Sabtu, 14 Mei 2011

Sibasaon Minggu, 26 Juni 2011: Johannes 5 : 39-47

widgeo.net

TUNGGU APALAGI, PERCAYALAH
DAN BUKANKAN HATIMU UNTUK DIA

HATORANGAN NI SIBASAON

MINGGU I DUNG TRINITATIS 
MINGGU, 26 JUNI 2011

Jamita : 1Johanes 4 : 16-21
Sibasaon : Johannes 5 : 39-47


Pendahuluan.
O
rang-orang Yahudi sangat antusias dan intensif mempelajari Kitab Suci, terutama kitab para nabi dan kitab Torah sehingga mereka  disebut Ahli taurat, Firisi dan Suduse, menyelidiki Kitab-kitab suci secara teliti (kitab perjanjian lama), mereka yakin dan percaya bahwa ada kesaksian akan datang mesias untuk melepaskan umat-Nya. Para ahli kitab suci menggali dan mempercayai akan kedatangan Mesias, tetapi mereka tidak mempercayai, mengakui  bahwa Yesuslah anak Allah yang telah dinubuatkan. Sampai sekarang mereka masih menantikan sang Mesias. Mereka yakin dan percaya bahwa apabila menyelidiki kitab taurat Musa mereka telah mempunyai  kehidupan yang kekal. Tetapi sedikitpun mereka tidak ngeh, untuk mempercayai Yesus. Malah dengan kekerasan hati mereka,  mereka mencari-cari alasan untuk menjerat, mengadukan dengan segala  cara-cara yang licik dan pintar. Bahkan Yesus dianggap menghujat Allah, menjadikan diri-Nya populer dan supaya dihormati dengan melakukan tanda-tanda mujizat dan penyembuhan orang sakit, lumpuh, dll. Memang secara manusiawi sering orang mencari hormat, kemuliaan untuk dirinya apabila melakukan atau berbuat sesuatu untuk orang banyak. Tetapi Yesus dengan tulus ikhlas melakukan apa yang dikehendaki Bapa-Nya; bukan membutuhkan hormat dari manusia, dengan kerendahan hati mengatakan bahwa tidak butuh kehormatan dari manusia. Yesus tidak membutuhkan kehormatan dari orang-orang yang tidak percaya kepada Allah dan tidak mengasihi Allah.

