Jumat, 04 Maret 2011

Renungan Harian: Masmur 27 : 9

widgeo.net
MURKA ALLAH!


Ulang ma martabuni Ho sian au. Ulang muruk Ho tu au; ulang suru kehe, naposoMu do au on. Angke sai Ho do pangurupi di au on, ulang tadingkon au, ale Debatangku, na paluahon au.
Masmur 27 : 9

Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku!
Mazmur 27 : 9

Allah bukan saja dikenal dengan Allah yang penuh kasih dan mahakasih saja. Pada saat kita melakukan dosa dan kejahatan, Allah adalah Allah yang pemurka dan pemarah. Allah sangat membenci perbuatan dosa yang dilakukan manusia, tatapi Allah juga mengasihi orang yang berdosa itu agar dia kembali dari kejahatannya kepada jalan Allah.

Jika Allah murka apakah yang Dia lakukan kepada kita? Allah akan menyembunyikan wajah-Nya dan menolak kita dengan berbagai macam permohonan kita. Allah tidak mau merespons kita dan bahkan Dia akan menghukum kita hingga kepada keturunan yang keempat.

Apakah seterusnya murka Allah itu akan berlangsung? Tergantung kepada sikap kita sendiri. Jika kita terus melakukan dosa dan kejahatan, maka murka Allah tidak akan undur dari kita. Tetapi jika kita mau bertobat dan mengaku dosa-dosa kita di hadapan Allah, maka Allah akan memberhentikan murka-Nya kepada kita bahkan Dia akan memberkati kita hingga kepada keturunan keempat.

Apakah yang harus kita lakukan agar murka Allah undur atas kita? Pertama,  sadarilah akan dosa yang kita perbuat. Kedua, mengakui segala dosa dan kejahatan kita. Ketiga minta pengampunan dari Allah agar kita dikasihaniNya. Keempat, akui Dia dalam segala perbuatan dan tingkah laku kita.


BEAM No.300 : 1 - 3

Ho Sipangolu au, sai topot ma au on
Ulang tadingkon au, ro Ho tu rohangkon
Ro Sipangolu ro tibu, baen ma au anak-Mu tutu
Dohot mudar-Mi basu au, ias songon hapas ma au
Ias tutu, ias tutu dohot mudar-Mi basu au, ias songon hapas ma au

Renungan Harian: Mazmur 65 : 6

widgeo.net
 TUHAN MENJAWAB



Marhite kuasoMu na sumurung i, dipajongjong Ho angka dolok.
Masmur 65 : 6
Dengan perbuatan-perbuatan yang dahsyat dan dengan keadilan Engkau menjawab kami, ya Allah yang menyelamatkan kami, Engkau, yang menjadi kepercayaan segala ujung bumi dan pulau-pulau yang jauh-jauh;
Mazmur 65 : 6

Terkadang manusia tidak bisa mengerti akan jawaban Tuhan atas setiap pergumulan yang dihadapinya. Manusia memahami jawaban Tuhan dengan sifat kemanusiaan itu sendiri dan cara berpikir manusia saja. Padahal Tuhan menjawab manusia jauh melebihi akal dan pikiran manusia itu sendiri. Ternyata Tuhan sendiri menjawab manusia dengan perbuatan-perbuatan yang dahsyat dan dengan keadilan-Nya. Aneh rasanya bukan? Mengapa Tuhan menjawab manusia dengan perbuatan-perbuatan yang dahsyat? Jawabannya karena manusia itu sangat berharga dan berarti bagi-Nya. Karena berharga dan berarti, maka Tuhan memberikan jawaban yang dahsyat dan berkualitas. 

Yang menjadi persoalan kita adalah seringkali kita tidak mampu menerima jawaban Tuhan yang dahsyat itu. Sehingga kita kecewa dan bahkan menghujat keputusan Allah yang dahsyat itu. Marilah kita memahami jawaban Tuhan itu dari sudut iman bukan dari sudut kepentingan manusiawi belaka. Karena dengan menerima jawaban Tuhan secara iman maka kita akan memperoleh kedahsyatan itu sendiri.


BEAM No.378 : 3+4 “O TUHAN JESUS RAJA NI SUDENA”

Mata ni ari bulan dohot bintang sai marhatorangan i
Jesus tumorang, Jesus tumiur sian sude na asing i

Haru denggan pe langit dohot tano, tudos  tu halinu do
Jadi rohangku dohot giotku Jesus tohapku ma tongtong

Kamis, 03 Maret 2011

Renungan Harian: Maleakhi 1 : 11

widgeo.net
KEBESARAN NAMA TUHAN



Dipasangap angka bangso na di tano on do Au sudena. Sanga na di dia ditutung halahi do dupa laho pasangapkon Au jana dihaulkon halahi do angka haul na patut tu Au. Olo! sude do halahi pasangapkon Au!”
Maleakhi 1 : 11

Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama-Ku dan juga korban sajian yang tahir; sebab nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam.
Maleakhi 1 : 11


Nama Tuhan Jahweh telah dikenal orang sejak jaman dahulu kala. Ribuan tahun silam nama Yahweh ehad dipuji dan disembah oleh bangsa Israel. Yahweh yang sama juga dipuji dan disembah umat percaya hingga saat ini. Bukti bahwa nama Tuhan luar biasa terlihat dari penyataan Maleakhi sendiri dengan mengatakan bahwa dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama Tuhan besar di antara bangsa-bangsa. Tidak hanya itu, di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama Tuhan. Kebesaran nama Tuhan itu ditentukan seberapa banyak orang yang mempersembahkan pujian dan kurban bakaran bagi nama-Nya.


BEAM No.306 : 1 “DISON MA AU”

Di son ma au hu haulkon au tu Ho na dung manompa au
Palua au sian dosangku do anso ma sonang au
Hu lehen ma tu Ho rohangku, ate na tumbuk di rohaMu
Di son ma au sai jagit au

Rabu, 02 Maret 2011

”JAGALAH HATIMU” ( Amsal 4 : 23 )

widgeo.net
”JAGALAH HATIMU”
( Amsal 4 : 23 )
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.





