Jumat, 10 Desember 2010

KOR NATAL NAPOSOBULUNG STM KRISTEN AEK BAYUR P.SIDIMPUAN




widgeo.net

Renungan Harian: Mateus 24 : 13

widgeo.net 

 Memulai sebuah pekerjaan adalah sangat mudah. Membangun sebuah rumah adalah mudah. Membaptiskan orang menjadi Kristen adalah mudah. Menanam jagung, padi, sawit, dll adalah mudah. Memulai sebuha hubungan kerjasama, persahabatan adalah mudah.
Namun yang menjadi persoalan kita adalah apakah kita mampu merawat, memelihara, mempertahankan segala sesuatu yang telah kita mulai itu hingga pada akhirnya? Inilah yang menjadi pergumulan yang berat. 
Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah gratis dan mudah.  Tetapi menjadi  pengikut Kristus adalah pengorbanan. Kita harus mengorbankan waktu, mengorbankan tenaga, pikiran, uang, dan segalanya. Mengapa? Karena Dia telah lebih dahulu mengorbankan nyawa-Nya bagi tebusan dosa kita agar kita selamat di dunia dan di akhirat.
Keselamatan yang kita terima melalui baptisan dan peneguhan sidi tidaklah otomatis menjamin keselamatan kita di dunia ini. Yang menjamin keselamatan kita di dunia ini adalah seberapa tahan dan kuat kita mempertahankan iman percaya kita hingga akhir hidup kita di dunia ini. Karena hanya orang yang bertahan dalam iman percayanyalah akan diberikan keselamatan yang kekal itu.
Karenanya, marilah kita bertahan sampai kesudahan hidup kita di dunia ini agar kita memperoleh keselamatan itu. Dalam masa Advent III ini, kita dituntut untuk terus bertahan menanti kedatangan Kristus kali kedua. Amin



Tapi sanga ise na tahan lopus tu ujungna, gabe paluaon ma ia.
Mateus 24 : 13

Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Matius 24 : 13


Ende No.43 : 2
Madung huungkap pintu i, rohangku sai ingani ma
O, Jesus hangoluanki, paro tu au sinondang-Mi
Anso denggan mardalan au sian hajahatan  tong dao
Lopus tu Surgo i,  hupuji Ho disi

Kamis, 09 Desember 2010

Renungan Natal: Yesaya 60:1-7

widgeo.net


BANGKITLAH, MENJADI TERANGLAH
Yesaya 60:1-7


Illustrasi: Seorang Raja mengunjungi rakyatnya
Mengapa sulit? Pertama, karena manusia cenderung  memiliki sifat tidak sabar. Kedua, karena orang kerap melihat tindakan menunggu sebagai kegiatan negatif dan tanpa arti, dan sia-sia.
1.      Dipanggil untuk menjadi terang dunia (ay.1-2)
2.      Dipanggil untuk memperdulikan (ay.4)
3.      Dipanggil untuk diberkati-Nya (ay.5-7)

