Selasa, 15 September 2009

Renungan: "JAGALAH HATIMU"

”JAGALAH HATIMU”
( Amsal 4 : 23 )
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.


Menjaga harta benda adalah hal yang sulit. Kita perlu menjaganya dengan hati-hati, menyimpannya di brankas rumah dengan kunci dan gembok yang besar agar dapat dipastikan aman atau membawanya ke bank sebab selain uang kita aman terjaga, kita juga dapat memperoleh bunga dari uang yang disimpan. Dan jika uang yang akan disimpan adalah jumlah yang sangat besar, maka biasanya kita perlu menyewa pengawal, agar uang tersebut terhidar dari pencuri dan perampok. Segala upaya akan dilakukan untuk menjaga agar harta tidak dicuri dan aman.
Selain harta, ada juga yang sulit dijaga, yaitu menjaga seorang bayi. Meskipun bayi terlihat lucu dan menggemaskan, namun seorang ibu atau pengasuh bayi harus ekstra hati-hati memelihara dan memperhatikan bayi, makanan tidak boleh sembarangan. Bayi tidak boleh memakan makanan orang dewasa, makanannya haruslah makanan yang lembut dan mudah dicerna. Selain makanan, lingkungannya pun harus bersih dan sehat. Bayi tidak bisa sembarangan memakai pelengkapan orang dewasa, sabun, shampoo dan perawatan mandinya pun harus khusus. Jika bayi mengompol maka si Ibu harus sesegera mungkin mengganti popoknya meskipun hal ini terjadi tengah malam.
Betapa susahnya menjaga harta dan bayi. Namun ada yang lebih sulit dijaga, yaitu adalah menjaga hati. Mengapa? Karena pada dasarnya, hati manusia cenderung ingin selalu berbuat jahat. Manusia cenderung egois, mau menang sendiri tanpa memperhatikan keberadaan orang lain, Hati manusia cenderung melakukan hal-hal yang tidak diinginkan Allah, yaitu keinginan-keinginan daging (Galatia 5:19), Oleh karena itu ketika melakukan sesuatu yang baik, manusia harus berjuang keras melawan keinginan dagingnya.
Namun ditengah perjuangan melawan keinginan daging ingatlah bahwa Roh Kudus akan membimbing agar saudara dapat menjaga hati dan menguasai diri sehingga dapat melakukan keinginan-keinnginan roh (Gal. 5:22-23). Dan dari menjaga hati inilah akan terpancar kehidupan manusia yang serupa dengan Allah, serupa dalam hal kasih, kekudusan dan kehidupan yang memuliakan Tuhan.
Hati adalah manusia batiniah atau roh (“inner being”). Kita harus menjaga hati kita dengan “segala kewaspadaan”! Bagian hidup manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Jika tubuh sakit kita mencari dokter; jika jiwa sakit kita mencari psikiater; jika roh kita yang sakit, siapakah yang harus kita cari? Jika roh kita sakit, maka hanya Tuhanlah yang dapat menyembuhkan.
Manusia memang banyak memelihara kesehatan tubuh atau fisik, tetapi bagaimana dengan kesehatan roh kita? Kita perlu cek up hati kita setiap hari dengan Tuhan. Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibrani 4:12).
Pikiran atau “thought” datang dari apa yang kita dengar dan lihat. “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:7). Firman Tuhan mau mengajarkan kepada setiap kita bahwa hati dan pikiran kita perlu dijaga oleh damai sejahtera Tuhan. Apa yang kita dengar dan lihat akan mempengaruhi pikiran kita, dan akhirnya masuk ke hati. Tuhan berfirman: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka” (Ibrani 10:16).
Hati itu adalah tempat di mana Firman Tuhan ada, yaitu tempat di mana Tuhan tinggal. Untuk itu, begitu kita membuka mata pada pagi hari biarlah yang pertama kita lakukan adalah mencari Tuhan. “"Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu," demikianlah firman Tuhan. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (Ibrani 8:10). Hati adalah “safe deposit box” yang menyimpan harta. Harta itu bisa juga suatu kepahitan, dan jika kita menyimpannya maka yang keluar dari hidup kita juga adalah kepahitan. “Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Lukas 2:19).
