Sabtu, 13 November 2010

Renungan: ”PIKULLAH KUK YANG KUPASANG” ( Matius 11 : 28-30 )

widgeo.net
”PIKULLAH KUK YANG KUPASANG”
( Matius 11 : 28-30 )



Pergumulan yang kita hadapi biasanya berasal dari tiga sumber: Dari diri sendiri, pekerjaan si jahat, dan bisa juga karena itu diberikan langsung oleh Tuhan. Pergumulan yang terjadi bisa sangat bervariasi; misalnya: bagi seorang ibu, pergumulan itu mungkin berupa suatu tekanan yang luar biasa dalam membesarkan anak-anak di tengah dunia yang tidak mau mengenal Allah bagi seorang bapak, mungkin ia baru saja kehilangan pekerjaan; atau bisa juga pergumulan itu berupa rasa bersalah yang tidak ada habis-habisnya akibat dosa masa lalu. Hal lain misalnya: depresi, akibat penyakit yang tidak kunjung sembuh, anak yang terlahir cacat, atau kematian orang yang kita kasihi hal seperti itu bisa saja terjadi selama kita masih ada di dunia.
Banyak orang menjadi lemah dan tak berdaya oleh karena ujian ini, namun sebagai orang Kristen, kita harus ingat bahwa kita tidak perlu memikul beban itu sendirian. Secara pribadi Yesus mengundang setiap orang yang letih lesu untuk mendapatkan kelegaan (Matius 11:28). Jadi jelas, apapun jenis permasalahannya, dari manapun sumbernya, semua itu tidak penting. Yang terpenting adalah: ”Maukah kita menyambut tawaran-Nya?
Bila kita disuruh memilih, pasti kita memilih untuk bebas dari segala macam kesulitan. Namun bagaimana kita tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus dapat menanggung beban kita bila kita tidak pernah meletakkan beban itu kepada-Nya? Bagaimana kita dapat berkata bahwa Dia memberikan kepada kita kelegaan, kalau kita selalu berusaha mengangkat beban itu sendiri? Dan biasanya setelah melewati berbagai kesulitan itulah, Ia menggemburkan hati kita sehingga menjadi tanah yang subur dan siap mengalami pertumbuhan. Di sisi lain hal itu biasanya akan membuat kita semakin bergantung kepada-Nya.
Seringkali kesulitan yang diizinkan Allah di dalam hidup kita sangat tidak menyenangkan, sehingga kita berdoa supaya Dia menyingkirkan kesulitan itu. Namun ketika kita melihat kembali masalah itu, dan menyadari segala hal yang Tuhan ajarkan kepada kita lewat berbagai masalah itu, kata yang terucap adalah: “Terima kasih Tuhan, karena Engkau mengetahui apa yang terbaik bagiku. Terima kasih untuk segala pengalaman ini.” “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius 11:28-30).
Sebagai orang percaya, kita selalu diperhadapkan pada dua pilihan ini. Apakah kita akan membiarkan kedagingan berkuasa, atau kita akan menunjukkan iman sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah? Jadi, setiap kali kita mendapatkan beban yang berat, ingatlah Matius 11:28-30, dan temukanlah hikmat Allah tentang apa yang harus kita lakukan.
Dari bacaan ini, kita belajar empat langkah yang harus kita ambil, jika berada di dalam situasi tersebut.
Langkah pertama: Merendahkan diri. Akuilah bahwa kita tengah bergumul dengan suatu masalah yang tidak dapat kita atasi sendiri. Banyak orang tidak mau mengakuinya, itu berarti ia tidak mau melepaskan sedikitpun pergumulan hidupnya; mereka merasa mampu dan tidak mau berserah. Padahal ada banyak permasalahan di dalam hidup ini yang tidak dapat kita tanggung dengan kekuatan sendiri. Hanya Dia yang mampu menangani dengan pasti. Namun pertama-tama kita harus mengakui bahwa kita memiliki masalah. Bawalah semua itu kepada-Nya dengan kerendahan hati. Lalu rasakanlah pertolongan-Nya yang selalu siap menyertai kita.
Langkah kedua: Berserah. Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang.” Apa yang dimaksudkan Tuhan Yesus dengan kuk? Kuk adalah sebatang kayu yang dibentuk untuk mengekang dua ekor sapi, dan menjaga mereka supaya terikat bersama sehingga mereka dapat berbagi beban secara seimbang. Memikul kuk berarti taat kepada Dia dan mau bekerja untuk Dia. Ia berkata bahwa kukNya enak dan beban yang Ia berikan ringan (ay 30 bd. 1Yoh 5:4). Ini tidak berarti bahwa hidup Kristen itu mudah (bd. Mat 16:24;  Yoh 15:18-20;  Kis 14:22;  2Kor 1:8-9). Di sini dikatakan ‘ringan’ karena dibandingkan dengan hidup lama. Dalam hidup lama, taat supaya selamat. Ini berat!  Dalam hidup baru, taat karena selamat. Ini ringan! Alkitab sering berbicara tentang beban dalam arti perbudakan atau kewajiban. Namun bila Yesus memerintahkan kita untuk memikul kuk yang Dia pasang, itu bukan berarti bahwa Dia ingin menambahkan beban kepada kita. Sebaliknya Dia justru mengajak kita untuk BERSERAH dan BERBAGI, sehingga kita dapat terus berjalan bersama-Nya sambil memikul bersama beban itu, sehingga beban kitapun akan menjadi lebih ringan. Sebenarnya bila kita merenungkan lebih dalam, beban hidup ini bukanlah semata-mata permasalahan hidup saja, melainkan juga menyangkut cara pikir kita yang salah dan perasaan bersalah yang terus-menerus menekan kita. Satu-satunya cara Tuhan untuk mengangkat beban kita adalah dengan kerelaan-Nya memikul beban itu bersama dengan kita; tetapi di saat yang sama itu kita juga harus menyerahkan diri kepada-Nya, agar Dia dapat mulai mengendalikan hidup kita! Jadikanlah Dia segalanya bagi kita. Izinkanlah Ia mengendalikan segalanya, maka Dia akan berurusan dengan beban kita.
Langkah ketiga: Belajarlah dari Yesus. Yesus menghendaki kita selalu berjalan bersama-Nya. Sebagai orang Kristen, bila kita berdosa, maka umumnya Roh Kudus akan mengingatkan kita. Biasanya kita akan kehilangan damai sejahtera, sukacita dan persekutuan dengan Bapa di surga bila kita gagal menangkap peringatan-peringatan-Nya dengan benar, atau ketika kita mengambil keputusan yang membuat kita terperosok ke dalam masalah yang mencemarkan hidup kita. Belajarlah dari teladan Yesus, sehingga kita dapat mengerti apa dan bagaimana kita harus bertindak.
Langkah keempat: Percaya. Allah tidak berkata bahwa Dia akan menghapuskan segala beban kita, namun di ayat 29, Dia berjanji untuk memberikan kelegaan bagi jiwa kita. Orang yang memikul masalah yang berat sendirian, adalah seumpama orang yang mendaki gunung dengan memikul beban 50 kg di pundaknya, ia tidak akan bertahan lama, sebentar saja ia akan merasa lelah dan kehilangan tenaganya. Bapa yang penuh perhatian itu menawarkan kelegaan kepada kita. Percaya saja dan dan mulailah meresponi tawaran-Nya yang penuh kemurahan itu, lalu bersiaplah untuk menerima berkat-berkat yang dijanjikan-Nya.
Perenungan
Kuk tanpa beban adalah sia-sia, sedangkan beban tanpa kuk tidak dapat dibawa. Jadi pertama kali, Yesus memasang kuk terlebih dahulu, kemudian baru beban. Maksudnya, Tuhan telah menaruh suatu kuk untuk menopang suatu beban. Tuhan berikan 'alat', 'talenta', 'tanggung jawab' yang telah diperhitungkan untuk membawa/menyelesaikan beban / perkara yang diberikan untuk dibereskan. Jadi apakah kuk dan beban kita? Apakah kita terbebani? Ataukah kita merasa dibebani? Ataukah kita mau hidup tanpa beban?