Menjaga harta benda adalah hal yang sulit. Kita perlu menjaganya dengan hati-hati, menyimpannya di brankas rumah dengan kunci dan gembok yang besar agar dapat dipastikan aman atau membawanya ke bank sebab selain uang kita aman terjaga, kita juga dapat memperoleh bunga dari uang yang disimpan. Dan jika uang yang akan disimpan adalah jumlah yang sangat besar, maka biasanya kita perlu menyewa pengawal, agar uang tersebut terhidar dari pencuri dan perampok. Segala upaya akan dilakukan untuk menjaga agar harta tidak dicuri dan aman.
Selain harta, ada juga yang sulit dijaga, yaitu menjaga seorang bayi. Meskipun bayi terlihat lucu dan menggemaskan, namun seorang ibu atau pengasuh bayi harus ekstra hati-hati memelihara dan memperhatikan bayi, makanan tidak boleh sembarangan. Bayi tidak boleh memakan makanan orang dewasa, makanannya haruslah makanan yang lembut dan mudah dicerna. Selain makanan, lingkungannya pun harus bersih dan sehat. Bayi tidak bisa sembarangan memakai pelengkapan orang dewasa, sabun, shampoo dan perawatan mandinya pun harus khusus. Jika bayi mengompol maka si Ibu harus sesegera mungkin mengganti popoknya meskipun hal ini terjadi tengah malam.
Betapa susahnya menjaga harta dan bayi. Namun ada yang lebih sulit dijaga, yaitu adalah menjaga hati. Mengapa? Karena pada dasarnya, hati manusia cenderung ingin selalu berbuat jahat. Manusia cenderung egois, mau menang sendiri tanpa memperhatikan keberadaan orang lain, Hati manusia cenderung melakukan hal-hal yang tidak diinginkan Allah, yaitu keinginan-keinginan daging (Galatia 5:19), Oleh karena itu ketika melakukan sesuatu yang baik, manusia harus berjuang keras melawan keinginan dagingnya.
Namun ditengah perjuangan melawan keinginan daging ingatlah bahwa Roh Kudus akan membimbing agar saudara dapat menjaga hati dan menguasai diri sehingga dapat melakukan keinginan-keinnginan roh (Gal. 5:22-23). Dan dari menjaga hati inilah akan terpancar kehidupan manusia yang serupa dengan Allah, serupa dalam hal kasih, kekudusan dan kehidupan yang memuliakan Tuhan.
Hati adalah manusia batiniah atau roh (“inner being”). Kita harus menjaga hati kita dengan “segala kewaspadaan”! Bagian hidup manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Jika tubuh sakit kita mencari dokter; jika jiwa sakit kita mencari psikiater; jika roh kita yang sakit, siapakah yang harus kita cari? Jika roh kita sakit, maka hanya Tuhanlah yang dapat menyembuhkan.
Manusia memang banyak memelihara kesehatan tubuh atau fisik, tetapi bagaimana dengan kesehatan roh kita? Kita perlu cek up hati kita setiap hari dengan Tuhan. Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibrani 4:12).
Pikiran atau “thought” datang dari apa yang kita dengar dan lihat. “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:7). Firman Tuhan mau mengajarkan kepada setiap kita bahwa hati dan pikiran kita perlu dijaga oleh damai sejahtera Tuhan. Apa yang kita dengar dan lihat akan mempengaruhi pikiran kita, dan akhirnya masuk ke hati. Tuhan berfirman: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka” (Ibrani 10:16).
Hati itu adalah tempat di mana Firman Tuhan ada, yaitu tempat di mana Tuhan tinggal. Untuk itu, begitu kita membuka mata pada pagi hari biarlah yang pertama kita lakukan adalah mencari Tuhan. “"Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu," demikianlah firman Tuhan. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (Ibrani 8:10). Hati adalah “safe deposit box” yang menyimpan harta. Harta itu bisa juga suatu kepahitan, dan jika kita menyimpannya maka yang keluar dari hidup kita juga adalah kepahitan. “Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Lukas 2:19).
Jagalah hati dan tarulah Firman Tuhan di dalam hidup kita! “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan” (Yohanes 7:38-39). “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"” (Galatia 4:6). Sebagai anak, Tuhan telah menaruh Roh Kudus ke dalam hati setiap kita. Apa yang kita pikirkan dan taruh di dalam hati lama-lama akan menjadi kenyataan, dan itu bisa baik atau buruk sesuai dengan apa yang kita taruh ke dalam hati.

Hati mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan.
1.   Hati mempengaruhi kita bisa terima anugerah Tuhan atau tidak. Kalau kita mempunyai hati yang sulit untuk percaya, maka kita akan sulit menerima anugerah yang Tuhan sediakan untuk kita tetapi kalau kita memiliki hati yang terbuka, mudah percaya dengan Firman Tuhan kita akan menjadi orang yang mudah menerima anugerah Tuhan. Contoh: Anugerah keselamatan, keuangan, kesembuhan, pelayanan, dll. Saat ini banyak jemaat yang bersaksi mereka mengalami anugerah besar setelah berani percaya pada Firman Tuhan, mengembalikan persepuluhan, bernazar dan menggenapi nazarnya. Marilah kita memiliki hati yang terbuka dan mudah percaya dengan Firman Tuhan sehingga kita mudah menerima anugerah Tuhan dalam kehidupan kita.
2.   Hati mempengaruhi kita bisa menikmati anugerah Tuhan atau tidak. Kalau kita memiliki hati yang mudah tersinggung, kecewa, tertekan, maka kita akan terus hidup dalam kepahitan, kegelisahan, ketidakbahagiaan, bahkan sakit penyakit karena berkat yang besar senantiasa disertai dengan tantangan yang besar pula. Tetapi kalau kita memiliki hati yang bisa semeleh, berserah kepada Tuhan, dan lapang hati, maka kita akan bisa menikmati anugerah yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Contoh: Lebih banyak orang kaya yg bunuh diri dari pada orang miskin; Haman tidak bisa bahagia sekalipun ia sedang menerima berkat yang sangat besar karena ia tidak bisa menjaga hatinya (Ester 5:12-13). Maka marilah kita memiliki hati yang berserah pada Tuhan, semeleh, lapang hati sehingga kita bisa menikmati anugerah yang sudah Tuhan berikan kepada kita.
3.   Hati mempengaruhi kita bisa menang atau kalah dalam peperangan. Kalau kita penakut, mudah kuatir atau hatinya kecil maka kita akan selalu takut menghadapi tantangan dan masalah dalam kehidupan kita sehingga kita selalu kalah sebelum berperang/ berjuang. Tetapi kalau kita punya iman yg besar/ hati yg besar (bukan “sigodang roha dohot ateate”)/ hati yg berani maka kita akan berani menghadapi masalah dengan pertolongan Tuhan sehingga kita akan mendapat kemenangan-kemenangan. Contoh: Daud dan bangsa Israel waktu menghadapi Goliat; dua belas pengintai yang diutus oleh Musa (Bilangan 13:27-33). Maka marilah kita memiliki iman yang besar, hati dan keberanian yang besar dalam Tuhan sehingga kita berani menghadapi dan mengalahkan masalah dengan pertolongan Tuhan.
4.   Hati mempengaruhi kita bisa menerima kepercayaan yang sangat besar atau tidak. Kalau kita mempunyai hati yang tulus dan berkenan kepada Tuhan sehingga Tuhan menganggap kita bisa dipercaya, maka Tuhan akan mempercayakan hal-hal yang sangat besar kepada kita. Contoh: Elisa memiliki hati tulus dan bisa dipercaya oleh Tuhan sehingga ia mendapat kepercayaan yang besar dari Tuhan, namun Gehazi yang hatinya tidak bisa dipercaya tidak bisa diberi kepercayaan yg besar (2 Raja-raja 5:15-27). Yudas hatinya tidak bisa dipercaya oleh Tuhan karena ia selalu mencuri uang yang Tuhan percayakan kepadanya dan akhirnya ia melakukan hal yang fatal sehingga ia kehilangan kesempatan besar yang Tuhan berikan kepadanya. Setiap orang yang memiliki hati yang tulus dan dapat dipercaya oleh Tuhan akan mendapat kepercayaan yang besar dari Tuhan. Contoh: Musa dan Yosua memiliki hati yang tulus dan berkenan kepada Tuhan sehingga mereka diberi kepercayaan yang besar oleh Tuhan untuk memimpin umat Allah keluar dari perbudakan di Mesir (Bil 12:3; Bil 32:11-12). Yusuf diberi janji melalui mimpi oleh Tuhan bahwa ia akan diangkat menjadi pemimpin besar supaya bisa menjadi berkat karena Yusuf memiliki hati yang tulus dan bisa dipercaya oleh Tuhan. Daud diurapi menjadi raja karena Tuhan melihat hatinya yang berkenan kepada Tuhan (1 Samuel 16:1-13). Gereja kita diberi kepercayaan yang sangat besar oleh Tuhan karena kita selalu berusaha memiliki hati yang tulus yaitu semua yang kita terima dan lakukan adalah untuk Tuhan. Biarlah setiap kita memiliki hati yang tulus, jujur, bisa dipercaya oleh Tuhan sehingga Tuhan berkenan dan mempercayakan hal-hal yang sangat besar kepada kita.
5.   Hati mempengaruhi kita bisa mengalami pemulihan atau tidak. Kalau kita jatuh dalam dosa, kita bisa mendapat pengampunan dan pemulihan atau tidak, tergantung kita memiliki hati yang mudah sadar dan mudah bertobat atau tidak. Contoh: Raja Asa (2 Tawarikh 16:7-13); Saul dan Daud; Yudas dan Petrus; Anak yang hilang kembali kepada bapanya. Biarlah kita memiliki hati yang mudah sadar dan mudah bertobat sehingga kita mudah mendapat pengampunan dan pemulihan.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menemua masalah-masalah yang disebabkan hati misalnya:
1.   Kesombongan. Kesombongan adalah akar dosa (Amsal 16:18; Yohanes 5:19).
2.   Stress. (2 Timotius 1:7). Stress adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh hati yang tidak tenang. Dan jika stress ini tidak dapat diatasi dengan baik, maka kita akan mengalami depresi. Depresi adalah gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan hati yang merosot seperti muram, sedih, dan perasaan tertekan yang belebihan. Dan bahkan yang terparah lagi bisa terjadi yakni diserang penyakit struk yakni depresi yang dalam.
3.   Iri hati (“envy”). Hal ini tidak sama dengan cemburu (“jealous”). Cemburu adalah kekuatan untuk menjaga milik kita agar jangan hilang dan diambil orang. Iri hati adalah merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain.
                 
Bagaimana caranya untuk mengatasi ketiga masalah di atas? Pertama, sadari bahwa kita lahir dari Allah. “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah” (1 Yohanes 3:9). Kedua, bergembiralah. “Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu” (Mazmur 37:4). Kita bergembira bukan karena situasi atau keadaan, tetapi karena Tuhanlah kita bersuka cita. Tuhan mau kita mengasihi Dia sungguh-sungguh, dan menaruh Firman Tuhan ke dalam hati kita. Jaga hati dan hidup benar di dalam Firman maka apa yang kita inginkan pasti terjadi.




Pdt.Tuty Zastini Hutabarat,STh
Fidei & Gladys ‘08

MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB

widgeo.net
MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB

 
 
 Keputusan penting apa yang pernah anda ambil selama anda hidup sampai saat ini?  Mungkin anda mempunyai jawaban yang beragam satu dengan yang lain. Ada orang mengatakan keputusan penting yang pernah diambil antara lain; memilih sekolah atau Universitas, memilih tempat kerja, Menikah , meng–apply Green Card dan sebagainya. Di antara sederetan keputusan tersebut, manakah yang paling penting? Sekali lagi kita bakal mendapat jawaban yang satu dengan lainnya berbeda.
 
          Saat ini kita akan coba melihat keputusan penting yang pernah diambil oleh murid-murid Yesus. Tuhan Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya . “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” Satu keputusan yang cukup berat tentunya, namun inilah konsekwensi bagi seorang pengikut Yesus.
 
          Ada tiga hal yang cukup menarik yang akan kita lihat bersama :
 
          1. Menyangkal Diri
          2. Memikul Salib
          3. Mengikut Yesus
 
1.     Menyangkal Diri
 
             "Menyangkal diri", 'aparnêsasthô' adalah bentuk imperatif (perintah atau larangan) yang berasal dari kata 'aparneomai', "membantah", menyatakan bahwa seseorang tidak kenal atau berhubungan dengan orang lain; melupakan diri sendiri, kehilangan keinginan diri sendiri. Menyangkal diri bukan berarti meninggalkan atau menyerahkan sesuatu. Menyangkal diri berarti dengan tegas mengatakan 'tidak!' kepada diri sendiri, suka atau tidak suka, kepada apa yang paling dekat dan paling disayangi demi Kristus.

Apabila kita sebagai orang percaya mengangkat salib kita dan mengikut Yesus, maka kita menyangkal diri (Lukas 14:26-27) dan mengabdikan diri kepada aneka ragam pergumulan dan penderitaan.

Apa yang dimaksud dengan menyangkal diri?  Menyangkal boleh diartikan dengan tidak mengindahkan, tidak respon. Walaupun murid-murid Yesus sudah cukup lama hidup bersama-sama dan pelayanan bersama, namun rupanya konsep mereka terhadap Yesus sang Mesias ini masih salah. Konsep pemikiran mereka seperti yang dituduhkan Yesus terhadap Petrus, mereka itu masih duniawi. Bagi Yesus apa yang dilakukan Petrus terhadap dirinya adalah merupakan  penghalang atau batu sandungan. Itu sebabnya pada ayat 24 Yesus dengan tegas sekali mengatakan “Setiap orang yang mau mengikut Aku ia harus menyangkal diri” “Setiap orang” di sini berarti siapapun juga, tidak ada kecuali atau yang mendapat dispensasi (prioritas). Ingat bahwa pada jaman itu mengikut Yesus berarti murid- murid Yesus harus mengiringnya menuju Yerusalem, namun pada saat ini tentu bukan lagi masalah Yerusalem.
 