Jagalah hati dan tarulah Firman Tuhan di dalam hidup kita! “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan” (Yohanes 7:38-39). “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"” (Galatia 4:6). Sebagai anak, Tuhan telah menaruh Roh Kudus ke dalam hati setiap kita. Apa yang kita pikirkan dan taruh di dalam hati lama-lama akan menjadi kenyataan, dan itu bisa baik atau buruk sesuai dengan apa yang kita taruh ke dalam hati.

Hati mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan.
1. Hati mempengaruhi kita bisa terima anugerah Tuhan atau tidak. Kalau kita mempunyai hati yang sulit untuk percaya, maka kita akan sulit menerima anugerah yang Tuhan sediakan untuk kita tetapi kalau kita memiliki hati yang terbuka, mudah percaya dengan Firman Tuhan kita akan menjadi orang yang mudah menerima anugerah Tuhan. Contoh: Anugerah keselamatan, keuangan, kesembuhan, pelayanan, dll. Saat ini banyak jemaat yang bersaksi mereka mengalami anugerah besar setelah berani percaya pada Firman Tuhan, mengembalikan persepuluhan, bernazar dan menggenapi nazarnya. Marilah kita memiliki hati yang terbuka dan mudah percaya dengan Firman Tuhan sehingga kita mudah menerima anugerah Tuhan dalam kehidupan kita.
2. Hati mempengaruhi kita bisa menikmati anugerah Tuhan atau tidak. Kalau kita memiliki hati yang mudah tersinggung, kecewa, tertekan, maka kita akan terus hidup dalam kepahitan, kegelisahan, ketidakbahagiaan, bahkan sakit penyakit karena berkat yang besar senantiasa disertai dengan tantangan yang besar pula. Tetapi kalau kita memiliki hati yang bisa semeleh, berserah kepada Tuhan, dan lapang hati, maka kita akan bisa menikmati anugerah yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Contoh: Lebih banyak orang kaya yg bunuh diri dari pada orang miskin; Haman tidak bisa bahagia sekalipun ia sedang menerima berkat yang sangat besar karena ia tidak bisa menjaga hatinya (Ester 5:12-13). Maka marilah kita memiliki hati yang berserah pada Tuhan, semeleh, lapang hati sehingga kita bisa menikmati anugerah yang sudah Tuhan berikan kepada kita.
3. Hati mempengaruhi kita bisa menang atau kalah dalam peperangan. Kalau kita penakut, mudah kuatir atau hatinya kecil maka kita akan selalu takut menghadapi tantangan dan masalah dalam kehidupan kita sehingga kita selalu kalah sebelum berperang/ berjuang. Tetapi kalau kita punya iman yg besar/ hati yg besar (bukan “sigodang roha dohot ateate”)/ hati yg berani maka kita akan berani menghadapi masalah dengan pertolongan Tuhan sehingga kita akan mendapat kemenangan-kemenangan. Contoh: Daud dan bangsa Israel waktu menghadapi Goliat; dua belas pengintai yang diutus oleh Musa (Bilangan 13:27-33). Maka marilah kita memiliki iman yang besar, hati dan keberanian yang besar dalam Tuhan sehingga kita berani menghadapi dan mengalahkan masalah dengan pertolongan Tuhan.
