Selasa, 04 Januari 2011

BACAAN ALKITAB MINGGU, 27 PEBRUARI 2011: Ibrani 3:15-19

widgeo.net
“MENGHADAPI TANTANGAN DENGAN IMAN“



HATORANGAN NI SIBASAON

MINGGU SEPTUAGESIMA
MINGGU, 27 PEBRUARI 2011

Jamita : Markus 4:26-29
Sibasaon : Ibrani 3:15-19


K
esempatan yang sering menghampiri hidup seseorang sering dengan tidak sadar dilewati dengan hal yang sia-sia. Akhirnya kesempatan yang datang menjadi sebuah penyesalan yang sangat menyedihkan. Sesungguhnya, kesempatan itu adalah ruang/waktu yang memberikan tempat bagi seseorang untuk lebih memperbaiki sesuatu yang kedua kalinya, tetapi tentunya disertai syarat yaitu kesalahan yangsama tidak akan terulang kembali. Peneyesalan yang datang ketika hilangnya kesempatan membuat seseorang merinduykan, mengenang kembali akan kesempatan yang pernah datang dalam hidupnya. Sungguh penyesalan sebuah kondisi yang mengajak kembali seseorang merindukan waktu/masa-masa yang sudah berlalu dengan sia-sia.
Demikian halnya yang menjadi situasi ketika surat Ibrani ini ditulis. Orang Kristen asal Yahudi merasa menyesal karena hilangnya kesempatan dan dengan rindu terkenang pada zaman bangsa Israel dulu, dimana bangsa itu benar-benar merasakan tuntunan dan kehadiran Allah dalam perjalanan bangsa Israel. Allah benar-benar nyata berada ditengah-tengah mereka dan kemah-Nya didirikan dikediaman mereka. Orang Kristen asal Yahudi merasa lemah, dan mundur dari imannya yang semula. Oleh sebab itulah, surat ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen asal Yahudi, agar mereka bangkit kembali dari aniaya-aniaya yang mengancam mereka (12:5), agar iman mereka tidak menjadi mundur, kehidupan mereka pun tidak layu dan lemas.
Penulis Surat Ibrani berusaha semaksimal mungkin mengadakan perenungan yang disertai konsekuensi akan kehadiran Yesus Kristus ditengah-tengah kehidupan mereka. Dalam perikop nas renungan kali ini, dipaparkan pembuktian keunggulan Yesus yang unik. Ini merupakan tekanan sekaligus nasehat sehingga pernyataan ini menimbulkan penekanan konsekuensi yang tidak dapat dielakkan dari keunikan yang unik itu. Keunikan ini diikuti dengan pengakuan bahwa Yesus jauh lebih baik dari pada semuanya. Dia jauh melebihi Imam Besar di Perjanjian Lama (mis. Musa). Bukan saja yang lebih besar dari Musa, tetapi kedudukannya pun jauh lebih tinggi pula dari Imam-imam besar di Perjanjian Lama (4:14). Yesus bukanlah terangkat menjadi Imam besar karena keturunan, tetapi karena dipanggil langsung oleh Allah. Dia sudah menggenapi pengorbanannya, telah masuk kedalam kemah yang sempurna, yaitu sorga. Karena Yesus adalah Anak Allah dan Dia juga Allah (ingat Trinitatis)
Masa-masa yang dialami oleh orang-orang Kristen asal Ibrani tersebut, dimana penyesalan dan kemunduran dari iman yang terjadi ditengah-tengah kehidupan mereka, sering juga terjadi didalam kehidupan kita, terlebih pada masa-masa saat ini. Banyak hal-hal yang mengingatkan kita akan kehadiran yesus yang sering tanpa sadar kita sia-siakan.
Untuk itu, seruan ini memiliki peringatan penting yang menjadi jawaban pribadi kita atas pertanyaan yang diajukan oleh nas renungan yang hadir ditengah-tengah kita saat ini. Uraian penting tersebut ialah:


1.      Allah menawarkan sesuatu kepada kita

Banyak berkat-berkat melimpah yang tersedia yang ditawarkan Allah melalui kehadiran Yesus Kristus ditengah-tengah kehidupan kita. Sama seperti ia menawarkan berkat kepada bangsa Israel yaitu Tanah Perjanjian. Demikianlah juga Allah menawarkan kepada semua orang berkat-berkat kehidupan yang jauh melebihi kehidupan tanpa Dia. Sebab tidak satupun manusia yang berjalan tanpa tuntunan tangan Allah. Adapun yang mengatakan “tidak” manusia itu sendirilah yang mengingkarinya, yang menghianati dirinya sndiri.