          Syarat seorang pengikut Yesus yakni harus “Menyangkal Diri”. Terjemahan lain untuk “menyangkal diri” adalah tidak lagi memikirkan kepentingannya sendiri. Tuhan Yesus tidak meminta kita hidup asketis akibat penyangkalan diri ini, misalnya tidak makan daging tertentu, menyiksa diri kita dan sebagainya. Menyangkal diri  boleh dikatakan seperti kita berani berkata tidak untuk “perbuatan tertentu” yang dulunya kita tidak dapat menolaknya, padahal situasi itu kita sangat sukai.
 
          Ada seseorang memberikan penyataan demikian :
Manusia pertama     :  Tidak dapat berbuat dosa
Setelah Kejatuhan   : Tidak dapat tidak berbuat dosa
Jaman Anugerah    : Dapat tidak berbuat dosa
 
          Hidup yang di dalam penyangkalan diri berarti hidup yang di dalamnya ada perubahan yang nyata. Mengingat kembali masa lalu kita, rasanya kita malu kalau saat ini kita boleh bersama dengan Tuhan. Namun orang yang menyangkal diri mengikut Tuhan ia harus tinggalkan masa lalunya. Benar dahulu hidup kita seperti seorang penjahat atau lebih kasar seperti “bajingan”. Tetapi tatkala Yesus mengatakan , Ayo ikut Aku? Artinya segala-galanya yang berhubungan dengan kehidupan masa lalu yang buruk itu harus disingkirkan.
 
2.     Memikul Salib
 
         "Memikul salib", Yunani 'aratô ton stauron' memiliki bentuk imperatif, berasal dari kata 'airô', mengangkat (misalnya batu dari tanah; ikan dari dalam laut), meletakkan beban di pundak sendiri, memikul beban yang sudah ada dan membawanya (misalnya dengan maksud memindahkan ke tempat lain).

Salib Kristus merupakan lambang penderitaan (1 Petrus 2:21; 4:13), kematian (Kisah Para Rasul 10:39), kehinaan (Ibrani 12:2), cemoohan (Matius 27:39), penolakan (1 Petrus 2:4) serta penyangkalan diri (Matius 16:24).

Dalam pemerintahan Romawi waktu itu, pemandangan seseorang yang digiring ke tempat penyaliban di depan umum merupakan hal yang sudah dikenal. Orang terhukum itu biasanya harus memikul sendiri kayu yang melintang "patibulum" dari salibnya, waktu ia berjalan menyongsong kematiannya. Itulah gambaran yang akan muncul dalam benak orang-orang yang mendengar perkataan Tuhan Yesus. Bila mereka tidak siap menanggung akibat semacam itu sebagai murid Kristus, baiklah mereka undur selagi waktu masih ada. Tetapi ada baiknya mereka mempertimbangkan pilihan mereka dalam neraca Kerajaan Allah : [u]"Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya"[/i] (Markus 8:35).

Hampir semua dari mereka yang mendengar kata-kata ini mengalami kebenarannya. Memang tidak semua dari mereka disalibkan. Tetapi kita tahu bahwa Petrus mengalaminya. Dan murid pertama yang mengalami kehilangan nyawa karena mengikut Tuhan Yesus adalah Yakobus bin Zebedeus saudara Yohanes, ia dipancung kepalanya (Kis. 12:2). Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus dengan 'memikul salib' yaitu mengalami aniaya dan kematian oleh karena Kristus.

Lukas menuliskan kata-kata ini dengan lebih tegas sbb : "ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" (Luk. 9:23).
:
Dasar kata yang dipakai untuk kata “Memikul Salib” di sini dapat diterjemahkan dengan membawa atu mengangkat. Banyak terjemahan yang menerjemahkan dengan “Membawa “ dan “Mengangkat”  Mengapa dikatakan memikul salib? Tentu berbeda dengan jaman sekarang, salib dibuat seperti mainan, dipakai sebagai kalung, anting-anting dan yang kelewatan dipasang di pusarnya.
 
          Sebenarnya salib itu adalah salah satu alat yang digunakan oleh orang Romawi untuk menjalankan hukuman mati terhadap seseorang yang berbuat kejahatan. Salib dianggap sebagai alat untuk mendatangkan kematian dengan cara yang pelan namun sangat menyakitkan. Orang Romawi biasanya menggunakan salib untuk menghukum mati budak atau orang asing. Orang yang dijatuhi hukuman diharuskan memikul salib atau balok lintang ( atau balok mendatar) ke tempat eksekusi. Pada jaman Yesus, masyarakat sering melihat orang-orang yang disalib, sehingga dijadikan lambang kehidupan  orang percaya.
 
3.     Mengikut Aku/Yesus
 
          Kata mengikut Aku ini di dalam bahasa Yunaninya dipakai kata opisow yang artinya di belakang (Mat. 10 :38 ). Ternyata untuk mengikut Yesus ada terpasang dua syarat yang cukup berat. Tidak ada kesempatan untuk negosiasi atau KKN (sogok). Itu sebabnya walaupun pemuda yang datang itu adalah orang kaya, tetap saja pulang dengan tangan hampa. Karena bagi pemuda itu, tugas yang diberikan Tuhan Yesus itu sangat berat.
 
          Mengikut Yeus di di sini juga boleh diartikan sebagai  “Menjadi murid”, “Menjadi pengikut-Nya” atau “Mereka pergi bersamanya”. Jadi bisa dibayangkan apa yang segera harus dilakukan seorang pengikut Yesus :
-         Tinggalkan pekerjaannya
-         Tinggalkan orang tua
-         Tinggalkan sanak saudara
-         Tinggalkan rumah
-         Tinggalkan harta –kekayaan
-         Tinggalkan kawan-kawan
-         Tinggalkan pacar
-         Tinggalkan kampung halaman
-         Tinggalkan segala-galanya
Oh , tidak gampang bukan?
 
Apa yang dapat kita pelajari?
    