1.     Percayalah dan Bukankan hatimu untuk Dia

Ketegaran hati menutup iman percaya kita terhadap Yesus. Kita dapat mempelajari, dan menyelidiki segala kebenaran-kebenaran, tetapi apabila kita tidak membuka mata rohani (iman percaya) kita, maka kita tidak akan tahu apa dan siapa kebenaran itu. Sama halnya dengan orang Farisi, Saduse dan Ahli taurat yang tidak percaya kepada Yesus. Mereka menolak keselamatan yang diperbuat Allah melalui Yesus Kristus (Yoh. 3:16) meskipun mereka telah menyelidiki kitab suci (kitab taurat Musa) secara seksama, namun mereka tidak mengerti maksud yang sesungguhnya akan nubuat tentang Mesias (yang diurapi) yang mereka nantikan, yakni tentang Kristus sendiri yang telah ada di tengah-tengah mereka. Mereka tidak datang kepada Yesus untuk memperoleh hidup (Yoh. 5: 24; Yoh. 14:6). Mereka sudah menyelidiki kitab suci bahwa kesaksian tentang Yesus sudah terang dan jelas dalam kitab nabi-nabi, tetapi mereka tidak mempercayai bahwa Yesus itulah Mesias yang dinubuatkan dalam kitab
suci. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal,.. Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu (39-40). Ketegaran hati terbukti dalam penolakan terhadap Yesus, dan tidak akan mungkin memperoleh kasih karunia Tuhan, pengampunan, keselamatan apabila menolak (tidak mempercayai) Yesus Kristus.
Percaya dan menerima menjadi pintu jalan masuk menerima kasih karunia dan pengampunan dari Allah melalui Yesus Kristus. Dialah pendamaian dan tebusan bagi banyak orang, supaya kita tidak hidup untuk diri kita sendiri tetapi untuk Dia (2Kor. 5:14-15,19). Dengan percaya dan menerima Kristus Yesus (Mesias yang diurapi) kita mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sudah pindah dari maut ke dalam hidup; Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup (Yoh. 5:24). Datanglah, Percayalah dan Terimalah Yesus sebagai Juruselamat kita, Dialah pendamaian bagi kita dengan tidak memperhitungkan pelanggaran-pelanggaran kita. Berilah dirimu diperdamaikan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Mempelajari dan menyelidiki Alkitab adalah baik, meneladani dan mencontoh kehidupan orang-orang/tokoh-tokoh beriman dalam Alkitab dan tokoh-tokoh/bapak-bapak gereja yang telah bersaksi, menaburkan benih Firman Allah patut kita pelihara tetapi yang terutama dan pertama adalah percaya dan terimalah Yesus sebagai Juruselamatmu (Ibr. 12:2).  Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka (Ibr. 13:7-9). Penyelidikan dan penguasaan akan Firman Allah tidak menyelamatkan kita, dan menokohkan/fanatisme terhadap tokoh manusia (nabi-nabi) tidak akan menyelamatkan, hanya melalui Yesus Kristus kita beroleh keselamatan, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja,tetapi juga untuk dosa seluruh dunia (1Yoh. 2:1b-2). Datanglah, Percayalah dan Terimalah Dia, tunggu apa lagi !

2.    Jauhkan Praduga dan Prasangka