Jenis Terang Orang Kristen
Terang dari Lampu Listrik
Daya listrik tergantung dari PLN (Perusahaan Listrik Negara), bila pihak PLN memutuskan untuk dimatikan maka lampu tidak akan berfungsi, jadi tergantung kepada pusat.
Banyak orang Kristen yang bercahaya seperti ini. Mereka tergantung dari orang lain atau dari suatu organisasi tertentu. Sekalipun hidup mereka sudah penuh oleh Roh Kudus, dia tidak bebas bergerak seperti yang Tuhan kehendaki. Ketika ada perselisihan di antara jemaat atau dengan organisasi (gereja) maka si pelayan Tuhan akan menjadi redup dan kehilangan sinarnya dan ia tidak lagi bercahaya. Seharusnya sumber cahaya bukan tergantung dari manusia atau organisasi tertentu melainkan hanya berpusat kepada Tuhan.
Terang dari Lampu Petromak
Lampu petromak biasanya dipakai oleh para pedagang kaki lima di malam hari, dan sering dijumpai di warung-warung. Lampu petromak tidak memiliki cahaya sendiri. Lampu ini mempunyai sebuah kelemahan yaitu ia haruslah dipompa terlebih dahulu agar bisa memancarkan cahaya yang cukup. Bila tidak dipompa maka tidak akan ada cahaya yang cukup yang bisa dikeluarkan.
Banyak orang Kristen yang mirip seperti lampu petromak. Mereka datang beribadah karena di’pompa’ oleh orang lain, bukan atas kerinduan diri sendiri. Bila tidak ada ajakan dari teman-teman maka mereka tidak akan datang beribadah. sebenarnya mereka menyimpan terang tetapi harus didorong terlebih dahulu.
Si Anto malas sekali ke gereja atau persekutuan doa, tetapi pada saat si doi mengajaknya beribadah di suatu tempat, dengan semangat 45, Anto langsung menghadiri ibadah tersebut, bahkan ia sampai menjadi seorang pelayan Tuhan di gereja tersebut. Tetapi ketika mereka putus hubungan asmaranya, Anto memutuskan juga hubungannya dengan pelayanannya, dan akhirnya ia kembali malas ke gereja seperti sebelumnya. Cahaya terangnya telah hilang karena tidak dipompa.
Terang dari Lampu Senter
Lampu senter harus ditekan tombol ‘ON’ agar dapat menyala. Sebenarnya mirip dengan prinsip lampu petromak, tetapi yang akan dibahas adalah apabila senter tidak ditekan maka ia akan gelap dan tidak ada cahaya sama sekali. Tetapi apabila tombol ON telah ditekan maka senter akan menyala dan memberikan cahaya yang cukup terang.
Kadang-kadang kehidupan kerohanian kita seperti lampu senter, terkadang tidak menyala sama sekali, yang ada hanyalah kegelapan semata. Kita tidak dapat memberikan cahaya dan diri kita sendiri penuh dengan kegelapan. Manusia cenderung mudah melihat kesalahan orang lain sementara kegelapan / kesalahan diri kita sendiri susah ditemukan oleh kita.
LUK 6:41
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Hal ini menunjukkan betapa mudahnya menyalahkan orang lain sedangkan diri kita bebas dari kesalahan, sikap ini yang menyebabkan cahaya itu hilang dan tanpa kita sadari bahkan telah melukai atau menyakiti orang lain.
Terang dari Nyala Obor
Dahulu sebelum ditemukannya lampu listrik, orang-orang menggunakan lampu obor sebagai sumber terang. Cahaya yang dihasilkan memang cukup terang tetapi ada satu kelemahan yaitu menghasilkan asap yang bisa menyesakkan nafas kita.
Asap dalam illustrasi ini menggambarkan kesombongan. Kehidupan kekristenan kadang juga menyesakkan apabila di dalam nya terdapat roh kesombongan. Dari luar, kita memang memancarkan cahaya tetapi bila diperhatikan ada asap kesombongan yang menyebabkan kesesakkan.
Kesombongan terjadi karena kita menganggap diri kita lebih dari orang lain, sehingga kita memandang rendah kepada orang lain. Ingat juga akan dosa Lucifer, karena kesombongan, ia dihukum oleh Tuhan. Jadi, percuma bila kita menyala terang sekali tetapi asapnya menyesakkan !
Terang dari Lampu Lilin