     Seorang pengikut Yesus harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus. Jadi, beranikah kita mengambil konsekwensi ini? Meninggalkan apa yang kita suka dan senangi. Orang yang suka berbohong, merokok diminta supaya segera meninggalkannya. Kemudian arahkan kehidupannya menjadi seorang yang patuh pada perintah Tuhan, rajin ke gereja, baca Alkitab setiap hari, berdoa dan melakukan firman Tuhan.
          Billy Graham mengatakan :”Keselamatan itu gratis, tetapi untuk menjadi murid ada harga yang dituntut , yakni segala sesuatu yang anda miliki”
 
          William Borden lulus SMA tahun 1904, maka sebagai hadiah kelulusannya, ayahnya mengirimnya berkeliling dunia dengan ditemani seorang pengantar. Bapak Borden, pendiri perusahaan susu borden itu memberi putranya sebuah Alkitab untuk dibaca selama perjalanan tersebut dengan harapan agar bisa menjadi sumber inspirasi dalam persiapannya memasuki perguruan tinggi. Selama perjalanan keliling dunia itu, William mendengar panggilan Allah agar dia meninggalkan karier bisnisnya yang menjanjikan sukses itu dan memberitakan Injil. Ia menulis lima kata pada halaman depan Alkitabnya.
 
-         TIDAK ADA YANG DAPAT MENGHALANGI-
 
  William masuk Universitas Yale di maba ia sangat terpengaruh   oleh Samuel Zwemmer untuk memikirkan tentang orang-orang yang belum percaya Yesus. William merasa bahwa Allah memanggil dia untuk bekerja diantara orang-orang itu di China. Ia mengatakan kepada keluarganya bahwa ia tidak akan kembali ke bisnis keluarga setelah menyelesaikan pendidikannya di Yale, sebaliknya ia akan mengabdikan hidupnya untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Kristus. Ia menambahkan empat kata  lagi di depan Alkitabnya  :
 
-         TIDAK ADA KATA MUNDUR –
 
          Setelah menyelesaikan studinya di Universitas Yale dan  di Seminari, William tiba di Mesir untuk belajar bahasa Arab sebagai persiapan pelayanannya. Dalam waktu setahun setelah kedatangannya ia terkena radang selaput otak dan meninggal tidak lama setelah berumur 26 tahun. Ibunya pergi ke Mesir untuk mengumpulkan barang-barang2 pribadinya, salah satu diantaranya ialah Alkitabnya. Dan ia melihat tiga kata tambahan tertulis di depan Alkitab itu yakni :
 
-         TIDAK ADA PENYESALAN –
 
          Apa yang dibutuhkan oleh dunia saat ini adalah suatu generasi orang percaya yang mempunyai motto : “Tidak ada yang dapat menghalangi, tidak ada kata mundur dan tidak ada penyesalan”  Itu artinya , di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun kita tetap bersedia ikut Yesus. Sudah siapkah anda??
  







BERKAT ALLAH YANG PASTI (Mazmur 67:1-8)

widgeo.net
BERKAT ALLAH YANG PASTI
(Mazmur 67:1-8)




Memasuki tahun yang baru, beberapa ahli politik dan ekonomi meramalkan bahwa di tahun 2009 kondisi politik dan ekonomi akan semakin menakutkan baik untuk kondisi dalam negeri maupun masa depan dunia. Inti dari ramalan itu berbicara tentang kekhawatiran, ketakutan dan masalah besar yang akan melanda dunia.
Apapun ramalan dari para ahli, Alkitab berkata bahwa Allah kita tetap Tuhan yang memberikan kepastian kepada mereka yang berharap kepadaNya.
Dalam Kitab Mazmur 67:1-8, Pemazmur berbicara tentang berkat Allah, bahkan ayat 7-8 memberikan penekanan sebanyak 2 kali bahwa Allah memberkati kita.
Ketika pemazmur berbicara tentang berkat bukan berarti pemazmur berbicara bahwa hidupnya tidak ada tantangan, hidup di depannya tidak ada masalah dan tekanan, bukan karena dia tidak mengerti bahwa orang percaya harus melewati pergumulan yang berat, tetapi ketika berbicara tentang berkat ini pemazmur ingin menjelaskan bahwa ditengah tantangan, masalah dan pergumulan yang berat, Allah tidak pernah bergoyang dan kasih setiaNya tetap memberkati orang yang berharap kepadaNya.
Itu sebabnya saya terlalu yakin bahwa tahun 2009 bagi orang percaya adalah tahun berkat, tahun kemenangan, tahun kelimpahan dan tahun penuh mujizat yang Allah sediakan bagi orang yang senantiasa berharap padaNya. Banyak orang yang tadinya menolak Kristus akan percaya dan menerima Kristus, karena mereka melihat melalui tekanan dan tantangan yang dihadapi orang percaya, Allah justru membuat banyak mujizat dan perkara besar sehingga merekapun memuliakan Allah dan mengakui bahwa Allah kita penuh kuasa.
Dimana tantangan semakin besar maka di situ akan terjadi penuaian besar-besaran. Di tengah tantangan dan tekanan, justru Allah tempatkan kita untuk menjadi kesaksian yang besar bagi dunia ini, oleh karena itu jangan lemah sebab orang yang berharap kepada Tuhan tidak pernah jatuh.
Ingat peristiwa Daniel, ketika muncul larangan berdoa, Daniel tetap berdoa seperti yang biasa diakukannya dan Alkitab berkata bahwa pada saat dia dibuang ke lubang singa, justru menjadi sebuah kesaksian.
Ada 4 hal yang penting tentang berkat Allah yang pasti:

I. Berkat Allah bagi kita pasti jika kita sadar bahwa wajah Allah senantiasa memandang kita (ayat 2).

Mungkin timbul pemikiran dalam benak kita, jika berkat Tuhan bagi saya pasti mengapa di tahun 2008 banyak permasalahan saya yang belum selesai dan saya menghadapi banyak persoalan dan kegagalan? Ingat, wajah Allah senantiasa memandang kita. Kita punya Allah yang hidup. Allah kita bukan hanya Allah yang bertahta di surga tetapi Allah kita adalah Allah yang memandang wajah kita dan menyinari wajah kita.
Kalau kita menyadari Allah memandang wajah kita, maka:

1. Kita tidak perlu takut dan khawatir
Dia tahu persis ketika air mata mengalir di pipi kita; ketika kita berada di tengah masalah. Seorang ibu dapat mengetahui anaknya sedang bersukacita atau menghadapi masalah hanya dengan menatap wajah anaknya. Demikian juga Allah kita, kalau Dia memandang wajah kita maka kita tidak perlu khawatir karena Dia mengerti segala perkara yang terjadi dalam hidup kita. Dia adalah Allah yang bertindak dan membela anak-anakNya.