Sering kali ada praduga, prasangka terhadap sesuatu yang baru, apalagi sangat berbeda dari sebelumnya.Dimana Yesus sudah melakukan banyak hal yang belum pernah terjadi; mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus dan pengajaran Yesus yang menakjubkan orang banyak.Hal itu membuat ahli Taurat, Parisi dan Saduse merasa terpinggirkan dan tersudut, harga diri, kehormatan mereka mungkin terganggu.Mereka pun mengira bahwa Yesus tidak mengetahui siapa mereka sebenarnya. Padahal Yesus mengenal aslinya; sampai hati yang terdalam, mengenal mereka yang tidak mengasihi Allah, tidak menerima Yesus (bd. Mzm..139:1-13). Mereka lebih hormat dan menerima manusia dengan kehormatan yang sia-sia seperti penguasa duniawi. Tuhan mengetahui isi hati kita yang terdalam, dibalik penampilan, dan ucapan-ucapan manis kita terhadap Allah dan siapapun, Allah tahu apakah kita mencari hormat bagi diri kita sendiri atau bagi kemulianan Allah. Menyelidiki kebenaran Allah adalah baik tetapi yang paling baik adalah mempercayai kebenaran Allah dan hidup dalam kebenaran serta mempraktekkannya. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah.  Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku,.....  (ay. 42-44). Mereka menduga dan berprasangka bahwa Yesus mau mencari kemuliaan untuk diri-Nya, pada hal untuk mengembalikan harkat dan martabat kita yang sudah jatuh ke dalam dosa, yang membuat kita tidak berharga.Yesus mengembalikan harkat dan martabat manusia, supaya kita hidup di dalam kasih-Nya.
Mari, datanglah, percayalah, bukakanlah isi hatimu kepada-Nya, kasihilah Tuhan Allahmu dan sesamamu, itulah kemuliaan bagi Allah, sebagaimana Yesus ajarkan : "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22:37-39). Mengasihi sebagaimana yang diwujudkan Yesus bagi dunia, melalui hidupnya, pelayanan-Nya, pekerjaan Allah yang dilakukan-Nya (mengajar, berkotbah, menyembuhkan dan melakukan tanda-tanda mujizat, dll). Pintar untuk menyelidiki kebenaran, dan merumuskannya dengan sangat teliti hanya sebatas pengetahuan saja, tetapi mengetahui, mempercayainya dan menerima kebenaran itu serta mempraktekkannya itulah bukti yang dapat dilihat dan diteladani orang lain. Karena itu kehidupan orang beriman harus satu pengakuan iman (kata) dan perbuatan baik.
Demikian jugalah hidup atau kehidupan orang-orang yang percaya, yang sudah menerima Yesus, akan tercermin, terpancar dalam praktik hidup sehari-hari; perkataan, perilaku, kerja, hubungannya dengan Tuhan dan sesama menjadi kesukaan hati Tuhan (menjadi garam dan terang: Mat. 5:13-16). Mungkin banyak orang mengetahui secara dalam dan bahkan menguasai dogma kebenaran Allah dengan memiliki pengetahuan teologia strata S1, S2, S3 dan rajin melakukan  tradisi-tradisi ritual agama setiap minggu, namun praktik hidupnya sehari-hari tidak sejalan dengan iman percayanya. Sehingga orang berkata; dengarkanlah apa yang dikatakannya yang baik tetapi jangan tiru kelakuannya, praktik hidupnya. Karena tidak satu perkataan dengan perbuatan (siapa tahu sekedar manis di bibir, mengumbar janji, janji kampanye, atau di halak Batak didok ”gomak”: godang maksudna).