2.      Untuk mendapatkan berkat-berkat Allah itu ada dua hal yang diperlukan

Pertama, diperlukan percaya: “percaya” dapat diartikan “yakin” atau “mengakui” (to Confess) bahwa sesuatu itu memang benar atau nyata. Keunikan dan kedahsyatan yang hadir melalui Yesus, dapat benar-benar menjadi pengangan dalam hidup kita yang menjadi iman percaya kita. Sebab segala sesuatunya telah kita rasakan. Sehingga dengan begitu, kita harus percaya bahwa apa yang disabdakan Allah  itu benar. Perjalanan Iman percaya kita, terkadang mengalami masa-masa yang sulit. Itu tergambar melalui hubungan kita dengan Allah dimana terkadang kita sulit mempercayai bahwa karunia Allah lah yang mengantarkan kita pada kehidupan saat ini dan yang akan terus menerus, bahkan selamanya mengiringi dan menghiasi serta menyelamatkan kita dalam berbagai situasi hidup, sampai pada kehidupan yang kekal. Hal ini diteguhkan oleh perkataan bernas Roy Lessin seorang tokoh agama : “anda disini bukan secara kebetulan, melainkan karena rencana dan pilihan Allah (Inisiatif of God). tangan-Nya membentuk anda dan menciptakan anda sebagai pribadi sebagaimana anda ada. Anda berada disini dalam perjalanan sejarah yang ada ditangan-Nya untuk mewujudkan rencananya kepada generasi sekarang”
Kedua, diperlukan ketaatan: “taat” atau “setia” berarti senantiasa menurut, ketatan diartikan pepatuhan/kesetiaan/kesalehan. Saat kita membuktikan kesetiaan kita kepada Allah maka segala sesuatu mudah dilalui dan indah pada waktunya. Disetiap bidang kehidupan keberhasilan itu tergantung pada ketaatan kepada perintah ahlinya yaitu Allah adalah ahli dalam biddang kehidupan, dan kebahagiaan sejati tergantung pada ketaatan kepada-Nya (kebahagiaan di tangan Allah).

3.     Tawaran Allah ada batasnya

Batas itu adalah batas waktu hidup manusia, kita tidak tahu kapan batas itu akan kita capai. Kita tidak ikut merencanakan kehadiran kita di dunia ini. Kita juga tidak ikut merencanakan adanya hari ini dan tahun ini. Kenyataan ini seharusnya membuat kita sadar diri, kita hidup dan berada oleh dan didalam pencipta kita. Ia adalah Bapa kita. Bapa dimana tempat anaknya untuk menyesuaikan diri. Dalam hal ini kita dapat dengan mudah memahami mengapa Yesus berfirman “tinggallah di dalam Aku dan Aku didalam kamu” (Yoh. 10:15). Kita menyesuaikan diri dengan Tuhan supaya kita dapat berbuah. Buah yang baik. Ini suatu tawaran yang berharga bagi kita manusia berdosa. Dosa yang menjatuhkan kita tidak lagi menjadi penghalang untuk kembali berdiri dengan hadirnya tawaran ini. Hal ini dikuatkan pula dengan hadirnya Yesus Kristus dalam kehidupan orang percaya. Kita dilibatkan Tuhan untuk memungkinkan sesuatu yang baik dan benar terjadi. Tuhan juga menghendaki kita terlibat dalam pekerjaan-Nya agar tidak terjadi yang Ia tidak kehendaki, ketidakadilan, permusuhan, peperangan, kehancuran, alam ciptaan-Nya dan sebagainya. Tuhan bisa melakukan segala sesuatu. Sebab itu tawaran Tuhan Allah harus kita terima sekarang, disini dan sampai selama-lamanya; kepercayaan dan ketaatan itu harus kita berikan sekarang, karena kita tidak dapat memastikan apakah masih ada hari esok untuk kita. Mari memaknai hari kita untuk kemuliaan Tuhan.
Berjaga-jagalah dunia ini akan semakin gemar mempromosikan diri sebagai pengganti Allah (bd. Hedonisme; Materialisme; dan Konsumerisme). Semuanya akan semakin mengiring kita untuk hanya memikirkan diri sendiri (egois), bagaimana supaya lebih keren (Trendy), lebih ganteng, lebih sukses, lebih sempurna dengan bayaran tenaga, waktu, uang yang tidak habis-habisnya. Godaan terbesar dalam zaman ini adalah keinginan untuk meng-upgrade “status” dimata orang, bukan meng-upgrade Iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Disinilah kita kehilangan jati diri sebagaimana dirancang dan dianugerahkan Tuhan. Inilah tawaran yang utama. Tetapi tawaran itu hanya diperuntukan bagi kepercayaan dan ketaatan yang penuh dan teguh. Bergabunglah dengan teman seiman saling memotivasi agar lebih percaya diri (“pd”) bersama Yesus. Amin.