Saat mati listrik, pasti sebagian besar orang-orang akan menyalakan lampu lilin. Lilin memancarkan cahaya, ia memberikan cahaya yang terang sampai ia sendiri mencair sampai habis.
Teladan lampu lilin adalah bahwa kita mempercayai Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat kita sampai pada saatnya kematian badaniah menjemput kita kelak. Meskipun badai dan masalah datang dalam hidup kita tetapi kita dapat tetap memberikan terang bagi dunia ini. Dalam Alkitab terdapat banyak contoh pahlawan ‘lilin’ antara lain : Yusuf dan Paulus, msekipun badai banyak menempa mereka tetapi mereka tetap menjadi terang dan menerangi sekelilingnya.
Tuhan menghendaki kita untuk memancarkan terang yang seperti lampu lilin ini agar kita tetap bersinar sampai kita ‘mencair habis’ tanda porsi kita telai usai. Jadilah teladan dan terang bagi dunia ini.
ADVEN berasal dari bahasa Latin: adventus. Arti hurufiahnya: kedatangan. Gereja mengartikannya sebagai persiapan atau penantian kedatangan Yesus Kristus, Putra Allah.
Saban minggu Adven itu ditandai dengan penyalaan lilin: satu lilin di minggu adven pertama, dua lilin di minggu adven kedua, dan seterusnya. Menurut tradisi gereja tiga lilin adven itu berwarna ungu atau violet, menyimbolkan pertobatan, pengharapan dan penantian. Namun lilin adven ketiga justru berwarna merah muda, hendak menyimbolkan sukacita pengharapan yang tidak tertahankan lagi karena kelahiran Tuhan sudah sangat dekat.
Tradisi gereja juga mengenal lingkaran Adven, yaitu dedaunan segar (bukan plastik imitasi) dan buah berry merah yang dipasang di bawah lilin atau di dinding, melambangkan kehidupan yang segar abadi (evergreen). Namun sangat disesalkan kita hampir tidak dapat lagi menghayati suasana Adven itu di gereja-gereja kita kalangan protestan, sebab jika kita jujur, kalender ibadah gereja kita khususnya di sekitar Desember telah kacau. Makna Adven hilang karena perayaan-perayaan natal justru telah berlangsung saat gereja seharusnya masih menanti-nanti atau mempersiapkan hati menyambut kelahiran Juruslamatnya.
Apakah sebenarnya makna Adven bagi kita?
Pertama: panggilan pertobatan
Kedua: peneguhan pengharapan.
Ketiga: Sukacita pengharapan
Keempat: penantian yang panjang.
Siapa menghilangkan Adven akan kehilangan Natal
Dengan pemahaman di atas sadarlah kita betapa berharganya masa-masa Adven bagi kita. Tanpa melalui peringatan akan Adven sebagai minggu-minggu permenungan dan saat-saat bertobat, berharap, bersukacita dan menanti kita tidak akan mampu menangkap sukacita Natal yang sesungguhnya. Ingat: Natal hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang mau menyatukan diri dalam penantian umat yang begitu panjang akan kedatangan Juruslamatnya. (Umat purba menanti Mesias ratusan tahun, namun banyak umat kristen moderen menunggu satu bulan saja pun tak mau). Tanpa Adven, Natal hanya jatuh ke dalam hiruk-pikuk dan seremoni kosong.
Kembalilah ber-Adven agar kita sungguh-sungguh dapat ber-Natal!




Ramli SN Harahap

Renungan Natal: Lukas 3:1-9

widgeo.net
KASIH DAN PEMBAHARUAN
Lukas 3:1-9



1.
PENDAHULUAN
Natal tidak hanya berbicara tentang perayaan dan pesta. Meskipun natal merupakan sebuah perayaan ucapan syukur dan pesta kemenangan karena Allah sendiri turun menjadi sama dengan manusia. Tetapi, natal artinya lahir. Berangkat dari arti ini membuat banyak orang berpikir, bahwa kalau Yesus lahir, berarti Allah melahirkan. Hal ini membuktikan bahwa bahasa manusia itu terbatas. Sehingga menurut mereka, perayaan natal adalah perayaan orang kafir karena Allahnya orang Kristen ”beranak”. Ingat, kita tidak menyembah Allah yang ”beranak” tetapi kita percaya bahwa Allah kita turun menjadi sama dengan manusia.
Mengapa perayaan natal dianggap sebagai perayaan orang kafir?
1.
Istilah Yesus sebagai Anak Allah adalah ungkapan yang sering dijadikan patokan bahwa Allahnya orang Kristen ”beranak”. Padahal, tidak semua istilah anak berarti ”beranak”. Contoh : anak Medan, bukan berarti Medan ”beranak”, atau anak Kapal, bukan berarti kapal beranak. Tetapi anak Medan artinya seorang yang berasal dari Medan, atau anak kapal artinya seorang yang sehari-harinya berada di atas kapal. Allah menjadi manusia itu sangat masuk akal (logic). Ada hukum logic, dimana yang lebih tinggi mudah sekali menjadi lebih rendah. Misalnya, seorang Presiden yang ingin mendengar suara rakyatnya, menyamar sebagai supir bus. Hal itu sangat mungkin untuk dilakukan. Tetapi seorang supir bus tidak bisa menyamar menjadi Presiden dan tinggal di istana. Bagi Allah tidak ada yang mustahil, sehingga untuk menjadi apa saja Allah bisa lakukan. Perayaan natal bukan hanya pesta, tetapi natal adalah juga saat untuk menikmati kasihNya dan perubahan dari Tuhan.
2.
Orang Kristen merayakan natal dengan hal-hal yang aneh misalnya mabuk-mabukan dan pesta pora. Ada juga yang pergi ke gereja pada hari natal, memakai pakaian yang ”aneh-aneh” atau pakaian yang tidak layak dipakai oleh orang kristen. Sehingga orang dunia berpikir bahwa Allahnya orang Kristen najis.