3.    Yesus datang untuk memulihkan hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia

Sekalipun mereka menolak Yesus, tidak menerima Yesus sebagai Mesias yang diutus menjadi jalan keselamatan (Yoh. 14:6), Yesus dengan tegas mengungkankan bahwa tidak akan mendakwa mereka dihadapan Allah, meskipun kepada Yesus telah diberikan kuasa Ia tidak melakukannya. Pendakwa bagi mereka adalah Musa, sebagai tokoh yang dipercaya sebagai pengharapan mereka.Tokoh Musa sangat dihargai, dihormati sebagai pemimpin umat Israel, yang membawa mereka keluar dari penindasan.Musa bukan sekedar tokoh, malah sebagai perantara Allah untuk mendamaikan Israel dengan Allah. Musa pemimpin yang terpanggil dan bersedia  mengorbankan dirinya untuk umat Israel. Oleh karena itu kitab-kitab Musa sangatlah dikenal, dan diyakini, dipercayai berbicara kepada mereka.Musa mereka percayai sebagai perantara Allah untuk pengharapan mereka. Mereka menerima hukum-hukum Musa, mempelajari dan menyelidikinya secara mendalam dan mengembangkannya, hingga  Musa dibuat menjadi hakim yang menuduh dan mendakwa.
Sebenarnya apabila mereka sungguh-sungguh mempercayai Musa. Mereka tidak mengetahui lagi bahwa Musa adalah prototipe dari Allah.Sehingga mereka tidak menerima Yesus. Sebenarnya jikalau mereka percaya kepada Musa, tentu mereka sudah percaya kepada Yesus yang ditulis oleh Musa tentang nubuat akan Mesias. Yesus datang dan diutus untuk memulihkan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama manusia, supaya kita hidup di dalam kasih-Nya dan tinggal di dalam Dia, sebagaimana doa Tuhan Yesus;  Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan,.... Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."  (Yoh. 17: 24-26).
Apa yang sudah kita pelajari dan selidiki tentang kebenaran Allah dalam Firman Allah (Kitab Suci) itulah yang mendakwa kita bahwa kita tidak hidup sesuai dengan kebenaran Firman Allah. Kita sudah belajar Firman Allah (Beribadah setiap minggu, berPA kategorial, kebaktian keluarga/daerah/wjik, Sermon-sermon, dll. Tetapi hal itu sendirilah yang mengungkapkan bahwa  kita tidak dapat dibenarkan. Kita sadar dan menyadari bahwa tidak dapat hal itu membenarkan kita. Hanya dengan iman percaya dan pembenaran Allah, bukan usaha dan hasil pekerjaan kita (Ef. 2:8-9). Firman Tuhan setiap saat mengingatkan kita, mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik kita supaya kita diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik, sebagaimana Paulus mengirimkan surat pastoralnya kepada Timoteus ; Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2Tim. 3:14-17).
Kita telah menerima pengajaran, khotbah, tanda-tanda mujizat yang dilakukan Yesus pada masa hidupnya (pelayanan-Nya selama di dunia) dan hingga sekarang pun Allah bekerja melalui hamba-hamba-Nya, orang-orang percaya/anak-anak Tuhan. Kita adalah “teman sekerja Allah”, menggembalakan domba-domba Allah (2Kor. 6:1f, 1Ptr. 5:1f ) supaya jangan sia-sia kasih karunia Allah yang kita terima. Marilah kita tunjukkan dalam kehidupan kita masing-masing; sebagai pelayan Allah, ya melayani sebagai pelayan, sebagai jemaat ya ikut ambil bagian dalam pelayanan.Ketulusan , kerendahan hati, kejujuran, rajin melakukan tugas panggilan kita masing-masing di mana kita bekerja, bertugas, melayani. Jabatan atau fungsi apa yang melekat bagi kita di kantor swasta, negeri, lembaga pemerintah, agama, dalam  keluarga, gereja dan masyarakat (Rm. 12: 6-8). Lakukanlah seperti melayani kepada Tuhan bukan manusia. Mari kita bangun kehidupan gereja HKBP (orang-orang percaya sebagai tubuh Kristus) dalam Keutuhan, Kebersamaan dan Keperdulian  terhadap HKBP di manapun (desa dan kota) yang didasari Kasih Kristus.