Ramli SN Harahap

JAMITA MINGGU, 27 PEBRUARI 2011: Markus 4:26-29

widgeo.net
Perumpamaan Benih yang Ditabur



HATORANGAN NI JAMITA

MINGGU SEPTUAGESIMA
MINGGU, 27 PEBRUARI 2011

Jamita : Markus 4:26-29
Sibasaon : Ibrani 3:15-19

Sepintas kalau kita membaca dari Alkitab bahasa Indonesia dalam bagian perumpamaan dalam Injil Markus 4:26-29 maka kita akan beranggapan bahwa penabur ini orang yang malas sebab ia tidur pada malam hari dan bangun ketika hari sudah siang. Tetapi lebih tepat terjemahaan dalam NIV  Mark 4:27 mengatakan:
Night and day, whether he sleeps or gets up, the seed sprouts and grows, though he does not know how. (from New International Version)

Perumpamaan tentang benih yang tumbuh ini sangat unik sebab hanya ditulis dalam Injil Markus. Perumpamaan merupakan salah satu cara dari pengajaran Tuhan Yesus maka janganlah kita menafsirkan perumpamaan secara sembarangan. Dalam perumpamaan, ada bagian-bagian tertentu yang Tuhan hendak bukakan yang menjadi focus pengajaranNya. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menafsirkan Firman khususnya perumpamaan, diantaranya: 1) dalam Perumpamaan hanya mengandung satu tujuan utama atau focus utama yang hendak Tuhan ajarkan melalui perumpamaan itu, 2) biarkanlah Alkitab menafsirkan dirinya sendiri, 3) perhatikan konteks secara keseluruhan.    

Tuhan Yesus menegaskan perumpamaan diberikan bukan supaya orang mengerti sebab sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun (Mrk. 4:12). Terkadang, Tuhan Yesus tidak menjelaskan arti dari perumpamaan yang Ia ajarkan dan membiarkan para pendengarnya berada dalam kebingungan namun kepada para murid, Ia menjelaskannya secara tersendiri (Mrk. 4:10-20).  

Istilah “benih” ini seringkali kita temui dalam Alkitab. Tuhan Yesus pernah mengungkapkan suatu perumpamaan tentang orang yang menabur benih baik tetapi musuh datang pada malam hari dan menabur benih ilalang. Benih yang baik dan buruk dibiarkan bertumbuh bersama sampai tiba waktunya, barulah dipisahkan sebab dari buahnyalah akan kelihatan bedanya. Dalam Perjanjian Lama, kitab Yesaya 61:11 dituliskan: Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa. Istilah benih juga dipakai oleh Paulus dalam 2Kor. 9:10:  Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu. Perenungan kita hari ini adalah perumpamaan tentang benih yang ditabur (Mrk. 4:26-29) dan benih yang dimaksud adalah  Firman Tuhan. 

Konteks perumpamaan ini berbicara tentang hal Kerajaan Sorga. Yohanes Pembaptis jauh sebelumnya juga menyerukan tentang hal Kerajaan Allah dan tentang hal itu tergenapkan dengan kedatangan Tuhan Yesus dimana Dia adalah Raja atas Kerajaan-Nya. Tuhan Yesus menegaskan hal Kerajaan Allah itu seumpama seorang penabur yang menabur benih; benih itu terus tumbuh, bertunas, dan berbulir. Pada perumpamaan lain Tuhan Yesus menegaskan hal Kerajaan Sorga itu seperti biji sesawi yang kecil dan kemudian bertumbuh menjadi sebuah pohon besar. Namun ketika misi Kerajaan Sorga itu dikerjakan banyak tantangan yang harus dihadapi, apakah mungkin missi kerajaan Allah dapat digenapkan??  Maka Tuhan Yesus memberikan pengajaran ini bahwa hal Kerajaan Sorga itu bersifat spiritual bukan bersifat duniawi seperti yang para murid dan kebanyakan orang pikirkan bahkan hingga detik ini.  

