Jumat, 12 Juni 2009

Bacaan Minggu 14 Juni 2009: Ayub 38 : 25 - 33

SADARILAH KESALAHANMU!


Ayub adalah yang yang mengakui kemahakuasaan dan keagunan Allah. Ayub, secara teoritis, tahu bahwa tidak ada manusia yang benar dan cukup berharga di hadapan Allah (ps. 9 khususnya ayat 1,2). Tetapi berkaitan dengan kasusnya (apalagi setelah mendengar ‘tuduhan’ teman-temannya bahwa ia pasti sudah bersalah) ia menolak bahwa dirinya bersalah di hadapan Allah. Ia ‘menuduh’ Allah-lah yang sudah bertindak tanpa alasan untuk ‘menghancurkan’nya. Tetapi juga dikatakan bahwa ia sangat berharap bahwa Allah juga akan menjadi saksi/pembela yang akan membenarkan dirinya (termasuk dalam perkaranya dengan Allah! – 16:19-21). ‘Tuduhan’nya bahwa tindakan Allah ‘sewenang-wenang lebih berkaitan dengan keyakinannya akan kemahakuasaan Allah: Allah punya hak mutka untuk bertindak apapun. Karena itu,’tuduhan’nya tidak disertai dengan tindakan meninggalkan Allah! Ia tetap setia kepada Allah, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (bnd. dengan pengenalan Allah akan Ayub dalam 1:8). Secara tersirat Ayub menyatakan Allah tidak dibatasi moral (boleh bertindak sewenang-wenang). Penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (seperti sikap Ayub), tanpa pengenalan akan jati diri Allah, bisa berakibat ‘penilaian’ yang keliru tentang Allah.
Keputusan yang dijatuhkan kepada Ayub oleh para sahabatnya telah menggelapkan jalan hikmat sampai Elihu angkat bicara. Jalan itu kini tercerahkan sepenuhnya oleh suara dari dalam badai (38:1). Sangatlah tepat bahwa pendekatan Tuhan kepada Ayub adalah dalam bentuk tantangan. Dengan cara yang sama pula Dia telah menghadapi Iblis (bnd. 1:7,8; 2:2-3). Allah menantang Iblis dan Ayub dengan cara mengkonfrontasi mereka dengan karya-karya-Nya yang ajaib. Dan karena Ayub sendiri merupakan hasil karya ilahi yang dengannya Iblis ditantang, maka melalui keberhasilan-Nya untuk menantang Ayub ini Allah melengkapi kemenangan-Nya dalam tantangan-Nya kepada Iblis. Tantangan yang disampaikan Allah kepada Ayub dilaksanakan dalam dua tahap (38:1-39:34 dan 40:1-41:34) dengan suatu waktu sela di pertengahan jalan yang ditandai dengan awal penyerahan diri Ayub (39:35-38).
Pasal 38 ini melaporkan bahwa Allah menjawab Ayub, dan itu terjadi di dunia ini menurut kebebasan kedaulatan Allah, dan pada waktu yang sesuai dengan ketentuan Allah. Pasal 38 dan 39 membawa kita berwisata mengamati langit, laut, bintang-bintang dan binatang-binatang.
Dalam pasal ini Ayub mencoba mencari jawab atas kejadian yang menimpa dirinya karena ketiga teman Ayub tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan hatinya sehingga Ayub bertanya kepada Allah. Tuhan pun menjawab seluruh pertanyaan Ayub dan jawaban itu berupa pertanyaan balik yang tajam kepada Ayub dan Tuhan menuntut jawaban dari Ayub (Ayb. 38 – 42). Menghadapi tantangan yang bertubi-tubi itu ia tidak dapat berkata-kata. Ayub pun mencabut perkataannya dan menyesalkan diri. Ayub adalah seorang yang jujur dan Tuhan memberikan jawaban yang jujur. Ayub bertemu dengan Tuhan yang berdaulat dan dia mengenal Tuhan yang sejati. Hati-hati, setan tidak berhasil membuat Ayub berdosa tetapi bukan berarti setan akan berhenti Tidak! Setan akan terus mencari orang yang dapat ditelannya (1Pet. 5:8).