Hal ini kita mulai dari diri kita sendiri; Hidup Spiritualitas para hamba-hamba Tuhan dan Jemaat, kita mulai dari hal-hal yang kecil dan sekarang juga Lakukanlah yang terbaik buat Tuhan melalui HKBP dalam lingkungan atau lapangan pelayanan kita masing-masing (pimpinan/pendeta resort atau diperbantukan, guru jemaat, bibelvrouw, diakones, penetua) entah kita jemaat di desa-kota, di lembaga-lembaga, departemen secara struktural dan fungsional, bukan untuk pujian dan kemuliaan bagi diri kita. Kita semua (orang-orang percaya/siapapun) memuliakan Tuhan dengan apa, di mana kita bekerja melayani. Pelayanan dan melayani bukan hanya istilah atau konteks gereja tetapi dalam semua aspek kehidupan, kerja, tugas dan fungsi kita adalah pelayanan dan melayani buat Tuhan dan sesama sesuai dengan iman percaya kita (sebagai tenaga medis, bidang hukum, sosial-ekonomi, politik, penatalayanan di kantor, dll) Do the best. Bapa kita tahu apa yang kita lakukan. Amin



Ramli SN Harahap










Jamita Minggu, 26 Juni 2011: 1Johanes 4 : 16-21

widgeo.net

HIDUP DI DALAM KASIH

HATORANGAN NI JAMITA

MINGGU I DUNG TRINITATIS 
MINGGU, 26 JUNI 2011

Jamita : 1Johanes 4 : 16-21
Sibasaon : Johannes 5 : 39-47

Pengantar

Surat ini dituliskan  oleh Rasul Yohanes untuk meneguhkan dan memperkokoh iman orang-orang yang percaya pada waktu itu. Dimana ajaran dan doktrin-doktrin baru sedang berkembang dan menjadi perdebatan sengit  yaitu mempersoalkan  ” identitas ” dan ” kodrat ” Yesus sesungguhnya. Apakah Ia benar benar Anak Allah atau hanya manusia biasa. Dan bagaimana kodrat ke ” Illahi” anNya dan menyatu dengan kodrat ke ” Manusia ”anNya. Dan berbagai bagai ajaran-ajaran atas  dasar penafsiran-penafsiran manusia dan ”akademisi” yang berkembang yang seakan akan berlomba lomba untuk mencari kebenaran dan menciptakan  formula serta menetapkan prinsip2 dasar yang baik dan ideal . Untuk itulah surat ini perlu untuk meneguhkan dasar iman orang Kristen agar tidak diombang ambingkan oleh pengajaran sesat. Sekaligus memberi  jawaban dan arahan  apa yang harus dilakukan untuk menjawab semua itu. Yaitu untuk hidup saling mengasihi sebagai perwujudan dalam meneladani sikap dan karakter Allah di dalam diri Yesus Kristus. Formula yang paling baik dan tepat dalam memahami Identitas dan Kodrat Yesus adalah dengan belajar dari Yesus. Dengan demikian Roh Kudus akan menuntun kita untuk tahu dan mengenal siapa Dia sesungguhnya. Yaitu Tuhan yang penuh kasih oleh karenanya siapa yang ingin mengenalnya harus hidup di dalam kasih. Sebab Ia sendiri adalah kasih ( I Joh 4 : 8 )

Keterangan

1.                  Meneladani  Kasih Kristus 

Di dalam hubungannya dengan sesama banyak kriteria kasih yang mungkin sudah kita laksanakan. Namun tentu saja kasih itu tidak seperti kasih yang diperlihatkan Kristus kepada kita. Karena kasih tersebut tentu saja berbeda dengan  kasih yang kita pahami dan  yang selalu  kita praktekkan didalam hubungan kita  dengan sesama. Karena kasih manusia  dapat berubah sesuai dengan situasi dan  keadaan. Kasih yang dangkal dan sangat rapuh karena didasarkan atas hubungan perasaan dan emosional yang labil. Kasih yang benar adalah kasih yang lahir oleh karena pengenalan kita kepada Tuhan. Tuhan yang begitu mengasihi manusia sehinggga membrikan anakNya Tuhan Yesus Kristus.Kristus yang mengasihi orang yang  berdosa sehingga Ia rela mati agar orang yang berdosa mendapat keselamatan Hal inilah yang harus  diteladani oleh orang percaya, kasih yang tulus dan penuh pengorbanan. Setelah kita menerima kasih Kristus itu tanggung jawab kita untuk berbuah dan hidup didalam kasih. Kasih yang tulus dan dengan segenap hati bukan kasih yang berpura pura atau kasih yang menuntut imbalan dan balasan (I Kor 13 : 4-7) . Kasih Kristus adalah kasih yang sejati dan sempurna oleh karenanya orang-orang percaya harus belajar dari kasih Kristus ini 

2. Kasih memberikan pengharapan dan kekuatan

Orang yang mampu mengasihi adalah orang yang penuh pengharapan. Pengharapan akan sukacita dan kemenangan yang akan diterima pada saat hari penghakiman datang. Orang orang dunia adalah orang-orang yang selalu sibuk mengurusi kebutuhan diri dan segala keperluannya  dan dengan berbagai cara akan digunakan agar tujuan dapat berhasil. Keberhasilan dan pencapaian materi dan harta duniawi menjadi prioritas yang diutamakan.  Tanpa  pernah berfikir dan peduli apakah cara hidupnya itu berkenan bagi orang lain dan menjadi berkat bagi sesamanya. Kasih hanya  dipandang dan dibatasi sebagai suatu hubungan ” sebab- akibat”. Artinya apa yang kita lakukan kepada orang lain adalah sebagai menjadi balasan akan apa yang telah  dilakukan orang lain kepada kita. Orang-orang yang meneladani kasih Kristus tidak akan berfikir seperti orang orang duniawi. Mangasihi tanpa pamrih dan penuh pengorbanan merupakan suatu sukacita orang-orang yang berpengharapan kendatipun itu merupakan suatu kebodohan bagi dunia ini. Inilah yang menjadi kekuatan orang percaya untuk tetap mengasihi orang lain bahkan memberkati dan berdoa untuk orang-orang yang memusuhinya sebab disanalah ia akan mendapatkan upahnya (Mat 5 : 43-47)