Kerajaan Sorga seperti seorang penabur yang menaburkan benih, setelah selesai menabur, tidur,  bangun keesokannya harinya menabur lagi namun perhatikan yang menjadi fokus pada perumpamaan  dalam Mrk. 4:26-29 ini adalah benih yang bertumbuh.  
Dalam bagian ini kita melihat 2 bagian besar, yaitu: 1) Peranan Penabur yang hanya sebagai menabur benih, dan 2) Peranan Allah yang menumbuhkan benih yang ditaburkan.


I. Beberapa aspek yang perlu kita pahami berkaitan dengan Peranan dan tugas penabur,  yaitu:

1. Penabur mengerjakan tugas yang menjadi bagiannya yaitu: Menaburkan benih yang disediakan oleh Tuhan.

Penabur harus menabur benih di ladang yang telah disiapkan sebelumnya kalau ia ingin mendapatkan hasil panen dan sukacita di hari penuaian. Namun ingat, tugas kita hanyalah menabur benih Firman dan benih itu asalnya dari Tuhan maka jangan seorang pun bermegah dan menganggap hasil tuaian itu sebagai hasil kerja keras kita. Tidak! Seorang penabur hanya mengerjakan apa yang menjadi bagiannya saja, yakni menabur. Celakanya, hari ini banyak pendeta yang merasa diri penting dan berjasa karena gerejanya bertumbuh secara kuantitas. Pertumbuhan benih itu dilakukan oleh Allah bukan kita dan tugas kita hanya menabur saja. Mari kita kerjakan bagian kita, jangan ambil bagian apa yang seharusnya dikerjakan oleh Allah.  

2. Bekerja dengan sekuat daya sampai batas kemampuan

Seorang penabur juga memiliki keterbatasan kemampuan. Tuhan menghargai kita setiap usaha dan kerja yang kita lakukan. Musa pernah merasakan sampai di titik batas kelelahan, dia tidak kuat menahan beban ketika ia memimpin bangsa Israel menuju tanah perjanjian. Berulang kali bangsa Israel ini mengeluh dan mendesak Musa. Allah tahu sampai dimana batas kemampuan dan kekuatan kita maka Dia akan datang menolong. Tuhan Yesus memberikan teladan indah pada kita, Dia bekerja dengan sangat keras namun Kristus juga adalah manusia yang juga merasa lelah; Dia tertidur bahkan badai dan ombak yang besar tidak dapat membangunkan-Nya. Teladan Kristus ini harusnya memacu kita untuk lebih bersemangat dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan dengan sekuat tenaga sampai titik batas kemampuan kita. Sudahkah kita mengerjakan sampai titik batas kemampuan kita? Tuhan kita adalah Tuan yang baik, Dia tidak pernah  membiarkan kita sendiri. Dia memberikan Roh Kudus untuk kita dengan demikian kita dimampukan untuk  mengerjakan semua tugas kita sampai akhir.  
3. Bekerja dengan ketekunan, kesabaran dan ketabahan

Ada waktu menabur maka akan ada waktu untuk menuai. Dibutuhkan suatu ketekunan, kesabaran dan ketabahan dari seorang penabur untuk melihat hasil tuaian di masa depan. Ketekunan dan kesabaran mempunyai arti yang sama dengan bahasa ibrani, yakni memikul beban namun beban disini dibedakan 2 hal: 1) beban yang berat. Seorang yang beratnya 50 kg memikul beras 50 kg beban yang sama berat, 2) beban yang ringan, kertas merupakan beban yang ringan namun kalau kita bawa selama 50 tahun maka beban yang kelihatan ringan akan menjadi sangat berat. Hendaklah kita mengevaluasi diri, Tuhan telah memberikan pada setiap kita beban yang pas, pertanyaannya adalah seberapa jauhkan kita akan tetap bersetia mengerjakannya?   

4. Bekerja dengan  pengharapan yang pasti

Hari penuaian itu pasti akan tiba. Celakalah orang yang tidak sadar akan tibanya hari penuaian, ia akan pergi meninggalkan ladang pelayanan hanya karena masalah sepele, misalnya tidak ada listrik atau jemaat yang dilayani hanya ibu-ibu dan anak-anak. Orang seperti ini tidak mungkin dipakai oleh Tuhan, ia tidak melihat panen di depan. Marilah kita bekerja di ladang-Nya Tuhan dengan sungguh-sungguh sebab hari penuaian itu akan tiba.