4. Hati mempengaruhi kita bisa menerima kepercayaan yang sangat besar atau tidak. Kalau kita mempunyai hati yang tulus dan berkenan kepada Tuhan sehingga Tuhan menganggap kita bisa dipercaya, maka Tuhan akan mempercayakan hal-hal yang sangat besar kepada kita. Contoh: Elisa memiliki hati tulus dan bisa dipercaya oleh Tuhan sehingga ia mendapat kepercayaan yang besar dari Tuhan, namun Gehazi yang hatinya tidak bisa dipercaya tidak bisa diberi kepercayaan yg besar (2 Raja-raja 5:15-27). Yudas hatinya tidak bisa dipercaya oleh Tuhan karena ia selalu mencuri uang yang Tuhan percayakan kepadanya dan akhirnya ia melakukan hal yang fatal sehingga ia kehilangan kesempatan besar yang Tuhan berikan kepadanya. Setiap orang yang memiliki hati yang tulus dan dapat dipercaya oleh Tuhan akan mendapat kepercayaan yang besar dari Tuhan. Contoh: Musa dan Yosua memiliki hati yang tulus dan berkenan kepada Tuhan sehingga mereka diberi kepercayaan yang besar oleh Tuhan untuk memimpin umat Allah keluar dari perbudakan di Mesir (Bil 12:3; Bil 32:11-12). Yusuf diberi janji melalui mimpi oleh Tuhan bahwa ia akan diangkat menjadi pemimpin besar supaya bisa menjadi berkat karena Yusuf memiliki hati yang tulus dan bisa dipercaya oleh Tuhan. Daud diurapi menjadi raja karena Tuhan melihat hatinya yang berkenan kepada Tuhan (1 Samuel 16:1-13). Gereja kita diberi kepercayaan yang sangat besar oleh Tuhan karena kita selalu berusaha memiliki hati yang tulus yaitu semua yang kita terima dan lakukan adalah untuk Tuhan. Biarlah setiap kita memiliki hati yang tulus, jujur, bisa dipercaya oleh Tuhan sehingga Tuhan berkenan dan mempercayakan hal-hal yang sangat besar kepada kita.
5. Hati mempengaruhi kita bisa mengalami pemulihan atau tidak. Kalau kita jatuh dalam dosa, kita bisa mendapat pengampunan dan pemulihan atau tidak, tergantung kita memiliki hati yang mudah sadar dan mudah bertobat atau tidak. Contoh: Raja Asa (2 Tawarikh 16:7-13); Saul dan Daud; Yudas dan Petrus; Anak yang hilang kembali kepada bapanya. Biarlah kita memiliki hati yang mudah sadar dan mudah bertobat sehingga kita mudah mendapat pengampunan dan pemulihan.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menemua masalah-masalah yang disebabkan hati misalnya:
1. Kesombongan. Kesombongan adalah akar dosa (Amsal 16:18; Yohanes 5:19).
2. Stress. (2 Timotius 1:7). Stress adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh hati yang tidak tenang. Dan jika stress ini tidak dapat diatasi dengan baik, maka kita akan mengalami depresi. Depresi adalah gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan hati yang merosot seperti muram, sedih, dan perasaan tertekan yang belebihan. Dan bahkan yang terparah lagi bisa terjadi yakni diserang penyakit struk yakni depresi yang dalam.
3. Iri hati (“envy”). Hal ini tidak sama dengan cemburu (“jealous”). Cemburu adalah kekuatan untuk menjaga milik kita agar jangan hilang dan diambil orang. Iri hati adalah merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain.

Bagaimana caranya untuk mengatasi ketiga masalah di atas? Pertama, sadari bahwa kita lahir dari Allah. “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah” (1 Yohanes 3:9). Kedua, bergembiralah. “Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu” (Mazmur 37:4). Kita bergembira bukan karena situasi atau keadaan, tetapi karena Tuhanlah kita bersuka cita. Tuhan mau kita mengasihi Dia sungguh-sungguh, dan menaruh Firman Tuhan ke dalam hati kita. Jaga hati dan hidup benar di dalam Firman maka apa yang kita inginkan pasti terjadi.