2. Kita tidak bisa hidup munafik.
Ada banyak berkat yang seharusnya kita terima di tahun 2008 tetapi kita belum  menerimanya, karena hidup kita yang munafik. Banyak rumah tangga tidak bisa bahagia karena suami berlaku munafik terhadap isteri, demikian pula sebaliknya.
Ada banyak orang Kristen tidak bisa meraih berkat dan mujizat-Nya serta tidak dapat mengalami kemenangan yang Tuhan janjikan karena mereka telah berlaku munafik. Yang paling dibenci oleh Kristus ketika hidup di dunia adalah orang-orang yang munafik, bukan orang yang berdosa, karena Kristus mengasihi orang-orang yang berdosa.   
Berkali-kali Yesus berkata kepada orang-orang munafik: “celakalah kamu, hai kamu yang munafik”; “kamu hanya seperti kuburan, luarmu terlabur putih bersih dalammu penuh dengan tulang belulang yang busuk”; “hai kamu keturunan ular beludak”.
Berarti waktu kita menyadari bahwa Allah memandang wajah kita, tidak perlu kita mengenakan topeng-topeng lagi, tidak ada yang bisa kita sembunyikan dihadapanNya. Kemunafikan telah menghambat berkat kita, mengganjal banyak persoalan dalam hidup kita, membuat kita gagal dalam banyak hal.
Tetapi jika kita mau membereskan hidup kita dan berani berkata “Tuhan, aku mau hidup bersih dihadapan-Mu, aku mau terbuka dan jujur dihadapan-Mu” maka sebagai hamba Allah, saya yakinkan bahwa Saudara akan mengalami berkat Allah di tahun 2009.

3. Kita harus hidup di jalan kebenaran.
Banyak orang berjalan di jalan kesenangan tetapi yang Tuhan inginkan kita harus berjalan di jalan kebenaran. Jalan kesenangan belum tentu benar, apa yang kita anggap menyenangkan belum tentu benar, tetapi sebaliknya apa yang kita anggap jalan kebenaran itu juga belum tentu menyenangkan. Kadangkala berjalan di jalan kebenaran harus menghadapi tantangan yang besar.
Kalau kita pelajari tokoh Alkitab, Saulus, seorang yang berjalan di jalan kesenangan karena dia menyakiti dan membunuh orang-orang yang percaya kepada Kristus. Dan justru di jalan itu dia didukung penuh oleh pemerintah dan penguasa pada waktu itu. Tetapi ketika dia pindah dari jalan kesenangan ke jalan kebenaran justru dia harus menghadapi lebih banyak tantangan. Dia mengalami karam kapal, dicambuk, menghadapi situasi yang sukar, menghadapi bayang maut sepanjang hari, dipenjara tetapi dia berani berkata aku kenal kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan segala sesuatunya yang sudah dipercayakan kepadaku.
Jalan kebenaran tidak selalu menyenangkan tetapi di jalan kebenaran kita dapat bersyukur kepada Allah karena kegirangan kita adalah berdiri dalam kebenaran Allah dan kebenaran itulah yang akan memerdekakan hidup kita.

II.     Berkat Allah bagi kita pasti jika kita punya kerinduan berbuat sesuatu untuk Tuhan  (ayat 3)

Alasan Allah memberkati kita bukan supaya kita menjadi sombong, tetapi supaya jalanNya dikenal di bumi.  Mencintai Tuhan belum cukup sebagai alasan agar Tuhan memberkati kita, karena dengan hanya mencintai Tuhan saja belum berarti kita telah berbuat sesuatu untuk Tuhan.
Contoh: suami yang mencintai isterinya bukan berarti bahwa dia cukup mengatakan I love you setiap hari tanpa harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.
Kadangkala kita berkata I love You, Lord tetapi kita tidak pernah berbuat sesuatu untuk Tuhan. Ini yang saya sebut tidak seimbang. Ingat, kalau Tuhan berkati kita tetapi kita tidak berbuat sesuatu untuk Tuhan berarti Tuhan sedang mendidik kita menjadi pemalas. Allah baru bisa memberkati kita ketika kita bekerja keras buat Tuhan. Berkat Tuhan adalah bonus yang Allah sediakan karena kita bekerja keras untukNya.
Seorang pekerja akan memperoleh bonus jika dia telah bekerja dengan keras dan memperoleh nilai yang bagus dari atasannya. Itulah Allah kita, semakin kita bekerja keras semakin luar biasa berkat-Nya. Allah tidak pernah berhutang kepada anak-anak-Nya. Bekerja keraslah untuk Tuhan dengan lebih sungguh-sungguh dan bersaksilah tentang kasih Tuhan kepada banyak orang di tahun 2009. Jangan takut berkeringat atau malu untuk Tuhan, asalkan hati kita tulus dan benar, kerjakan sesuatu untuk Tuhan dan kita akan menerima segala kebaikan yang Tuhan sediakan bagi kita.

III.   Berkat Allah bagi kita pasti jika kita berjalan dalam tuntunan Allah (ayat 4 & 5)

Di taman Getsemani, Yesus mengajarkan pelajaran yang sangat luar biasa, Yesus berdoa dan berkata “Bapa biar bukan kehendak-Ku yang jadi melainkan kehendakMu-lah yang terjadi”. Disini Yesus mengajarkan agar kita berjalan dalam tuntunan Allah.
Orang-orang yang berjalan dalam tuntunan Allah pasti akan melihat Firman Allah digenapi dalam hidupnya. Jika Saudara belum melihat dan mengalami berkat dan mujizat Allah, periksalah jalanmu, jangan-jangan engkau sedang tidak berjalan dalam tuntunan Allah. Sebab saya percaya janji Allah itu Ya dan Amin. Jangan marah kepada Tuhan karena Tuhan tidak pernah berbuat salah, tetapi kalau Saudara berjalan dalam tuntunan Tuhan maka Saudara akan melihat pertolonganNya.
Berjalan dalam tuntunan Tuhan berarti:

1. Kita berani menundukkan diri
Persoalan banyak orang bukannya menundukkan diri tetapi “menandukkan” diri! Dunia ini penuh dengan orang-orang yang egois dan emosional, yang mau menang sendiri dan keras kepala. Banyak rumah tangga yang sudah tidak bisa bicara manis lagi, penuh dengan kata-kata keras dan emosional.
Dunia ini membutuhkan orang-orang Kristen yang mau belajar menundukkan diri, yang mau belajar maksud Tuhan sekalipun dalam masa sukar dan tidak bersungut-sungut.  Kalau kita mau menundukkan diri dalam segala perkara maka Allah-lah yang akan mengangkat kita dan memuliakan nama-Nya dalam hidup kita.
2. Hati kita senantiasa bersyukur dan bersukacita (ayat 5)
Orang yang belajar menundukkan diri hatinya tidak mudah panas, tidak mudah kecewa dan tidak mudah memberontak. Kalau kita pelajari tentang Musa, Alkitab mengatakan tidak ada seorangpun di muka bumi yang hatinya lembut seperti Musa. Ketika Allah menghukum saudaranya, Harun dan Miriam, dialah yang datang dan berdoa kepada Allah memohon pengampunan untuk mereka dan Alkitab berkata maka kemudian Allah memberkati        Musa. Ini mengajarkan kepada kita, bahwa orang-orang yang berjalan dalam tuntunan Allah hatinya selalu dapat bersyukur dan bersukacita dalam segala perkara,  tidak perlu bersungut-sungut karena dia percaya Allah tidak akan memberikan batu kepada anak-anak-Nya yang meminta roti, bahkan seutas rambutpun tidak akan jatuh tanpa seijin Allah.