2.
URAIAN
Natal bukan hanya sekedar pesta dan perayaan, tetapi natal adalah saat dimana kita menerima kasih dan mengadakan pembaharuan. Tetapi, bagaimana supaya natal dapat mendatangkan kasih dan pembaharuan?
1. 
Natal harus dirayakan dengan pertobatan (ay. 3).
Di dalam ayat 3 dijelaskan, ”Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” Natal tanpa pertobatan hanyalah sebuah kepalsuan dan kemunafikan.  Jadi, natal harus dirayakan dengan pertobatan sehingga kita dapat merasakan apa artinya kasih. Natal harus mengingatkan kita untuk berubah. Allah bukan datang dengan cambuk dan cemeti tetapi Allah datang dengan kasih.
2.
Natal harus dirayakan dengan diluruskan dan diratakan (ay. 4)
Di dalam ayat 4 dijelaskan, ”seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya, setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan”. Di dalam hidup kita, banyak yang ”tidak rata”. Yang mengetahui hati kita hanyalah Tuhan dan kita sendiri. Kalau situasi menyenangkan, Tuhan menjadi nomor satu dalam hidup kita, tetapi kalau sedang terjepit, kita mulai mengambil jalan yang tidak lurus dan tidak rata. Natal berbicara tentang Yohanes yang berkata, ”yang berliku-liku diluruskan, yang berlekuk-lekuk diratakan”, disitulah baru kita menerima kasih dan pembaharuan. Kalau natal hanya tinggal tradisi, maka kita tidak akan mengalami kasih dan pembaharuan.
3.
Natal harus dirayakan dengan hati yang berbuah (ay. 8)
Dalam ayat 4, dijelaskan, ”Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!”. Buah-buah roh harus terpancar dalam kehidupan kita sehingga orang lain dapat melihat bahwa natal telah merubah kehidupan kita. 
4.
Natal harus dirayakan dengan kesadaran bahwa kapak sudah tersedia di akar pohon (ay. 9).
Dalam ayat 9 disebutkan, ”kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api". Kasih yang diberikan Kristus, bukan kasih yang lemah tetapi kasih yang tegas. Hari ini kita merayakan natal, Kristus datang 2000 tahun yang lalu, tetapi harinya akan tiba, kita akan melihat Dia datang untuk menjemput kita. Kita tidak bisa main-main dalam hidup ini.

3.
PENUTUP
Menerima Yesus dalam hidup kita adalah pertobatan 1 kali, tetapi untuk terus disempurnakan oleh Kristus adalah pertobatan setiap hari. Ketika kita bertobat setiap hari, maka kita akan merasakan kasih yang sempurna dan pembaharuan yang luar biasa, sehingga kita dapat berkata bahwa natal membawa kita kepada pengalaman kasih dan membawa kita untuk hidup dalam perubahan.
Refleksi :
Natal bukan hanya sekedar pesta dan perayaan tetapi natal adalah kepastian bahwa kita harus berubah dan bertobat. Karena dalam natal kita mengalami kasih Allah dimana Allah mau merubah dan memperbaharui kita sehingga hidup kita memperlihatkan buah-buah roh.