3.Kasih adalah perbuatan nyata

Kasih merupakan buah dari pengenalan kita kepada Tuhan yang terlebih dahulu mengasihi kita. Oleh karena Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita maka sudah selayaknya kita mengasihi Tuhan. Bagaimana caranya mengasihi Tuhan yang tidak terlihat dengan mata jasmani. Adalah dengan cara mengasihi mengasihi sesama manusia. Sebab Yesus katakan apa yang kita lakukan kepada salah seorang yang hina adalah sama dengan melakukan kepadaNya (Matius 25 : 40) Oleh sebab itu sejauh mana hubungan kita dengan Tuhan merupakan barometer untuk menentukan sejauh mana kita mengasihi sesama. Sehingga  hubungan manusia kepada Allah dapat dilihat sejauh mana ia dapat mengasihi sesamanya.  Dan tentu saja kasih yang bukan hanya sebatas kasih yang sering kita perlihatkan sebagai mana biasanya yang hanya didasarkan atas emosi dan perasaan semata. Namun Tuhan Allah menuntut lebih dari itu yakni kasih yang berpusat pada pengorbanan Kristus di kayu salib.Barang siapa mengasihi Allah ia juga harus mengasihi saudaranya.. Saudara yang mana? saudara yang membenci kita,saudara yang memfitnah dan menghianati  kita, saudara yang tidak mau mengampuni kita,saudara yang menyimpan amarah dan dendam kepada kita atau mungki  saudara yang menganggap kita musuh utamanya. Kristus telah terlebih dahulu menerima penghianatan kita namun Ia masih tetap mengasihi kita bahkan menyerahkan nyawanya untuk kita.

Aplikasi

Dalam suatu diskusi di sebuah ibadah rumah tangga ada seorang ibu yang bertanya ”mengapa sepertinya kasih itu /holong ni roha sepertinya sudah sangat jauh dari kehidupan dunia sekarang ini (Biasi songon na so tarida be holong ni roha i di parngoluan ni jolma si nuaeng )” Mungkin ibu ini menjadi perwakilan untuk kita yang mempunyai pertanyaan yang sama. Mengapa pola hidup,sikap dan prilaku manusia sekarang  sudah sangat berbeda dengan sikap-sikap dan kehidupan waktu-waktu yang lalu. Pola hidup tolong menolong dan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat bahkan dalam kehidupan keluarga dan kekerabatan sekalipun sudah semakin menipis bahkan  tidak terlihat,kasih dan kepedulian menjadi hal yang sangat mahal harganya. Ada pergeseran/perubahan gaya hidup dan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat dimana ego dan kepentingan/kesenangan diri menjadi hal yang mendominasi dan tujuan yang utama dalam dirinya. Memang harus diakui  situasi kehidupan sekarang  dan perkembangan berbagai ilmu dan bidang  yang terjadi memaksa manusia untuk beradaptasi dengan perubahan itu. Mungkin hal ini yang membuat pergeseran nilai-nilai itu terjadi yang pasti mempengaruhi kehidupan pribadi  dan bahkan kehidupan rohani kita