IV.    Berkat Allah bagi kita pasti tanpa terpengaruh kondisi (ayat 7-8)

Berkat Allah untuk kita tidak tergantung pada situasi dan kondisi yang ada, dan itu juga bukan berarti kalau situasi ekonomi memburuk maka Tuhan tidak bisa memberkati kita.
Contoh: Disaat situasi perekonomian Indonesia tidak stabil seperti sekarang ini, maka Duta Besar Amerika, misalnya, tidak ikut terkena krisis seperti rakyat Indonesia umumnya, karena gajinya di-supply dari negaranya. Begitulah halnya dengan orang percaya, dia memang hidup di bumi yang bergoncang tetapi kita tidak perlu terkena goncangannya karena segala kebutuhan kita di-supply dan datangnya dari Allah Bapa kita yang di surga.
Kalau kita mengharapkan dari negeri ini, di tengah ketidak pastian situasi politik, ekonomi dan keamanan, apa yang bisa kita harapkan dan andalkan? Bodohlah kalau kita masih mengandalkan kekayaan dan kekuatan kita sendiri! Banyak peristiwa yang sudah kita alami, sebagai orang percaya, di tahun-tahun yang lalu, gejolak muncul dimana-mana, tetapi ingatlah janji Allah tidak tergantung pada situasi dan kondisi. Kita memang hidup dan berjalan di dunia ini tetapi Allah sendiri yang akan mencukupkan segala kebutuhan kita.
Saudara sekalian, walaupun tahun 2009 penuh dengan tanda tanya dan ketidakpastian, tegarkan hatimu, ingatlah berkat Allah itu pasti!  Jangan pernah mengandalkan kekuatan sendiri yang membuat engkau semakin goyah, tanggalkan kemunafikan, masuki tahun 2009 dengan berjalan dalam jalan kebenaran.  Jadikan tahun 2009 sebagai tahun berkat, tahun mujizat dan tahun kemenangan asalkan Saudara senantiasa memandang wajah Allah, senantiasa berjalan dalam tuntunanNya, senantiasa bergantung pada Tuhan dan asalkan Saudara mau bekerja keras buat Tuhan maka Saudara akan melihat perkara besar dalam hidupmu.  Jangan pernah menyerah, maju terus dalam Tuhan, Tuhan Yesus memberkati Saudara.

Rendah hati – jalan menuju keberhasilan (Yeremia 9:23-24)

widgeo.net
Rendah hati – jalan menuju keberhasilan
Yeremia 9:23-24



Pendahuluan

Kata rendah hati pada zaman modern ini sangat tidak popular. Kata rendah hati tidak pernah menjadi tema dalam talk show atau sebuah seminar. Di toko bukupun tidak ada buku khusus ditulis tentang rendah hati. Mengapa? Alasannya, rendah hati tidak bisa bertahan tanpa hadirat Tuhan. Rendah hati adalah karakter Allah, tanpa Allah dalam kehidupan seseorang dengan sendirinya tidak ada rendah hati.

Lawan kata rendah hati adalah keangkuhan. Angkuh berarti mengandalkan diri sendiri, tidak mengandalkan Tuhan atau dalam keangkuhan rohani, seolah-olah mengandalkan Tuhan tetapi tidak menghormati delegasi otoritas Allah.
Yeremia menggambarkan 3 hal yang membuat manusia angkuh:
  1. Kebijaksanaan atau kepintaran atau pengetahuan
  2. Kekuaatan atau kekuasaan
  3. Kekayaan atau uang atau materi
Jadi, 3 hal ini yang membuat manusia melupakan kasih karunia Allah.

C.S.Lewis mengatakan, “ kenikmatan keangkuhan seperti kenikmatan menggaruk. Selama ada rasa gatal untuk memuaskan diri sendiri, maka kita akan menikmati kenikmatan garukan untuk mendapat pengakuan diri.”
1 Petrus 5: 5, 6, 7, “……Allah menentang orang yang congkak tetapi mengasihani orang yang rendah hati……, karena itu rendahkanlah dirimu ditangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikanNya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

Keadaan baik dan mulus adalah jebakan bagi manusia untuk jatuh, karena kesuksesan membuat manusia mudah melupakan kasih karunia Allah yang membuatnya sukses (baca 1Korintus 10: 12).
Kisah raja UZIA.

Dalam  2Tawarikh 26, tertulis kisah raja Uzia, keturunan Daud yang diangkat menjadi raja pada usia 16 tahun. Raja Uzia mencari Allah selama hidup imam Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil
(2Taw.26:5). Allah menolongnya berperang mengalahkan orang Filistin dan menaklukkan banyak kota. Namanya termashyur sampai ke Mesir karena kekuatannya, dibawah pimpinannya bangsanya menjadi kuat secara ekonomi dan militer. Kesuksesan Uzia disebabkan oleh kasih karunia Allah dalam hidupnya.
Namun setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati, sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan, Allahnya…. (2 Taw.26:16).
Tinggi hati atau keangkuhan masuk dalam kehidupan seseorang bukan saat seseorang lemah, melainkan pada saat ia kuat. Pada waktu raja Uzia melihat kepada kesuksesannya, kebijaksanaannya atau pengetahuannya, kekayaan atau kekuatannya, ia berubah setia kepada Tuhan, ia tidak lagi mencari Tuhan. Ia merasa semua itu hasil usahanya.

Setelah raja Uzia berhasil, ia perlahan-lahan menjauh dari Tuhan, ia mengira bahwa Tuhan akan terus memberkatinya seperti pada waktu ia masih rendah hati.

Keangkuhan raja Uzia tidak terjadi dalam semalam, tetapi itu berkembang secara perlahan-lahan, ketika keberhasilan demi keberhasilan terus diraihnya, walaupun hatinya sudah menjauh sedikit demi sedikit dari Tuhan. Hal ini tanpa dirasakannya, ia tetap bisa berhasil meskipun sudah menjauh dari Tuhan, sampai pada akhirnya ia terkena lepra.
Ia menggeser kepercayaan kepada Tuhan menjadi percaya diri, karena pengalamannya.

Bila keangkuhan memasuki diri raja Uzia:
1.      Ia menjadi lebih rohani
Ia membakar ukupan dan mempersembahkan korban kepada Tuhan yang seharusnya hanya boleh dipersembahkan oleh imam yang dikuduskan yaitu keturunan Harun. Imam Azarya dan 80 imam yang lain mengikuti dari belakang dan menegur dengan tegas, “Keluarlah dari tempat kudus ini, engkau telah berubah setia dan engkau tidak akan mendapat kehormatan dari Tuhan karena hal ini.”
Keangkuhan raja Uzia membuat dirinya kelihatan lebih rohani, ia tidak menghargai imam yang dikuduskan oleh Tuhan (otoritas rohani), ia membakar korban langsung kepada Tuhan.
Kalau dilihat dari luar, memang kesalahan raja Uzia tidak menyolok, secara rohani ia masih beribadah, menyembah dan mempersembahkan korban, tetapi dihadapan Tuhan ia mempersembahkan korban yang asing, karena korban itu dilakukan dengan tidak taat. (Nadab dan Abihu, anak Harun mempersembahkan api yang asing, dihadapan Tuhan yang tidak diperintahkan Tuhan, lalu keluarlah api dari Tuhan menghanguskan mereka berdua).
Bukankah banyak orang Kristen demikian? Mereka justru kelihatan lebih rohani padahal hati mereka telah menjauh dari Tuhan atau mereka selalu membanggakan suara Tuhan, padahal mereka tidak respek dengan otoritas yang didelegasikan dari Tuhan.
Contoh:  Juanita Bynum, menulis dalam bukunya, “No More Sheets”, Ia anak seorang pendeta, tetapi bandel suka membaca majalah porno. Setelah dewasa ia menikah hanya atas dasar sayang, tidak lama ia cerai. Setelah itu ia hampir menjadi pelacur dengan berganti-ganti laki-laki, walaupun ia terus berkhotbah dan sepertinya sangat diurapi. Ia tidak menghiraukan nasehat gembalanya. Sampai akhirnya ia terbentur kiri kanan, dan itu menyadarkannya.

2.      Raja Uzia menjadi marah ketika ditegur
Keangkuhan membuat orang tidak suka dengan teguran atau nasehat. Keangkuhan membuat orang berusaha membenarkan diri atau membela diri sendiri.
Orang angkuh mudah mencari kesalahan orang lain, menyalahkan orang lain dan mencari alasan untuk membela diri sendiri. Keangkuhan selalu bergandengan dengan kemarahan.
Raja Uzia marah kepada imam, padahal kesalahan tersebut terletak pada dirinya sendiri, ia melanggar peraturan Tuhan. Ia tidak mau rendah hati dan mengakui kesalahannya tetapi melampiaskan keangkuhannya dengan kemarahan. Akhirnya ia terkena lepra, yang dalam Perjanjian Lama menandakan dosa .

Banyak orang jatuh dalam dosa hanya karena keangkuhannya.
Demikian yang terjadi dengan kita, waktu kita baru mulai sesuatu, seperti bekerja, berusaha atau sekolah, kita berdoa, datang kegereja dengan rasa haus akan Tuhan. Kita mau mencari kehendak Tuhan dan mengikuti petunjukNya melalui delegasi otoritas Allah. Tetapi setelah kita memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman, sikap kita mulai berubah. Kita membaca Alkitab tidak untuk mencari kehendak Tuhan, melainkan untuk mendukung kepercayaan dan kemauan kita.

Mengapa kita harus rendah hati?

§         Rendah hati mendatangkan kasih anugerah yang lebih 

Ø      Yak. 4:6, “But He gives more Grace…….. Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu.  Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihi orang yang rendah hati.”
Ø      2 Pet. 3:18, “… bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan…….”
Alkitab mengajarkan agar kita bertumbuh dan bertambah dalam kasih anugerah.
Kasih anugerah Allah tidak kita terima sekali saja, tetapi berkali-kali, bahkan lebih dan lebih, bila kita rendah hati.
§         Rendah hati membawa kita kepada kehidupan.
Keangkuhan menghalangi orang untuk melihat kepada kondisi yang sebenarnya, karena itu keangkuhan adalah akar segala pemberontakan (Lucifer)
Amsal 22:4, Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan, adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.
Matius 18: 4, “sedangkan barang siapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”
1 Yohanes 2: 17, “dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah akan hidup selama-lamanya.”
Yesaya 2:11,12, “Manusia yang sombong akan direndahkan dan orang yang angkuh akan ditundukkan……, sebab Tuhan semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh, serta menghukum semua orang meninggikan diri, supaya direndahkan.”  
Tanggalkan keangkuhan!
  • Kalau kita salah, dengan rendah hati mata kita bisa terbuka dan mengenali siapa kita sebenarnya.
  • Kalau kita benar, izinkan Tuhan untuk menghakimi (1Ptr.2:23, “……Ia menyerahkannya kepada Dia yang menghakimi dengan adil”)
  • Kekuatiran adalah salah satu keangkuhan hidup, karena kita berusaha untuk mengandalkan kekuatan dan kemampuan kita sendiri berdasarkan pengalaman atau dengan kata lain kita ragu-ragu dengan pemeliharaan Tuhan.
Waktu orang Israel akan memasuki tanah perjanjian, Musa mengucapkan pidato perpisahan pada akhir perjalanan selama 40 tahun, karena ia sendiri tidak akan masuk ketanah Kanaan, tertulis dalam kitab Ulangan 30:19,20
  “….kepadamu ku perhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi Tuhan, Allahmu, mendengarkan suaraNya dan berpaut kepadaNya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu………”)
Bandingkan kehidupan (ay.20) dengan kematian (ay.17), berarti jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada Allah lain dan beribadah kepadanya (artinya ibadah dengan hati yang tidak tulus, menjauh dari Tuhan atau melanggar ketaatan).

Konklusi:

Saya bayangkan memasuki tahun 2009 ini seperti orang Israel memasuki tanah perjanjian, kita akhiri pengembaraan kita di tahun 2008. Baik tahun 2008 merupakan kepahitan maupun keberhasilan hidup, kita tetap harus melangkah memasuki tahun 2009.
Memasuki tahun 2009 berarti memasuki babak baru dalam kehidupan, hal ini berarti mengandung kemungkinan dan pilihan, hakikat yang terdalam dalam pilihan itu sebenarnya adalah kehidupan dan kematian.
Kehidupan dan kematian berdampak pendek dan panjang, pendek berarti pada masa sekarang dan panjang berarti sampai generasi keturunana kita.

Musa menyarankan untuk memilih kehidupan (ay.20), mengapa?
Musa menggambarkan kehidupan dengan jalan mengasihi Tuhan, mendengarkan suaranya dan berpaut kepadaNya.
Kematian berarti menyembah allah lain, dalam zaman kasih karunia, menyembah allah lain bisa berarti menyembah kekayaan, kekuasaan atau pengetahuan atau membesarkan diri.