Renungan: BERSUKACITALAH – BERGEMBIRALAH – BERSORAK-SORAILAH

widgeo.net
BERSUKACITALAH – BERGEMBIRALAH – BERSORAK-SORAILAH



K
ita akan memasuki Minggu LETARE – yang mengajak kita untuk Bersukacitalah – Bergembiralah – Bersorak-sorailah. Pertanyaanya adalah: Apakah yang bisa membuat kita bersukacita, bergembira, bersorak-sorai? Jawabannya, ada dalam nas ini. Yaitu: karena kita punya Allah yang Mahapengampun, Mahakasih, Mahabaik. Allah yang tidak pernah berhenti mengasihi kita. Allah kita adalah Allah yang mengasihi. Pemahaman inilah yang memicu harapan Israel, sehingga mereka dapat bersukacita.
Mari kita simak apa yang terjadi pada Israel. Nabi Zefanya ini diduga bekerja pada pemulaan pemerintahan Raja Yosia di Yehuda (Israel Selatan) sekitar tahun 639 – 609 seb Masehi. Pokok pemberitaannya adalah tentang kedatangan “Hari Tuhan” (1:7 + 14). Hari Tuhan merupakan ancaman bagi dosa-dosa Yehuda dan dosa bangsa-bangsa. Bila kita membaca mulai dari pasal pertama kitab ini, kita akan gemetar membayangkan betapa dahsyatnya hari tersebut. Hari itu merupakan hari yang mengejutkan dan gelap gulita, merupakan hari kegemasan .. kesusahan dan kesulitan ... kemusnahan dan pemusnahan ... kegelapan dan kesuraman - kebinasaan (1:14 – 18). Simak beberapa perkataan Allah di pasal 1: Aku akan menyapu bersih ... dari atas muka bumi ... merebahkan ... melenyapkan ...mengacungkan tanganKu ... menghukum ... menggeledah. Dahsyat tenan (benar)!!!
Mengapa begitu dahsyatnya hukuman yang akan diterima Yehuda dan bangsa-bangsa pada Hari Tuhan itu. Jawabannya, tidak lain tidak  bukan adalah karena dosa Yehuda dan bangsa-bangsa yang sangat menjijikkan Allah. Nabi Zefanya dengan keras menegor dosa mereka yang melacurkan diri dengan menyembah dewa-dewa: Baal, Milkom, tentara langit, dan kuasa kegelapan lainnya. Padahal itu merupakan kekejian di mata Tuhan (Ul. 7:25; 2Raja 21:11). Menyembah ilah lain selain Allah akan menimbulkan murka Allah. Walau kita sangat rajin ke gereja, membaca Alkitab, atau memberi sumbangan untuk gereja, tetapi bila kita masih memegang, menyimpan dan memercayai kuasa kegelapan (ajimat, ulpuhan ni datu, panjaga ni daging, pelaris, dll), bagi Allah, kita tetap menjijikkan. Di samping itu masih banyak lagi dosa-dosa Yeuhuda dan bangsa-bangsa yang membuat Allah harus murka., terutama perilaku mereka di masyarakat yang tidak mencerminkan bahwa mereka adalah bangsa Allah yang kudus.
   Ini menjadi pergumulan kita. Setiap orang hendaknya memeriksa diri sendiri. Apakah Tuhan tidak sedang murka sekarang melihat segala tingkah laku kita? Bencana demi bencana menimpa bukan hanya negeri ini tetapi juga dunia. Topan, gempa bumi, longsor menjadi momok yang menyebabkan derita memilukan bagi banyak orang; harta benda yang telah dikumpulkan dan dibangun musnah seketika; banyak nyawa melayang tanpa pesan. Kejahatan merajalela. Bangsa kita terpukul dengan kasus rekaman Anggodo, yang memilukan hati penduduk negeri yang masih punya hati nurani. Ternyata, kondisi bangsa ini begitu bobroknya. Sementara pemimpin masih asyik merayakan pengangkatannya menjadi anggota dewan terhormat dan menteri, padahal rakyat gelisah menanti keadilan dan bantuan. Oh negeriku .... bila hari Tuhan datang, apa yang akan terjadi kepadamu?
Yang lebih perlu, secara pribadi mari kita mengoreksi diri, apakah perilakumu akan memaksa Allah untuk mendatangkan murkaNya? Tanya dirimu, apakah kita masih memiliki atau percaya pada kuasa kegelapan, dukun, mantera, panjaga ni daging, yang merupakan kekejian di mata Tuhan? Apakah perilaku kita di kantor, di pasar, di sekolah, di perjalanan, sudah mendukakan hati Tuhan? Apakah keluarga kita masih berkenan di hati Tuhan? Gumulilah itu setiap saat
Karena itulah, sebelum Hari Tuhan itu datang, Allah melalui Zefanya dengan keras menghimbau dan mengajak Yehuda dan semua bangsa agar BERTOBAT. “Carilah Tuhan, lakukan hukum-Nya – carilah keadilan – kerendahan hati – (pasal 2). 