Hari ini, mungkin kita mengalami pergumulan iman yang berat di mana kita sulit mengenali Allah, namun ketahuilah Tuhan ada di sana, Dia mengendalikan seluruh aspek hidup kita, Dia akan menjagai kita. Sesungguhnya, tidak perlu bagi kita mendapatkan jawaban dari Tuhan. Asal sudah bertemu dengan Tuhan maka semua itu sudah cukup menghentikan seluruh pergumulan kita tentang Allah. Berarti iman kita tidak salah. Kitab Yakobus 5:11 memberikan suatu kesimpulan tentang pergumulan Ayub, yakni Ayub disebut sebagai orang yang berbahagia karena ketekunannya atau yang diterjemahkan sebagai ketahanan (endurance, bhs Inggris). Allah telah memberikan peluang bagi Ayub untuk masuk dalam satu tingkatan iman yang lebih dalam dan lebih dalam lagi adalah juga Allah yang sama yang akan memberikan peluang bagi kita untuk masuk dalam tingkatan iman yang lebih tinggi lagi.
Apa yang bisa kita renungkan dari pasal 38 ini?
Pertama, Yahweh bersabda. Allah menyatakan diri-Nya melalui badai. Badai dengan kilat, guruh, asap dan bunyi menyatakan sekaligus menyelubungi keagungan Allah. Karena kedegilan Ayub, maka Allah memakai badai untuk menjawab Ayub. Dengan badai itulah maka Ayub sadar dan menyesal akan perbuatannya kepada Allah. Hal ini mau mengajarkan kepada kita agar kita lebih berhati-hati di dalam menyampaikan segala uneg-uneng maupun kekesalan kita kepada Allah. Jangan sampai Allah mengeluarkan badai kepada kita untuk menjawab segala tuntutan dan sungut-sungut kita kepada-Nya. Biarlah Tuhan berkarya seleluasanya bagi kehidupan kita.
Kedua, Hikmat Allah kelihatan dalam ciptaan-Nya. ’Marilah, Aku akan membuat engkau terheran-heran,’ kata Allah, dengan rumitnya dan ruwetnya semuanya itu! Dasar bumi diletakkan (38:4), bintang-bintang fajar bersorak-sorak dengan girang (38:7). Sejak itu, mereka tetap menyanyikan perayaan Pencipata itu dengan penuh kegirangan. Perhatikanlah samudera raya, kekuatannya yang mengacaukan telah dibendung (38:8-11), langit, kedalaman, terang, dan gelap-gulita (38:12-21). Pernahkah engkau masuk ke dalam perbendaharaan salju, atau perbendaharaan hujan batu (38:22)? Dan bagaimana dengan hujan (38:25-30)? Menengadahlah, lihatlah bintang Kartika dan bintang Belantik, lihatlah awan, kilat dan kabut (38:31-38). Apakah engkau melihat semuanya itu? Ayo jalan-jalan menikmati ciptaan-Ku itu: amatilah keajaibannya: saksikanlah bagaimana semuanya diatur sehingga tertib yang satu dengan yang lain, sesuai pola dan tujuan yang sudah ditentukan. Untuk menjawab tuntutan Ayub Allah memakai segala ciptaan-Nya agar Ayub sadar akan kasih setia Tuhan kepadanya. Allah tidak pernah meninggalkan Ayub sedetik pun. Hal ini mau mengajarkan kepada kita bahwa sesulit apa pun yang sedang kita hadapi, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, tetapi Tuhan terus menyertai kita dalam seluruh perjalanan hidup kita.
Ketiga, Ayub menyesal. Ayub selama ± 20 pasal mengajukan permohonan, permintaan, keluh kesah, dan kekecewaannya kepada Tuhan. Saat-saat itu, Allah tidak menjawab sedikitpun sampai pasal 37. Tetapi setelah Tuhan menjawabnya di pasal 38-41, Ayub menyesal bahwa apa yang pernah dimintanya lahir dari ketidakmengertiannya kepada rencana Tuhan. Sekarang, Ayub tidak peduli dengan apa yang sudah diambil daripadanya (harta, keluarga), karena mendapatkan Tuhan lebih dari segalanya. Ayub tidak meminta kepada Tuhan selain dari apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya untuk berdoa bagi teman-temannya yang sudah mengecewakan hati Tuhan (42:7). Melalui permintaan Ayub, Tuhan mengampuni teman-teman Ayub (42:9). Tidak hanya itu, Tuhan pun memberkati Ayub dengan berlimpah-limpah (42:10-16), tanpa sedikitpun Ayub meminta Tuhan memulihkan keadaannya. Firman Tuhan hanya mengatakan, ”Lalu Tuhan memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu” (42: 10).
Tuhan bisa memberikan tanpa kita meminta/berdoa kepada-Nya, karena Dia Mahapemurah dan Mahakuasa. Tetapi Tuhan akan menahan jawaban doa kita agar kita datang kepada-Nya, karena yang Tuhan inginkan adalah






Ramli SN Harahap