Bacaan Minggu 04 Oktober 2009: Efesus 5 : 1 - 10

HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nas ini adalah satu bentuk kesaksian, sekaligus merupakan kata-kata nasihat yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang Kristen yang ada di kota Efesus (pada akhir abad pertama SM). Dan nas renungan ini juga merupakan kata-kata nasehat yang sangat penting, yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada seluruh orang Kristen di sepanjang jaman dan sejarah di seantero muka bumi ini. Kenapa? Karena orang Kristen adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Atau Orang Kristen adalah Persekutuan orang percaya, yang dipanggil oleh Tuhan menjadi milik-Nya. Dan itulah sebenarnya pengertian “Gereja” (lat. Igreia, Yun. Eklesia), atau “Huria” (Yun. Kuriake ), yang berarti “Persekutuan orang-oang percaya yang dipanggil oleh Tuhan menjadi milik-Nya.” Atau “Persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Tuhan keluar dari dunia, walaupun masih berada di tengah-tengah dunia namun bukan berasal dari dunia dan tidak bertujuan untuk dunia melainkan diutus ke tengah-tengah dunia untuk menjadi garam dan terang dunia.
Untuk itu Gereja atau orang Kristen yang masih berada di dunia, tidak boleh sama dengan dunia, melainkan harus menjadi garam dan terang dunia dalam kebenaran dan kasih Kristus.
Cara hidup seperti itulah yang mau dinasihatkan Paulus kepada kita, melalui nas renungan hari ini, yaitu :
1. Hidup di dalam kasih (5:1-2)
Nasihat ini berhubungan dengan kedua ayat terakhir dalam pasal 4 yang berisi peringatan Paulus tentang “kepahitan dan amarah”, yang dapat menimbulkan pertengkaran, perpecahan, dan berbagai dosa-dosa lainnya. Untuk itu diperlukan kasih sejati yang memancar dari dalam hati, karena “kasih menutupi banyak sekali dosa” (1 Ptr. 4:8). Paulus memberikan beberapa alasan mengapa orang Kristen harus hidup dalam kasih, yaitu:
- Orang Kristen adalah Anak Allah. Karena telah dilahirkan kembali melalui iman kepada Kristus, orang Kristen adalah salah seorang dari orang-orang yang “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2Ptr. 1:4) dan karena “Allah adalah kasih”, maka wajarlah kalau anak-anak Allah “hidup di dalam kasih”. Paulus menasihati kita supaya “hidup di dalam kasih”, ia tidak meminta kita untuk melakukan sesuatu yang asing bagi kehidupan Kristen; karena kita telah menerima suatu kodrat baru untuk hidup dalam kasih. Sifat lama kita pada dasarnya adalah mementingkan diri sendiri; dan oleh sebab itu, mendirikan tembok pemisah dan menimbulkan pertengkaran. Tetapi kodrat yang baru yang kita terima dalam Kristus adalah Kerajaan Allah yang di dalamnya termaktub kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Kristus.
- Orang kristen adalah anak Allah yang dikasihi. “Jadilah peniru –peniru Allah, seperti anak-anak yang kekasih.” Dari pernyataan ini, coba kita bayangkan, bahwa Allah berbicara tentang kita sama seperti ia berbicara tentang Yesus Kristus: “Inilah Anak yang Kukasihi” (Mat. 3:17). Sebab itu Allah mengasihi kita seperti Ia mengasihi Anak-Nya (Yoh. 17:23). Kita dilahirkan ke dalam suatu persekutuan yang penuh kasih dengan Bapa, yang seharusnya kita buktikan dalam pernyataan kasih kita kepada-Nya melalui cara hidup kita.
- Orang Kristen dibeli dengan harga tunai. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13). Tetapi Kristus memberikan nyawa-Nya bagi musuh-musuhNya demi kita (Rm. 5:10). Itu makanya, kasih kita kepada-Nya merupakan sambutan terhadap kasih-Nya kepada kita. Paulus menasehatkan “hiduplah di dalam kasih” karena kasih merupkan faktor yang penting dalam kehidupan Kristen. Jika kita hidup di dalam kasih, kita tidak akan melawan kehendak Allah atau menyakiti manusia karena “barang siapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat” (Rm. 13:8). Kiranya Roh Kudus menaruh kasih ini di dalam hati kita (Rm. 5:5).