1.     Dan hal yang mensukacitakan kita adalah, janji Allah yang pasti, bahwa bila kita mau bertobat, pasti, pasti dan pasti, Allah mau menerima kita kembali.
Tidak banyak atau hampir tidak ada orang yang mau menerima kembali isterinya yang sudah beberapa kali tertangkap basah berselingkuh. Biasanya, suaminya akan langsung menjatuhkan talak tiga, cerai. Tetapi Allah kita, tidak. Walau Israel, sebagai umat-Nya selalu berselingkuh dengan dewa-dewa dan ilah-ilah lain, tetapi Allah menunggu dengan setia, dan selalu membuka pintu maaf bagi Israel. Memang, Tuhan mau menghukum umat-Nya atas kesalahan itu, namun itu bukan talak tiga, bukan kata terakhir. Hukuman dari Tuhan hanyalah peringatan, agar Israel dan kita sadar akan dosa-dosa kita; hukuman Allah adalah cara untuk membawa kembali umatNya yang sudah terlanjur membelot dari jalan-Nya. Hukuman Allah adalah bagaikan gada dan cambuk seorang gembala untuk membawa dombanya kembali ke jalan yang benar. Allah kita selalu membuka pintu dan tangan-Nya, kapan kita mau kembali, Allah akan menyambut kita dengan tangan terbuka dan sukacita (Ingat Perumpamaan tentang Anak hilang)
Itulah sumber sukacita kita. Isteri mana yang tidak bersukacita, bila suaminya masih mengasihi dan mau menerima kembali, dia yang selalu berselingkuh? Ternyata, kasih setia Allah (khesed) jauh lebih besar melampaui dosa-dosa kita. Di Yesaya 54:8 Tuhan berkata: Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. Dengan jaminan pengampunan inilah, Allah menyerukan: Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!
Kepastian akan pengampunan oleh kasih Allah inilah yang paling menonjol bagi iman orang Kristen. Di Yohannes 3:16 disampaikan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Bagi orang Kristen yang percaya, dengan terang benderang dinyatakan bahwa kasih Allah jauh lebih besar dari murka-Nya. Ini paling nyata didemonstrasikan Allah di kayu salib Tuhan Yesus di Golgata. Di salib itu, Tuhan meproklamasikan kepada dunia bahwa Allah kita adalah Allah yang Mahapengampun, karena yang ditanggung (dipikul) oleh Yesus di sana tidak lain tidak bukan adalah dosa seluruh manusia.
Seorang penulis pernah mengatakan: Sikap dan kelakuanmu tidak mengubah kasih Allah terhadapmu. Jika kamu berpaling dari-Allah, atau memutuskan hubungan dengan-Allah, Allah ingin tetap bersamamu. Itu seperti halnya bila kamu menutup keran. Apakah airnya juga menghilang dari pipa? Tidak, tetapi tetap berada di situ, menunggumu memutar keran lagi. Allah seperti air itu, menunggu kamu kembali menjadi anak-Nya. Tiada ketidak-patuhan atau pemberontakan darimu yang bisa mengubahnya.
Itulah sumber sukacita orang percaya. Bila kita semakin menghayati pengorbanan Yesus di salib, terutama dengan kemenangan-Nya di dalam kebangkitan-Nya, tidak mungkin lagi ada orang Kristen yang mau terbenam dalam susah hati. Yang ada hanyalah sukacita, karena di dalam Yesus, Allah memberi jaminan bahwa Allah mau mengampuni dosa kita

2.     Setelah Allah mau mengampuni dosa kita, Dia tidak menjauh, tetapi justru mau dekat dengan kita.
Kita baca di ayat 17 : “TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. Wahh... luar biasa! Coba bayangkan, bila Allah ada di dekat-Mu, menjadi pahlawan yang memberi kemenangan, dan selalu bergembira karena engkau”. Mungkin, tidak ada lagi hal lain yang mensukacitakan hati selain dari hal ini. Sebuah jaminan penyertaan dan pengawalan yang luar biasa. Karena itu, Allah melalui Zefanya terus menerus menyerukan: Jangan takut – jangan takut (ayat 15, 16).
Janji penyertaan ini telah terwujud dengan kehadiran Yesus, yang adalah Immanuel, Allah yang beserta kita. Dan walau Yesus telah berangkat ke surga, Dia memberi jaminan: “Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat; 28:20).
Karena itu, orang percaya tidak perlu takut terhadap apapun selain kepada Allah. Jangan pernah mau diperbudak dan dikalahkan oleh Allah. Dan sebenarnya, di dalam Yesus kita lebih dari sekedar pemenang (Rm. 8, 37). We are the winners. Bila Anda kalah, bukan karena Yesus tidak mampu membantu Anda, tetapi, Anda yang telah memilih dan menyerahkan diri Anda untuk kalah. Karena itu jangan pernah mau kalah. Jangan takut. Tetapi bergembiralah, bersukacitalah.