A. Apakah beban kita terlalu berat untuk kita tanggung?
B. Apakah kita membawa beban yang seharusnya bukan beban lagi? Membawa beban yang sudah diambil oleh Tuhan?
C. Apakah kita membawa beban dan tidak tahu harus diapakan?
Berputar-putar, berjalan ditempat?
 D. Apakah kita menginginkan beban yang bukan beban kita ?
Menginginkan beban oang lain yang nampak enak, indah dan ringan?
 E. Ataukah kita memiliki angan-angan tersendiri mengenai selera beban kita?
(i) Lembu dan kabin mobil                              (ii) Keledai dan prajurit modern
 (iii) Keledai dan monitor komputer                (iv) Keledai dan peluncur roket


Apakah kita sedang memikul suatu beban yang berat hari ini? Yesus Kristus ingin menawarkan bantuan-Nya kepada kita. Ingatlah bahwa kuk yang dipasang-Nya itu ringan, dan Ia tidak akan menambah beban kita. Tunduklah kepada Tuhan, maka Dia akan mengangkat beban kita. Izinkanlah Dia mengambil alih beban hidup kita, dan jangan pernah mencoba memikulnya sendiri. Lihatlah bahwa Dia akan memberikan kita kuasa, dan akan memampukan kita untuk menghadapi segala tantangan di dalam kehidupan ini. Selamat menjalani hari-hari indah bersama-Nya.






Ramli SN Harahap
Fidei & Gladys ‘08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar