Kamis, 07 Mei 2009

BAHAN PEMBINAAN PNGKPA: Yesaya 40:29

“TETAP TEGAR DI TENGAH MASA SUKAR”
(Yesaya 40:29)

Untuk membahas tema ini kita lebih dulu melihat apa yang sedang dibicarakan oleh Yesaya dalam teks ini. Pada ayat 28, Yesaya membicarakan “TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya”. Allah tidak menjadi lelah seperti manusia, yang telah berusaha sekuat tenaganya, dan merasa letih lesu (bnd. Yes. 44:12; Yer.51:58). Alah tidak menjadi lesu seperti orang yang bersusah, lalu cape (Yes. 49:4; 43:22). Allah tidak terdua pengertian-Nya, artinya tidak dapat diikuti, diselidiki sebagaimana jalan pikiran manusia.
Manusia bisa menjadi lelah dan menjadi lesu dalam menghadapi masa-masa sukar. Namun Allah tidak menjadi lelah dan menjadi lesu ketika menghadapi masa-masa sukar. Di kelemahan manusia yang menjadi lelah dan lesu ketika menghadapi masa sukar itulah Allah memberi kekuatan. Allah yang tinggi luhur itu berkenan kepada manusia yang lemah. Berita ini dibawakan dalam bahasa mazmur (bnd. Yes. 40:12-31 dengan Mzm. 33:6-22).
Manusia yang telah kehabisan tenaga dan lelah, manusia yang tak berdaya lagi (harfiah: ‘mereka yang tidak ada kuasanya’) diberikan kekuatan, bahkan semangat (harfiah: ‘kuasa’, daya gerak), sehingga manusia bisa berlari dan tidak menjadi lesu, berjalan dan tidak menjadi lelah.
Teks ini sebenarnya berbicara tentang manusia yang berada dalam penderitaan, yang kasihan akan dirinya dan kecewa terhadap Allah. Manusia terkurung dalam perasaan hatinya dan tidak memandang ke depan lagi, oleh karena itu manusia tidak sanggup menerima berita bahwa Tuhan akan segera melepaskan manusia dari penderitaan itu. Manusia tidak percaya lagi tanpa bukti, tidak berani mengambil resiko, lebih suka tinggal dalam kesusahan yang sudah biasa mereka alami. Sikap seperti ini masih kita jumpai dalam kehidupan pemuda/i gereja. Pemuda/i gereja yang malang nasibnya, yang tidak dihargai dalam pergaulannya, maupun di kalangan golongan masyarakat yang merasa terbelakang atau terancam.
Kita tidak menyangkal adanya keadaan dan situasi tersebut di tengah-tengah pemuda/i gereja. Itu fakta dan kenyataan. Realita kehidupan bergereja. Yesaya sendiri tidak menyangkal penderitaan orang-orang Israel pada masa itu, Yesaya tidak menegor sikap orang Israel itu. Namun Yesaya membuka sebuah keakanan yang baik bagi mereka yang mengalami penderitaan. Dengan maksud itu Yesaya mengantarkan orang yang menderita itu ke tempat di mana mereka memuji Tuhan, karena siapa yang memandang kepada Tuhan, dibebaskan dari rintangan-rintangan yang melumpuhkannya dan sanggup berjalan lagi.

Bagaimanakah caranya agar kita bisa tetap tegar di tengah masa sukar?

