau tulah tak mendekati”kemah” orang yang percaya kepada Tuhan (ay.10) sebab Dia mengirim malaikat-malaikatnya untuk menjaga jalannya (ay.11). Di sini digunakan kata”kemah” dan bukan “pondok” atau “rumah”, karena di sini hidup digambarkan sebagai suatu perjalanan. Penjagaan yang diberikan oleh para malaikat itu begitu istimewa sehingga orang yang percaya kepada Tuhan itu seperti ditantang di atas tangan mereka (ay.12a). Penjagaan itu membuat dia terhindar dari bahaya tersandung pada batu (ay.12b). Bukan hanya itu! Penjagaan itu akan membuat dia mengalahkan ancaman-ancaman yang paling berbahaya dan mematikan sekalipun(ay.13).

Renungan:

Mazmur 91 ini mengajak kita untuk tetap berdoa dan tetap teguh percaya kepada Tuhan di dalam hidup kita yang penuh ancaman dan rintangan ini. Keamanan kita didasarkan pada sifat Allah, Yang Maha-Tinggi dan Mahakuasa yang memberi  perlindungan dan naungan. Kita adalah orang yang sering kurang percaya atau seperti Petrus yang lekas bimbang ketika menghadapi bahaya (bd. Mat.14:29-31). Kita perlu terus-menerus mendengar firman yang menyelamatkan ini: Aku akan menyertai engkau di dalam kesesakan” dan dengan rendah hati kita berdoa;”Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”(Mrk. 9:24).
   Mazmur 91 ini sangat menekankan kepercayaan kepada Tuhan. Keamanan kita juga dilandasi pada iman pribadi. Allah yang kupercaya, dan dalam mempercayai Allah aku akan memperoleh baik tempat perlindungan maupun kubu pertahanan. Dia yang akan memberikan baik keamanan bagi mereka yang mempercayai Dia, maupun keamanan dari bahaya-bahaya yang mengancam.Tetapi apa artinya percaya itu baru menjadi lebih jelas dalam jawaban Yesus kepada Iblis ketika ia dicobai di bubung bait Allah (Mat. 4:5-7; Luk. 4:9-12). Orang yang percaya tidak mencobai Tuhan dengan menguji apakah Dia setia dengan firman-Nya atau tidak. Orang yang percaya juga tidak mencari mujizat, bahaya atau sensasi. Orang yang percaya menyerahkan diri kepada Tuhan dan taat kepada-Nya.”Siapa yang percaya, tidak akan tergesa-gesa”(Yes. 28:16). Dia menanti-nantikan Tuhan. (bd. 25:1-3).
Mazmur 91 ini juga memperlihatkan landasan keamanan kita ialah kesetiaan Allah. Hidup itu adalah suatu perjalanan (menuju Allah) penuh perjuangan dan tantangan. Akan tetapi, bagi yang percaya kepada Allah akan menyertai dia dan memperlihatkan keselamatan yang datang dari pada-Nya. Hal ini juga berlaku bagi gereja. Dengan pertolongan Tuhan, Iblis dapat ditaklukan. Namun janganlah murid-murid bersukacita karena roh-roh jahat itu ditaklukan, tetapi hendaknya mereka bersukacita karena Tuhan mereka sebagai sahabat dan milik-Nya (bd. Luk. 10:17-20).
Mazmur 91 menunjukkan keterjaminan keamanan itu menyangkut segi tabiat, di mana kebenaran  itu dipentaskan dengan memperhadapkan nasib orang fasik Keamanan itu menyentuh segenap waktu, malam… siang, segala keadaan gelap…petang; segala bahaya, segala macam bencana. Jadi orang percaya itu selalu memiliki kekayaan keamanan di dalam Allah yang tidak dikenal dunia.

Pdt.Luhut P. Hutajulu,M.Th.,D.Minn
HP 0812 8529245