Namun lebih bijak rasanya jika kita labih baik koreksi dan evaluasi diri daripada mencari alasan untuk pembenaran diri. Relasi/hubungan kita dengan Tuhan yang sudah tidak menentu sebenarnya adalah akar persoalan yang utama. Krisis relasi mengakibatkan krisis iman yang pada akhirnya menimbulkan krisis kasih kepada Tuhan. Krisis Kasih kepada Tuhan pasti akan menyebabkan krisis kasih kepada sesama. Suami dan istri tidak lagi saling mengasihi  dengan sesungguhnya. Anak dan orang tua  tidak lagi saling  mengasihi dengan sesunguhnya,Pelayan dan warga jemaat tidak lagi saling mengasihi. Hubungan antara sesama juga semakin rapuh dan mudah terprovokasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu kunci menuju perbaikan itu semua adalah mari kita perbaiki hubungan kita dengan Tuhan maka dengan sendirinya hubungan dengan sesamanya akan semakin baik.   
Ketika orang orang Farisi  mencobai Yesus dengan bertanya hukum apa  yang terbesar dan terutama dalam hukum Taurat Jesus mengatakan hukum Kasih. Yaitu mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi. Dan Hukum yang kedua  yang sama dengan itu adalah mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri  (Mat 22 : 34 – 40).

Banyak hal yang berubah sejak dari jaman pelayanan Jesus di dunia ini sampai sekarang ini. Namun ada satu hal yang tetap dan tidak berubah serta yang terbesar dari kesemuanya bahkan dari iman dan pengharapan yaitu  kasih ( I Kor 13 : 13 )...
Amin

Pdt Darwin Btr2
Psp Tenggara 

Sibasaon Minggu, 19 Juni 2011: Masmur 111 : 1-10

widgeo.net

“Dengan kehidupan yang penuh dengan hikmat kita semakin diperkenan oleh Tuhan

HATORANGAN NI SIBASAON

MINGGU TRINITATIS 
MINGGU, 19 JUNI 2011

Jamita : Jesaya 6 : 1-13    
Sibasaon : Masmur 111 : 1-10

Ketika memerintah sebagai raja atas Israel menggantikan ayahnya (Daud), Salomo berdoa kepada Tuhan agar diberikan hikmat supaya ia dapat memimpin rakyatnya dengan baik, serta faham menimbang perkara. Salomo tidak meminta umur panjang atau kekayaan, melainkan pengertian untuk membuat keputusan. Tuhan pun mengabulkan. “…sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau.” (1 Raja-Raja 3:12b).

Karena hikmatnya Salomo menjadi raja yang terkenal dan disegani bangsa-bangsa lain. Begitu pentingkah hikmat itu? Arti kata hikmat menurut kamus bahasa Indonesia adalah kebijaksanaan atau kepandaian dan bisa disimpulkan bahwa hikmat adalah kemampuan menimbang segala sesuatu  dengan benar dan berakal budi. Daud berkata “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN” (Mazmur 111:10a). “Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.” (Ayub 28:28). Salomo pun menegaskan demikian (
Amsal 9:10).

Kita berpikir semua bentuk pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal (bangku sekolah) atau membaca buku sebanyak mungkin. Memang itu sangat berguna, namun pengetahuan yang ktia dapatkan tersebut hanya mampu meningkatkan kecerdasan intelektual kita saja. Hahikat sesungguhnya dari pengetahuan adalah takut akan Tuhan dan menjauhi segala jenis kejahatan, di mana kedua hal tersebut saling terkait (tidak dapat dipisahkan). Seseorang yang takut akan Tuhan akan menjauhi segala jenis kejahatan. Takut yang dimaksud bukanlah seperti saat kita melihat hantu atau binatang buas, namun penghormatan dan penghargaan terhadap Pribadi Tuhan karena Dia adalah Allah yang kudus, yang di dalamnya terkandung unsur ketaatan dan keengganan kita melakukan dosa. Oleh sebab itu Musa berpesan “Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu…” (Ulangan 4:6).

Teks Mazmur 111 digubah secara akrostik, di mana setiap barisnya dimulai dengan huruf-huruf yang disusun menurut abjad.  Tema yang diangkat dalam mazmur ini sebetulnya termasuk tema-tema yang umum, yaitu pembebasan umat Israel dari tanah Mesir dan penyertaan Tuhan ketika mereka masuk ke tanah perjanjian.  Karena itu ada penafsir yang berpendapat bahwa mazmur ini digubah oleh seorang pemimpin umat yang sedang merenungkan kitab Ulangan.  Dalam perbuatan di masa lalu itu ia menemukan kebesaran kuasa Tuhan dan membagikannya kepada seluruh umat melalui mazmur ini.