Pertama, pujilah Tuhan. Dengan pujian kepada Tuhan membuat kita bisa tetap tegar dan mampu menerima realita kehidupan ini. Lalu di mana kita dapat memuji Tuhan agar kita tidak lumpuh dan tidak lelah dan lesu? Jawabannya adalah dalam persekutuan orang-orang kudus. Persekutuan orang-orang kudus itu terdapat dalam lingkungan gereja, terdapat dalam persekutuan pemuda/i gereja, terdapat dalam persekutuan doa, terdapat dalam penelaahan Alkitab, terdapat dalam kelompok paduan suara/kor/VG, dll. Ketika kita mulai memuji Tuhan, maka semangat kita akan bangkit kembali. Dengan pujian kepada Tuhan, kita akan dipulihkan dari rasa lelah dan lesu yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pujian kepada Tuhan, kita akan beroleh kekuatan baru setiap hari. Kekuatan itu selalu baru dan tak pernah terlambat. Dengan pujian kepada Tuhan, kita mendapat berkat yang berkelimpahan (bnd. Mzm. 69:31-32).
Kedua, nantikan Tuhan. Orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes. 40:31). Mengapa diumpamakan dengan burung rajawali? Coba kita mengamati burung rajawali (elang). Burung rajawali betapa indah dan elegan ketika mengembangkan kedua sayapnya dan melayang bebas di angkasa. Burung rajawali adalah burung yang berukuran cukup besar. Lebar kedua sayapnya ketika direntangkan setidaknya bisa mencapai dua meter. Burung rajawali pun diketahui membangun sarangnya tinggi di atas gunung. Untuk mencapai sebuah puncak ketinggian tertentu di mana burung itu bisa melayang megah dan bebas tentu tidak mudah. Seekor burung rajawali harus mengepakkan sayapnya dengan kuat melawan angin kencang dan badai untuk bisa sampai ke sebuah ketinggian tertentu. Burung rajawali pun harus berani menghadapi dan menentang badai untuk bisa melewatinya. Tapi usaha keras burung rajawali untuk menentang angin dan badai tidaklah sia-sia. Ketika mereka berada di atas badai dan angin kencang, mereka bisa melayang-layang bebas dengan indahnya.
Dari sifat burung rajawali itu bisa kita tarik kesimpulan bahwa berada di tempat rendah, kita akan merasakan berbagai masalah yang terus menerpa kita bak angin kencang dan badai. Jika kita memutuskan untuk berhenti dan puas hanya di tempat rendah, kitapun bisa goyah diterpa angin dan badai masalah. Untuk bisa mengatasinya adalah dengan berani mengambil langkah untuk naik lebih tinggi, sehingga kita bisa berada di atas segala permasalahan duniawi. Dengan berada di atas, kita tidak akan mudah goncang di terpa badai, malah mungkin kita tidak lagi merasakannya! Dunia boleh ditimpa krisis, dunia boleh goncang, namun hanya ketika kita berada di ataslah kita akan selamat, tidak kurang suatu apapun, malah bisa seolah burung rajawali yang melayang-layang dengan penuh sukacita.
Bagaimana agar kita bisa terbang ke tempat yang tinggi? Kita haruslah terus menanti-nantikan Tuhan. Terus bergantung tanpa putus pengharapan. Pengharapan akan Tuhan tidaklah pernah mengecewakan. "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Rm. 5:5). Itu janji Tuhan, dan kita tahu janji Tuhan itu adalah "ya dan amin". (2 Kor. 1:20). Mungkin waktunya tidaklah sama dengan keinginan kita, tapi kita tahu bahwa apa yang dirancang Tuhan bagi kita adalah semua yang terbaik. Semua Dia sediakan untuk kita miliki. Karena itulah pengharapan dalam menanti-nanti Tuhan tidak akan pernah mengecewakan. Bagi kita semua yang terus bertekun dan patuh, kita akan dibawa seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, tidak akan lesu dan tidak akan lelah, meskipun harus menempuh angin dan badai sekalipun. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29).
Prosesnya tidaklah gampang. Seperti burung rajawali yang harus mengepakkan sayapnya dengan sekuat tenaga berulang-ulang agar dapat menembus angin untuk naik ke atas, demikian pula ketika kita hendak melatih kerohanian kita untuk terus menapak naik. Kita harus mematahkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang mungkin nikmat buat kita, kita harus keluar dari zona kenyamanan kita yang sering membuat kita terlena. Untuk bisa "terbang" di atas masalah, kita harus berani menghadapi masa-masa sukar dan tidak menghindar darinya. Namun percayalah, jika kita adalah orang percaya yang setia menanti-nantikan Tuhan, maka dalam proses untuk naik terbang tersebut kita akan ditopang oleh Allah, sehingga kita tidak menjadi lesu dan lelah. Pada suatu saat nanti, kita akan berada di atas, dan tidak lagi terpengaruh oleh angin, badai, gempa dan goncangan-goncangan hidup lainnya. Ada janji Tuhan yang sangat besar menanti di atas. Karena itu teruslah bertekun untuk terbang naik bak rajawali bersama Allah yang akan terus menguatkan kita.
Setiap orang hidup memiliki masalah yang harus dihadapi. Apakah itu masalah keuangan, keluarga, pekerjaan, pasangan hidup, atau penderitaan karena sakit penyakit. Dari masalah sederhana sampai yang pelik. Ada masalah yang baru muncul, ada juga yang sudah bertahun-tahun dihadapi dan belum terselesaikan. Sudah berusaha, sudah berdoa tetapi belum juga teratasi. Bagi beberapa orang hal seperti ini dapat membuat pengharapan pupus dan bahkan merasa Tuhan sudah berpaling darinya.