2. Hidup sebagai anak-anak terang (5:3-10)
Karena “Allah adalah terang” dan kita meniru Bapa kita, maka kita harus hidup dalam terang dan tidak berhubungan dengan kegelapan dosa. Paulus memberikan tiga gambaran untuk mendukung pendapatnya ini:
- Kita adalah orang-orang kudus (5:3-4). Artinya, kita adalah “orang-orang yang dipisahkan” dan tidak lagi termasuk ke dalam dunia kegelapan yang ada di sekeliling kita. Kita telah dipanggil “keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Ptr. 2:9). Untuk itu, sebagai orang kudus, kita sungguh tidak pantas untuk menyukai dosa-dosa yang menandakan kegelapan. Beberapa diantaranya disebut oleh Paulus dalam nas ini. Ia memperingatkan kita akan dosa-dosa-dosa seksual (percabulan, kecemaran) yang lazim pada zaman itu-dan juga lazim pada zaman kita sekarang. Sungguh menyedihkan untuk mengatakan bahwa dosa-dosa ini telah menguasai banyak orang Kristen dan juga membawa kesedihan kepada rumah tangga dan jemaat-jemaat, termasuk di HKBP. “Keserakahan” mungkin tampaknya tidak pada tempatnya untuk disejajarkan dengan percabulan, tetapi kedua dosa itu pada hakekatnya sama-sama menunjukkan kelemahan dasar dari tabiat manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, yaitu nafsu yang tidak dapat dikendalikan. Orang yang cabul dan orang yang serakah masing-masing ingin memuaskan nafsunya dengan merampas apa yang bukan miliknya. “Keinginan daging dan keinginan mata” (1 Yoh. 2:16) melukiskan kedua dosa ini. Paulus menasihatkan supaya dosa-dosa semacam itu “disebut saja pun jangan di antara kita”
Dalam ayat 4 Paulus memperingatkan kita akan dosa-dosa lidah, yang tentu saja sebenarnya merupakan dosa-dosa hati. Orang-orang yang memiliki nafsu-nafsu yang rendah biasanya memupuk kebiasaan untuk berbicara dan bergurau secara kasar dan kotor. Dan sering kali orang-orang yang ingin melakukan dosa-dosa seksual, atau yang telah melakukannya, senang berkelakar mengenai hal itu. Dua hal yang dapat menunjukkan perangai seseorang adalah apa yang membuat dia tertawa dan apa yang membuat dia menangis. Orang-orang kudus tidak tertawa pada waktu mendengar pembicaraan atau lelucon kotor. “Perkataaan kosong” tidak berarti lelucon polos, melainkan percakapan yang sia-sia yang merendahkan martabat manusia dan tidak membangun atau memberikan kasih karunia kepada pendengarnya (Ef. 4:29). Paulus mengecam perkataan kosong yang sama sekali tidak ada gunanya.
Paulus juga mengingatkan kita kepada orang yang pandai berbicara yang dapat mengubah setiap pernyataan menjadi lelucon kasar. Kepandaian menggunakan kata-kata secara tepat merupakan suatu berkat, tetapi apabila kepandaian itu dihubungkan dengan pikiran kotor atau tujuan yang rendah, maka kepandaian itu menjadi suatu kutuk. Ada orang-orang yang pandai berkata-kata yang dapat mengotori setiap percakapan dengan “perkataan semborono” yang tidak pantas.
Alangkah baiknya bagi kita, bila kita dapat cepat mengucap syukur. Tentu saja ini merupakan cara terbaik untuk memuliakan Allah, dan menjaga agar percakapan kita murni.
Orang Kristen yang menyimpan Firman allah di dalam hatinya (Kol. 3:16) akan selalu membumbui perkataannya dengan kasih (Kol 4:6); karena bila kita memiliki kasih dalam hati, maka kita pun akan berkata-kata dengan penuh kasih.