3.     Dan yang terakhir, yang membuat Israel bersukacita adalah janji akan ADANYA PEMULIHAN dari Allah.
Israel akan dipulihkan (ayat 20), bukan lagi sebagai bangsa yang dihina, dilecehkan oleh kuasa dan bangsa lain. Tetapi Tuhan akan mengangkat malapetaka dari mereka (ayat 18) – Tuhan akan memukul habis bangsa yang menindas Israel (ayat 19) – Tuhan akan mengembalikan nama baik dan kehormatan dan membuat Israel menjadi kepujian dan kenamaan di seluruh bumi (ay. 19)
     Ini jugalah jaminan agar kita bisa bersukacita. Mungkin sekarang memang kita susah karena disusahi pihak lain. Izin membangun gereja dipersulit (walau menurut Undang-undag sangatlah mudah). Jabatan strategis ditutup bagi murid Kristus (sehingga banyak orang Kristen menjual imannya demi jabatan) – kita dilecehkan dan dianggap sebelah mata (sehingga banyak orang yang “monjap” – bersikap bunglon – suam-suam kuku tentang imannya). Kita sering menangis menghadapi “penyesahan” (pangaleleon) terselubung ini.
   Tetapi, Tuhan Yesus yang bangkit menyerukan: jangan pernah takut. Kita akan dipulihkan – musuh-musuh Kristus akan dikalahkan. Tiada kuasa manapun yang bertahan terhadap kekuasaanNya. Karena itu jangan pernah kecut, takut atau minder. Di dalam Yesus, kita bukanlah pecundang yang mau kalah, tetapi kita lebih dari sekedar pemenang.

Karena itu, agar kita benar-benar dapat bersukacita, pilihan ada pada kita. Mereka yang mengenal dosanya tetapi tidak mau bertobat, akan dibebani, ditimpa, “didondoni” oleh dosanya; sukacitanya akan terkuras habis oleh dakwan-dakwan dosa di dalam hati nuraninya. Tetapi mereka yang mau mengaku dosa dan bertobat, Tuhan menjamin bahwa dosamu pasti akan diampuni, dan Tuhan mengasihiMu. Itu membuat sukacitanya akan berlimpah.
Mereka yang tidak mengenal kasih setia Allah akan takut, kecut, dan kalah; sukacitanya akan habis. Tetapi yang percaya dan mengimani kasih setia Allah yang nampak dalam kemenangan Kristus dalam kebangkitanNya, akan terus bersukacita walau didera derita – tetap semangat dan tidak takut walau musuh Kristus menghadang. Bukan karena nekat. Tetapi karena ada jaminan penyertaan Allah. 
Karena itu, camkanlah seruan Paulus dalam Filipi 4:4 “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”. SELAMAT BERLETARE.  Amin.

Renungan: PEKERJAAN ATAU PELAYANAN

 
PEKERJAAN ATAU PELAYANAN




Bila Anda melakukannya untuk mendapatkan nafkah, itu Pekerjaan.

Bila Anda melakukannya karena Tuhan, itu Pelayanan.

Bila Anda keluar karena ada yang mengkritik Anda, itu Pekerjaan.

Bila Anda terus bekerja sekalipun dikritik habis-habisan, itu Pelayanan.

Bila Anda berhenti karena tidak ada yang berterimakasih, itu Pekerjaan.

Bila Anda terus bekerja walaupun tidak pernah dikenal siapa pun, itu Pelayanan.

Bila Anda merasa semakin sulit menikmati yang Anda kerjakan, itu Pekerjaan.

Bila Anda semakin sulit untuk tidak menikmatinya, itu Pelayanan.

Bila yang Anda pikirkan adalah kesuksesan, itu Pekerjaan.

Bila Anda pikirkan adalah kesetiaan, itu Pelayanan.

Gereja yang biasa-biasa saja dipenuhi oleh jemaat yang bekerja.

Gereja yang luar biasa saja dipenuhi oleh jemaat yang melayani.