Hati-hati!, ini adalah tipuan iblis untuk membuat orang jauh dari Tuhan. Itulah sebabnya akhir-akhir ini sering terdengar pemberitaan di media masa tentang orang atau keluarga yang bunuh diri karena merasa masalahnya terlalu berat dan tidak ada jalan keluar. Atau mungkin tidak bunuh diri tetapi hatinya menjadi tawar dan imannya kepada Tuhan sirna. Sejak jaman Alkitab Perjanjian Lama, tipuan seperti ini sudah dilakukan iblis. Dalam Yesaya 40:27 tertulis : Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?". Iblis berusaha menarik umat percaya untuk menjauh dari Tuhan, agar merasa ditinggalkan, lalu mulai bersungut-sungut atau menyalahkan dan akhirnya meninggalkan Tuhan.
Tetapi hari ini mari kita kembali kepada kebenaran firman Tuhan. Daud adalah orang percaya yang sering menghadapi masalah berat bahkan sampai mengancam nyawanya, tetapi pengalamannya bersama Tuhan mengajarkan untuk percaya bahwa selalu ada pertolongan dari Tuhan. Mazmur 121 : 1-2, “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Jadi jangan putus asa, sebab tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya”.
Percayalah, Allah kita adalah Allah yang Maha Kuasa, yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung, yang tidak terduga pengertian-Nya. Dia punya saat yang terbaik untuk memberikan pertolongan, dan itu tidak pernah terlambat. Dia Allah pencipta, tidak mungkin Dia akan meninggalkan ciptaan yang dikasihi-Nya yang sudah ditebus dengan darah Anak-Nya. Pertolongan selalu ada di dalam Tuhan bagi semua yang percaya dan tetap mengasihi Dia. Mungkin kita berkata – saya tahu semua ini – tetapi untuk saya kapan itu saatnya? Sebab saya sudah lama tamat sekolah SMA/kuliah tetapi belum ada pekerjaan yang layak bagiku, umurku sudah mulai banyak tapi pendampingku belum kutemukan, aku sudah lima tahun kerja tetapi belum ada promosi jabatan, aku sudah punya pacar tapi tiba-tiba putus, aku sering tidak sependapat dengan orangtuaku, aku selalu dilecehkan oleh teman-temanku, dan lain-lain. Kapan pertolongan untuk saya datang ?
Saudara, mungkin pertolongan belum datang sekarang. Tetapi Tuhan sudah berjanji menolong. Firman-Nya berkata: “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya..... orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”. (Yesaya 40: 29-31). Jadi, nantikan saja pertolongan-Nya. Kalau pagi belum datang pertolongan itu, harapkan malam. Kalau malam belum datang juga pertolongan itu, harapkan esok pagi. Kalau besok belum datang pertolongan-Nya, harapkan lusa, demikian seterusnya. Terus setia berharap maka pertolongan itu akan datang sebab Tuhan sudah menjanjikannya, dan pasti akan digenapi dalam hidup saudara.
Umat Israel dalam bacaan kita juga tengah mengalami masa-masa yang berat. Mereka harus kehilangan tanah air dan hidup sebagai bangsa “buangan” di negeri asing. Begitu berat rasanya hidup yang mesti dijalani hingga mereka merasa, “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku” (ayat 27). Namun, benarkah Tuhan telah meninggalkan mereka? Tidak. Tuhan tidak pernah berhenti memerhatikan mereka (ayat 28); juga memberi kekuatan dan semangat (ayat 29). Kuncinya: tidak bersandar pada kekuatan sendiri (ayat 30), dan tetap berpaut kepada-Nya (ayat 31).
Jadi, apabila hidup kita menjadi sulit; beban hidup menekan hebat, kesusahan terus menghantam, dan kita seolah-olah berjalan di lorong gelap tak berujung, janganlah berkecil hati. Tetaplah berpaut kepada-Nya. Kasih-Nya melampaui kasih seorang ibu kepada anak kandungnya (Yesaya 49:15). Benar, Dia tidak selalu mengabulkan apa yang kita inginkan, tetapi Dia tidak akan pernah mengecewakan. Tuhan tidak menjanjikan jalan hidup yang mulus tetapi dia menjanjikan kekuatan kepada orang yang menanti-nantikan-Nya.
Menanti-nantikan Tuhan melibatkan berpengharapan kepada Dia, meletakkan keyakinan kita pada Dia, dan bukan pada diri kita sendiri. Bagi semua yang mengandalkan Dia karena sadar akan kelemahan mereka, "mereka seumpama rajawali yang [akan] naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka [akan] berlari dan tidak menjadi lesu, mereka [akan] berjalan dan tidak menjadi lelah." Dengan demikian, pengakuan kita bisa berbunyi demikian, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku'' (Flp. 4:13).
Janji dalam Yesaya 40 ini diberikan Tuhan kepada umat pilihan-Nya melalui nabi Yesaya, yang sedang mengalami masa yang sulit di tengah pembuangan. Bangsa pilihan Tuhan ini diminta untuk mempersiapkan diri untuk menerima pertolongan dari Tuhan dan melihat kuasa Tuhan yang akan menyelamatkan mereka.
Dalam kehidupan yang serba sulit ini, hendaklah kita menyadari bahwa sesungguhnya kita membutuhkan pertolongan dari atas, seperti pemazmur berkata: “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah datang pertolonganku? Pertolonganku datang dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi” (Mzm. 121).
Pertolongan manusia sangatlah terbatas. Di tengah situasi krisis ekonomi global, marilah kita mengandalkan pertolongan dari Tuhan.
1. Tuhan adalah Allah kekal. Memiliki kuasa supernatural. Dia, sumber kekuatan yang dapat diandalkan.
2. Tidak terduga pengertian-Nya. Dia sumber hikmat dan pengertian. Tuhan mengerti pergumulan kita dan masalah-masalah yang kita hadapi. Kita perlu hikmat dari Tuhan untuk menyelesaikan setiap masalah yang kita hadapi dalam hidup ini. “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin”(Yak. 1:5-6). Kalau kita minta hikmat kepada Allah, dengan iman Dia akan memberikan dengan murah hati.

Kasih-Nya tanpa batas. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tidak berdaya. Orang yang mengandalkan Tuhan tidak kuatir dalam tahun kering. “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah”(Yer. 17:7-8). Ia akan bersandar kepada TUHAN menghadapi segala tantangan dan masalah dengan iman yang teguh. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr. 11:6).

Fidei & Gladys’08
Ramli SN Harahap
Email: ramlyharahap@yahoo.com; www.ramlyharahap.blogspot.com
HP: 0812 1998 0 500; 021-9483 2681

KHOTBAH: Galatia 6:9

“JANGAN JEMU-JEMU BERBUAT BAIK”
________________________________________
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:9)

Sudah terlalu sering dan kerap kita mendengar kata-kata "berbuat baik", atau juga di dalam ibadah gereja, sering kali kata - kata "berbuat baik” ini dilontarkan.

Memang kita sebagai orang percaya, kita dianjurkan untuk berbuat kebaikan kepada sesama kita sesuai dengan firman Tuhan yang berkata "Kasihilah sesamamu manusia," di dalam kehidupan kita setiap harinya, sering kali kita kurang atau bahkan tidak pernah sama sekali melakukan apa yang di sebut "berbuat baik". Atau terkadang kita berbuat baik hanya untuk orang- orang yang kita kenal dan kita kasihi saja, juga untuk orang-orang yang kita anggap senasib, seagama, serumpun, sedaerah, semarga, dan lain-lainnya.
Ada satu kisah tentang tokoh terkenal yang melakukan Firman Tuhan dengan nyata / riil yaitu Ibu Theresia. Dia memberikan seluruh hidupnya untuk pelayanan di Negara India wilayah Calcuta.

Ibu Theresia, dilahirkan dengan nama Agnes Gonxha Bojaxhiu pada tahun 1910 di Negara Yugoslavia. Pada tahun 1928 ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawati dan mendapat tugas untuk bergabung dengan suster2 di Loreto Dublin Irlandia, setelah itu ia bertugas ke biara Lotto di Darjeeling
India. Pada tahun 1929 ia mulai mengajar ilmu
geografi di SMU Saint Mary bagi gadis2 di
Calcuta.

Di masa itu kota Calcuta, jalan-jalan penuh sesak
dengan pengemis, orang kusta, tunawisma dan
yang paling menyentuh hati Ibu Theresia adalah
bayi-bayi yang di telantarkan begitu saja di jalan-
jalan, bahkan di tempat-tempat yang kotor dan bau
seperti tempat sampah.

Sejak saat itu hatinya terusik melihat keadaan kota Calcuta yang sedemikian parahnya, tanpa ada yang peduli dan merasa kasihan melihat nasib mereka yang terlantar itu.
Maka ia memutuskan keluar dari SMA tersebut dan sepenuh hati dan waktu juga tenaga untuk membantu masyarakat yang begitu memprihatinkan. Usaha Ibu Theresia ini juga mendapat dukungan dari mantan murid2 SMA tersebut dan mereka juga sepenuh hati membantu dalam dana dan tenaga. Setiap orang yang mau bergabung dengan Ibu Theresia ini di tuntut untuk mengabdikan hidupnya bagi pelayanan orang miskin tanpa menerima upah dalam bentuk apapun juga.

Suatu ketika saat Ibu Theresia pulang bersama rekan2nya di malam hari, mereka menemukan 4 orang yang keadaannya luka parah, dan salah seorang dari mereka kondisinya sangat parah di banding yang lain.

Ibu Theresia berkata, "Rawatlah 3 orang lainnya, biarkan saya sendiri yang merawat yang terluka parah ini". Ibu Theresia melakukan segala cara dengan penuh kasih dan senyum untuk mengobatinya, tiba-tiba orang yang kondisinya sangat parah ini menggenggam tangan ibu Theresia sambil berkata, " Ibu....terima....kasih," kemudian orang itu meninggal.

Kisah lain juga menceritakan suatu kali Ibu Theresia dan suster2 lain mengangkat seorang laki2 dari selokan, kondisi badannya setengah membusuk dan di penuhi oleh ulat-ulat. Hati Ibu Theresia, sangat tergugah dengan keadaannya, bahkan orang ini pun di rawat sendiri oleh Ibu Theresia dengan kasih sayang.
Hingga suatu hari saat orang ini sedang di rawat,
orang ini berkata kepada Ibu Theresia, "Ibu hari ini
aku akan mati sebagai seorang malaikat, bukan
sebagai gelandangan, terima kasih ibu, aku
melihat kasih Yesus ada dalammu" dan orang
itu pun langsung meninggal dalam dekapan Ibu
Theresia.

Kisah tadi menunjukkan bahwa kasih itu universal, artinya kasih itu tanpa harus membedakan ras, suku, agama, dan lain-lainnya. Bahkan hampir 99% orang-orang yang di bantu, di rawat, di sembuhkan Ibu Theresia itu dari golongan hindu, islam dan syiah.

000

Salah satu dari sepuluh hukum Torat adalah kuduskanlah hari Sabat. Hari Sabat adalah hari Perhentian bagi Tuhan. Semua orang Israel harus istirahat, dan memberikan waktu untuk Tuhan, berhenti mencari nafkah, dari enam hari kerja atau berlelah. Tetapi pada zaman Tuhan Yesus, orang Yahudi mempersempit makna hari Sabat, dengan men-”tuhan”kan hari Sabat. Begitu ekstrim sehingga orang-orang Farisi dan ahli-ahli Torat mengkritik Yesus karena menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Tetapi terhadap kritikan itu Yesus berbalik bertanya kepada mereka, ‘apabila kambing dombamu masuk lobang pada hari Sabat, apakah kamu tidak mengangkatnya, atau ada yang mau sakit dan butuh kesembuhan apakah tidak perlu diobati? Orang Farisi terdiam karena menyembuhkan adalah suatu perbuatan baik. Yesus memberikan satu pelajaran bahwa untuk berbuat baik tidak ada batas waktu. Memang hari ketujuh Tuhan tetapkan sebagai hari berhenti bekerja supaya manusia tahu beristirahat. Tetapi dalam soal kebaikan, dalam soal hal-hal yang rohani, Tuhan berkata jangan jemu-jemu berbuat baik. Perbuatan baik tidak mengenal istirahat.

Dalam ayat di atas Tuhan melarang kita untuk tidak jemu-jemu (tidak bosan-bosan) berbuat baik. Jika berbuat baik, kita akan menuai bila kita tidak menjadi lemah. Iblis selalu berusaha melemahkankan kita supaya kita berhenti berbuat baik dan tidak terus-menerus (continue) berbuat baik. Tetapi Firman Tuhan menganjurkan selama masih ada kesempatan (peluang) marilah kita berbuat baik kepada semua orang tetapi terutama kepada kawan-kawan seiman.

Kita semua diselamatkan bukan karena perbuatan baik. Kita diselamatkan karena augerah, karunia, pemberian Tuhan. Keselamatan itu tidak bisa dibeli dengan uang, dengan kebaikan, dll. Keselamatan bukan karena korban-korban kita, justru keselamatan terjadi karena Yesus telah berkorban untuk kita di salib Golgota. Tetapi kemudian setelah kita percaya kepada Yesus, setelah kita bertobat, maka iman kita harus disertai dengan perbuatan baik. Surat Yakobus berkata IMAN TANPA PERBUATAN ADALAH NOL.

Ada tiga perbuatan baik yang harus kita lakukan supaya iman kita bertumbuh :

1. PERBUATAN BAIK DENGAN KORBAN-KORBAN (Ibrani 13:15-16)

Senantiasa (anytime) kita harus mempersembahkan korban syukur kepada Allah. Bagaimana kita mempersembahkan korban syukur kepada Allah? Dengan ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dari mulut kita harus selalu keluar pujian syukur kepada Tuhan. Walaupun mungkin kita mengalami tekanan, penyakit, kesusahan, tetapi justru dalam situasi yang demikian kita harus menaikkan pujian syukur kepada Tuhan supaya Tuhan campur tangan.
Firman Allah ini juga mengingatkan kita untuk jangan lupa berbuat baik memberikan bantuan. Banyak orang Kristen gampang untuk memuji Tuhan tetapi sulit untuk berkorban. Orang percaya harus belajar untuk memberikan korban-korban; korban untuk pekerjaaan Tuhan, korban untuk pembangunan gereja, korban untuk keperluan para hamba Tuhan, korban untuk pelayanan misi, korban untuk janda-janda dan yatim piatu, korban untuk penginjilan, dll. Korban-korban itu merupakan perbuatan baik kita.

2. PERBUATAN BAIK DENGAN PERKATAAN-PERKATAAN YANG PENUH BERKAT KEPADA ORANG LUAR (Kolose 4:5-6)

“….Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar….”. Ini adalah satu perbuatan baik melalui ucapan kita kepada orang lain. Setiap perkataan kita harus bisa memberikan kesaksian dan menjadi berkat bagi orang lain. Kalau terjadi bencana alam, apa kata-kata kita. Kalau percobaan datang, apa kata-kata kita. Perkataan orang Kristen harus membangun, harus memberikan berkat. Efesus 4:29, 5:6. Kata-kata kita jangan yang kosong tetapi kata-kata yang bermanfaat dan bisa menguatkan orang lain. Misalnya dengan kita memberi informasi kepada orang yang bertanya karena tidak tahu jalan, itu telah memberikan bantuan bagi orang yang memerlukannya. Penting sekali kita belajar memberkati orang luar dengan perkataan kita.

3. PERBUATAN BAIK DENGAN BERSAKSI (Matius 5:14-16; Yesaya 60:1-3)

Tuhan Yesus memberikan penugasan kepada semua orang yang percaya untuk menjadi terang dunia. Menjadi terang dunia dengan perbuatan-perbuatan yang baik sehingga orang memuliakan Tuhan. Apabila gereja bangkit dan bangun menyatakan terangnya, maka orang-orang berduyun-duyun datang kepada terang itu. Kita musti bisa menjadi terang kepada tetangga kita, kepada suku lain, kepada orang di luar gereja kita. Terang ini adalah perbuatan baik kita menjangkau orang-orang luar yang belum memiliki terang. Nyatakan terangmu supaya orang lain dapat keluar dari kegelapan, di lingkungan kita, di kantor, di sekolah, di komunitas kita, dll.

Sudahkah kita berbuat baik kepada setiap orang seperti yang Tuhan perintahkan di dalam firmanNya berikut ini :

1. Galatia 6 : 9 "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah".

2. 2 Tesalonika 3 : 13 "Dan kamu, saudara- saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik".

3. Matius 22 : 39 "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".

4. Markus 12 : 31 "Dan hukum yang kedua ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama
dari pada kedua hukum ini."

5. Galatia 5 : 14 "Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"

6. Yakobus 2: 8 "Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik." Dan bila seluruh isi Alkitab itu kita peras, maka akan keluar inti sarinya yaitu "KASIH" Mudah di katakan namun terkadang susah di laksanakan, tapi saya berharap kita bisa dan mau memulai untuk berbuat baik kepada siapapun juga.

Bacaan Alkitab Minggu 10 Mei 2009 : Matius 11 : 25 - 30

KEBENARAN DAN KELEGAAN BAGI YANG MENERIMA YESUS
Minggu Kantate

Pendahuluan
Raja Salomo terkenal sebagai raja yang bijaksana sekaligus pandai. Ingatlah cerita Salomo yang mampu mengembalikan seorang bayi kepada ibu yang sebenarnya. Salomo mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, karena ia sangat dekat kepada Tuhan. Sehingga kebenaran dinyatakan kepadanya. Ia menjadi disegani dan ditakuti oleh raja-raja di sekitarnya karena kebijaksaannya. Lalu mengapa pada ayat 25, Yesus justru menyembunyikan sesuatu kepada orang bijak dan orang pandai? Bukankah ini aneh? Atau apa maksudnya?