- Kita adalah anak Kerajaan Allah. (ay. 5-6) Pada waktu kita percaya kepada Kristus, kita masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh. 3:3); tetapi kita juga menantikan penyataan Kerajaan-Nya secara sempurna pada waktu Ia kembali (2 Tim. 4:1). Paulus menjelaskan bahwa orang-orang yang dengan sengaja dan terus-menerus hidup dalam dosa tidak akan mengambil bagian dalam Kerajaan Allah” (Gal. 5:21). “Orang sundal” (Yun. pornos, pornografi), adalah “orang yang melakukan percabulan-hubungan seks yang tidak sah”. Orang sundal akan dihukum bersama-sama dengan orang yang bermoral cemar dan serakah. Paulus mempersamakan keserakahan dengan penyembahan berhala, karena keserakahan berarti menyembah sesuatu yang bukan Allah.
- Kita adalah terang (ay. 7-10) Gambaran ini merupakan inti ayat-ayat ini, karena Paulus memperingatkan para pembacanya untuk “hidup sebagai anak-anak terang”. Paulus tidak mengatakan bahwa kita berada “di dalam kegelapan”, melainkan kita dahulu “adalah kegelapan”. Sekarang setelah kita diselamatkan , “bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” Bagaimanapun juga, terang menghasilkan buah, sedangkan perbuatan kegelapan tidak menghasilkan buah yang berkenaan dengan hal-hal rohani. “Karena Roh (Terang) hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran.” Sungguh tidak mungkin kita berada dalam kegelapan dan terang sekaligus pada waktu yang sama!
Terang menghasilkan “kebaikan”, suatu peryataan buah Roh (Gal 5:22). Kebaikan adalah “kasih dalam perbuatan”. Kebenaran berarti bersifat benar di hadapan Allah dan bertindak benar di hadapan manusia. Kedua sifat ini didasarkan atas kebenaran, yaitu keserasian dengan Frman Allah dan kehendak-Nya.

Yesus mengatakan banyak hal mengenai terang dan kegelapan . “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di soga” (Mat. 5:16). “Sebab barang siapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barang siapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam nama Allah” (Yoh. 3:2021).
Apa yang mau dikatakan nas renungan ini kepada kita saat ini? Ada dua hal:
1. Hidup “sebagai anak-anak terang” juga berarti menyatakan terang Allah dalam kehidupan kita sehari-hari. Melalui sikap dan tingkah laku kita, kita membawa terang Alah ke dalam dunia yang gelap. Sebagai terang Allah, kita menolong orang lain menemukan jalan mereka kepada Kristus. Hanya pada waktu kita bersaksi dan menceritakan tentang Kristus barulah terang itu masuk ke dalam hati orang yang dibutakan oleh iblis dan digelapkan oleh dosa. Sama seperti seorang yang sehat dapat menolong orang sakit, demikian seorang anak Allah dapat membimbing orang yang sesat ke kuar dari kegelapan ke dalam terangnya yang ajaib itu.
2. Terang menyatakan Allah; terang menghasilkan buah; tetapi terang juga mengungkapkan apa yang salah. Sama seperti seorang dokter secara tidak sadar mengungkapkan kesukaran dan penyakit orang-orang sakit yang diobatinya, demikian pula orang Kristen mengungkapkan kegelapan dan dosa di sekitarnya semata-mata dengan hidup sebagai orang Kristen. Paulus menasehati kita supaya hidup secara seimbang, yaitu hidup dalam terang dan mengecam serta mengungkapkan kejahatan orang-orang yang hidup dalam kegelapan. Sekaligus kita pula harus menghasilkan buah-buah Roh Kudus, (Gal. 5:22) yang semuanya dilandasi oleh iman, kasih dan pengharapan di dalam Yesus Kristus (1 Kor. 13:13; Fil.2:1-5). Kiranya Tuhan menyertai dan memberkati kita semua. Amin


Yogyakarta, 25 September 2009



Pdt. B.T. Simarmata,MTh