1.   Ay. 1-2. Bagaimana cara pemazmur mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan?  (ay.1)  Apa yang membuat seseorang dapat bersyukur sedemikian rupa? (ay.2)
2.   Ay. 5, 6, dan 9. Hal apa saja yang dilakukan Tuhan bagi umat-Nya?  Hal apa saja yang Tuhan berikan di dalam hidup Anda?  Bagaimana cara Anda bersyukur atas semua itu?
3.   Ay.3, 4, 7, dan 8. Sifat-sifat apa saja yang terungkap dari perbuatan-perbuatan Tuhan kepada umat-Nya?  Menurut Anda, mengapa kita perlu mengenal sifat-sifat Tuhan?
4.   Ay. 10.  Merenungkan perbuatan-perbuatan besar dari Tuhan ternyata memberikan pengaruh bagi cara pemazmur menjalani kehidupannya sehari-hari.  Pengaruh seperti apa yang disebutkan di sini?
5.   Setelah Anda merenungkan dan mengalami kebesaran kuasa Tuhan dalam hidup Anda, apa dampaknya bagi kehidupan Anda sehari-hari? 

Renungan:

1.    Di awal mazmur ini pemazmur mengungkapkan kesungguhan hatinya untuk bersyukur kepada Tuhan.  Pemazmur juga ingin mengajak orang-orang di sekitarnya ikut bersyukur bersamanya.  Dengan demikian kita bisa melihat betapa besarnya rasa syukur yang ada di dalam hati pemazmur.  Dari manakah rasa syukur ini?  Pemazmur menyelidiki perbuatan-perbuatan Tuhan dalam kehidupan umat-Nya.  Jika kita suka menyelidiki (atau merenungkan) perbuatan-perbuatan Tuhan dalam kehidupan kita, maka rasa syukur pun akan melimpah dari dalam hati kita.  Rasa syukur itu mengalir spontan sebagai respon atas kebesaran kuasa Tuhan yang bekerja di antara umat-Nya.

2.    Pemazmur menyebutkan beberapa hal yang Tuhan lakukan bagi umat-Nya.  Kepada umat-Nya Tuhan memberikan rezeki (untuk kehidupan setiap hari), tanah pusaka sebagai tempat tinggal dan wujud keberadaan mereka sebagai sebuah bangsa yang berdaulat, dan kebebasan dari musuh yang menjajah mereka.  Apa tujuan Tuhan melakukan semua itu kepada mereka?  Semua dilakukan-Nya agar mereka semakin mengenal Dia.  Melalui perbuatan-perbuatan-Nya itu umat Tuhan dapat mengenal Dia sebagai Allah yang adil dan benar, sekaligus juga pengasih dan penyayang.

3.    Jika kita merenungkan karya Tuhan dengan cara yang benar, maka dampaknya akan terlihat dalam kehidupan kita.  Orang-orang yang mengerti kebesaran kuasa-Nya akan menghormati Dia dan dengan demikian memperoleh hikmat untuk menjalani kehidupannya.  Orang-orang yang mengerti kebesaran kuasa-Nya akan mengisi hidupnya dengan puji-pujian kepada-Nya.  Apakah dua hal tersebut terdapat dalam kehidupan kita setiap hari?

4.    Ada dua tanda yang menyertai setiap orang yang memahami pekerjaan Tuhan di dalam hidupnya, yaitu hati yang penuh hikmat dan mulut yang penuh puji-pujian. Amin.

GKPA Parlagutan Diponegoro
Resort Jakarta II
Pdt. Harapan Nainggolan, M.Min.,M.Th.