Membuka Hati dan Rendah Hati
Bila kita membaca pasal 11-13, akan mengerti kenapa Yesus berkata demikian. Konteksnya pada pasal ini, Yesus berhadapan dengan ahli-ahli Taurat dan orang Farise yang meragukan Yesus sebagai mesias. Padalah Yesus sudah tunjukkan keilahian-Nya melalui karya-karya penyembuhan dan lain-lain. Namun mereka tetap tidak bertobat. Lalu apa persoalannya sehingga mereka tidak percaya kepada Yesus? Sebenarnya ini bukan persoalan sudah tau atau tidak, sudah ngerti atau tidak. Tetapi ini lebih persoalan hati. Hati para ahli taurat dan orang Farise itu tertutup rapat terhadap yang mereka tau dan lihat. Terlebih mereka tidak rendah hati.
Ahli taurat dan Farisi tetap tegar hati dan tidak percaya kepada apa yang Yesus ajarkan. Mereka banyak baca kitab suci dan ahli taurat tapi tidak terbuka menerima apa yang mereka baca dan Yesus ajarkan. Mereka malah menjadi sombong dengan yang mereka tahu. Merasa suci dari orang lain. Merasa benar dari orang lain. Mereka membuka mata, membuka telinga, tetapi menutup hati. Jika sudah tutup hati, komunikasi akan berhenti. Maka itu sama dengan titik mati untuk tidak merubah diri. Itu sebabnya Tuhan menyembunyikan diriNya kepada mereka. Justru siapa sangka, Tuhan menyatakan diriNya kepada orang kecil. Tuhan lebih dekat kepada mereka. Kenapa bisa?
Orang kecil yang dimaksud pada nas ini adalah anak-anak atau orang yang belum dewasa. Dalam arti luasnya adalah orang yang belum matang berilmu, namun mampu menerima kehadiran Allah dalam diri Yesus Kristus. Inilah kelebihan dari orang kecil itu yaitu mampu membuka diri menerima Yesus Kristus dan rendah hati. Mereka mampu merespons Injil dengan positif.
Tuhan ingin dalam kehidupan iman Kristen kita, kita mempunyai hati seperti bayi yang setiap saat mau diajar dan dibentuk oleh Firman. Bukankah justru jika menjadi seperti anak kecil, kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat. 18:3).
Orang yang merasa diri bijak biasanya ia adalah orang yang sok tahu segala hal sehingga kalau ada orang lain yang mengatakan tentang kebenaran, ia akan menutup diri. Orang seperti demikian ini tidak akan pernah mendapatkan suatu pengetahuan karena belum apa-apa ia merasa pandai dan mempunyai banyak pengetahuan. Oleh sebab itu, bagi Yesus, murid sejati adalah yang banyak tau, namun juga mampu menerima kehadiran Yesus dalam hatinya.
Di zaman saat ini, selain membutuhkan orang bijak dan pintar, kita membutuhkan orang yang terbuka dan rendah hati. Namun jika disuruh memilih, mau orang pintar atau rendah hati? Rasanya lebih baik berteman kepada orang terbuka dan rendah hati walau tidak begitu pintar. Saya mempunyai seorang teman sekelas yang pintar, jago bahasa Inggris lagi. Tapi sayang orangnya tinggi hati. Maunya pendapatnya yang benar dan sifatnya tertutup. Akibatnya, di kelas dia tidak punya banyak teman bahkan dikucilkan teman-teman. Jika rapat kelas, kehadirannya tidak dianggap penting, karena tidak akan bisa komunikasi baik dengannya. Demikianlah teman-teman meresponnya. Orang tidak akan membuka diri kepada orang yang tertutup dan tinggi hati. Orang cenderung hanya mau terbuka kepada orang yang juga mau terbuka.
Pribadi yang baik adalah yang mampu membuka hati dan rendah hati. Ia adalah yang bersifat open minded. Orang open minded biasanya lebih mudah untuk mengubah worlview-nya dari pada orang yang tinggi hati. Mengubah cara pandang tidaklah gampang, karena diperlu pengorbanan. Ia harus rela meninggalkan cara pandangnya yang lama. Namun seseorang yang memiliki keterbukaan hati dan pengorbanan menjadi tempat yang subur untuk bertumbuhnya didikan dan ajaran yang benar. Yesus sangat suka kepada yang memiliki open minded, karena akan mudah dididik dan diberikan kebenaranNya. Murid-murid Yesus adalah orang yang mampu membuka diri. Cara pandang mereka melihat Yesus berbeda dengan orang Farise. Murid-murid melihat Yesus sebagai Tuhan dan Guru, namun orang Farise melihat seperti itu. Murid yang open minded akhirnya meninggal gaya hidup mereka sebagai penjala ikan menjadi penjala orang .
Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang open minded terhadap ajaran Tuhan. Sehingga gereja yang open minded akan menjadi tempat dinyatakanNya kebenaran Tuhan. Demikian juga kepada keluarga yang terbuka kepada firman Tuhan dan menerimanya akan mendapat kebenaran Tuhan. Bagi yang menutup diri atau tidak perduli kepada firman Tuhan, kepadanya aka tersembunyi kebenaran Tuhan. Tuhan telah membuka diri untuk menerima keberdosaan kita. Oleh karena itu kita juga hendaknya terbuka dan rendah hati menerima kehadiran Tuhan.
Itulah sebabnya Yesus bersyukur kepada Bapa-Nya karena berlaku benar dan adil. Bapa-Nya menyatakan kebenarannya pada orang yang tepat yaitu orang-orang kecil, orang-orang yang mau membuka diri dan menerima kehadiran-Nya. Hanya bagi orang yang demikian, kebenaran dinyatakan dan Injil dapat tumbuh berkembang. Agak sulit bagi orang yang berkuasa untuk masuk sorga (Mat. 19:23). Sebab tinggi hati dan ketertutupan hati cenderung melekat padanya.

Yesus Memberi Kelegaan Bagi Yang Memikul Salib
Kehidupan orang kecil sering dikuasai oleh orang yang berkuasa, orang yang pintar dan bijak. Bahkan orang kecil sering menangis karena penindasan yang mereka terima. Sehingga menjadi letih lesu menanggung penindasan atau beban yang berat. Mereka seakan tidak berdaya menanggungnya. Namun tidak berhenti sampai disitu. Yesus menawarkan kepada mereka tertindas, yang menderita dan orang-orang kecil untuk datang kepada-Nya, karena Ia akan memberikan kelegaan. Sungguh tawaran yang luar biasa.
Harus diakui bahwa setiap orang memiliki beban hidup yang berat. Kondisi ekonomi yang tidak baik, menyebabkan sulitnya memenuhi kebutuhan hidup. Keadaan ini sangat dirasakan oleh orang-orang kecil. Penduduk kota Jakarta lebih banyak dihuni oleh orang miskin. Mereka tinggal di tempat-tempat kumuh. Jiwa dan badan mereka sangat letih untuk mendapatkan hidup yang cukup. Hidup terancam karena kurang mendapat asupan gizi yang cukup. Nyawa diintai oleh penyakit yang tidak dapat disembuhkan karena ketidakmampuan mengakses layanan kesehatan. Masyarakat juga akan mengalami lesu yang berkepanjangan di masa mendatang karena rendahnya kualitas dan kuantitas pendidikan kita saat ini.
Bagaimanakah dampak turunannya? Banyak yang tidak tahan memikul penderitaan itu. Deretan jumlah orang bunuh diri di tanah air terus bertambah, akibat himpitan masalah yang banyak. Penderitaan dan beban berat dapat membuat orang jatuh ke dalam dosa. Lalu bagaimanakah sikap kita bila dalam keadaan letih lesu? Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya, karena Ia akan memberikan kelegaan.
Yang menarik, justru mengatakan? ”pikullah kuk yang kupasang”. Pengikut Kristus harus memikul kuk itu, bukan justru menghindar atau membuang kuk itu. Yesus menuntut dengan tegas agar seorang hamba setia mengemban kuknya. Bagi orang Yahudi, ”kuk” adalah simbol ketaatan pada hukum dan hikmat Tuhan. Orang Kristen diminta untuk patuh dan taat menerima kuk itu. Kita harus belajar kepada Tuhan. Walau dihina, diludahi bahkan mati di kayu salib, Ia tetap setia memikul penderitaan itu. Kenapa bisa? Karena kuk itu enak dan ringan.
Kuknya enak dan ringan bukan karena sesuatu itu mudah untuk dilakukan atau jalannya aman. Justru sebaliknya, salib adalah menakutkan (Mat. 16:24), berada di tengah serigala (Mat. 10:16). Kuk dari Yesus itu enak dan ringan karena itu adalah jalan Tuhan dan merupakan pendahuluan dari penebusan jiwa manusia.. Bila dilihat pada sapi, kuk itu menjadi beban namun sekaligus penuntun. Jadi salib dan penderitaan itu adalah juga penuntun. Kemudian kuk yang dipasang itu tidak merugikan yang memikulnya. Justru akan membawanya kepada kelegaan. Membawa kelegaan di bumi dan juga di sorga. Undangan dan janji Yesus inilah yang harus kita nyanyikan sebagai nyanyian baru dalam hidup kita. Menyuarakan dengan syukur bahwa Tuhan tidak memberikan kehidupan yang lebih baik, jika tetap setia dalam memikul kuknya. Bukalah hatimu akan kehadiranNya. Amin.