II. Peranan Allah yang mempertumbuhkan benih.

Mempertumbuhkan itu merupakan bagian yang paling sulit dan paling berat dan hanya Allah yang dapat mempertumbuhkannya. Bertumbuh disini berakar ke dalam, bertunas dan berbuah. Pekerjaan yang diberikan pada kita sangatlah ringan dan sungguh merupakan suatu anugerah kalau dapat melayani di ladang Tuhan. Itu merupakan hak istimewa. Bagaimana kita bisa bertumbuh? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, seharusnya kita bertanya terlebih dahulu sudahkah kita menabur? Jangan harap ada pertumbuhan kalau tidak ada benih yang ditabur. Tuhan terus bekerja tidak pernah berhenti. Jemaat di Korintus ketika mengalami perpecahan, dimana masing-masing merasa diri paling unggul, ada yang menyebut dari golongan Paulus, golongan Apolos, golonggan Petrus bahkan yang merasa lebih rohani, berani menyebut sebagai golongan Yesus Kristus maka Paulus menegaskan satu hal : Yang penting bukan yang menanam atau yang menyiram tetapi yang penting adalah Allah yang memberi pertumbuhan (1 Kor. 3:6-8). Kita hanyalah alat di tangan Tuhan; kita hanyalah hamba. Tuhan sendirilah yang akan memelihara dan mempertumbuhkan benih itu.  
Dalam bagian ini ada 5 karakteristik pertumbuhan yang dikerjakan Allah yang perlu kita perhatikan:

1. Pertumbuhan dijamin  kepastian keberlangsungan

Proses pertumbuhan pasti berjalan, tidak ada kuasa apapun dapat menghambat pekerjaan Allah. Allah adalah Allah yang berdaulat maka pertumbuhan itu akan terus menerus sampai kekekalan. Inilah sifat kerajan Allah. Sungguh merupakan suatu anugerah kalau terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Tidak ada pekerjaan di tengah  dunia ini seperti yang dijanjikan Allah. Di tengah dunia ini, apakah yang menjadi kebanggaan kita? Kepandaian? Kekayaan? Kekuasaan? Semua itu hanya bersifat sementara dan hilang dalam sekejap mata.  Marilah kita mengerjakan pekerjaan Tuhan yang bersifat kekal adanya. Tuhan memberikan kepastian bahwa hari panen itu pasti akan tiba.  

2. Pertumbuhan bersifat bertahap

Pertumbuhan itu sifatnya bertahap, tidak instant; berakar, bertumbuh makin lama makin besar, mengeluarkan tangkai, berbuah dan siap dituai. Demikian juga halnya dengan kerohanian kita. Paulus membutuhkan waktu selama 13 tahun untuk membangun pengertian akan kebenaran Firman sebelum dia melayani Tuhan. Hendaklah kita memacu diri untuk mau bertumbuh secara bertahap dengan belajar Firman dengan sungguh. Celakanya, hari ini banyak orang yang ingin instant, belajar Firman belum tuntas sudah berani berkhotbah akibatnya semua ajarannya sesat, teologi kemakmuran yang ditonjolkan. Kerajaan Allah dibangun bertahap. Mari kita belajar dari setiap kesulitan menjadi batu loncatan untuk menuju ke depan yang lebih baik. 

3. Pertumbuhan akan mencapai sampai tahap kematangan
Ketika Tuhan mengerjakan pertumbuhan maka hal itu akan diselesaikan sampai akhir yakni sampai pada proses kematangan.Tuhan Yssus pada waktu menjalankan pekerjaan di dunia, Dia mengerjakannya sampai tuntas, yakni mati di salib dan semua itu sudah genap. Kita harus mencapai satu kematangan dan kita menghasilkan buah-buah di dalam pelayanan. Seorang yang sudah renta baru menyadari kalau ia telah menyia-nyiakan masa mudanya namun terlambat, waktu tidak dapat diulang kembali. Seorang muda yang bertalenta, menerjemahkan khotbah tetapi dia lari ketika Tuhan mau pakai dia menjadi pengkhotbah dan terlambat menyadari ketika sudah renta. Sebelum terlambat, hendaklah kita kerjakan tugas kita sampai tuntas seperti yang Tuhan inginkan, yakni sampai pada proses kematangan.  

4. Pertumbuhan akan menghasilkan buah berlipat ganda (Prinsip multiplikasi)

Dari satu benih yang ditaburkan akan menghasilkan buah yang berlipat ganda.. Pertumbuhan secara kualitas dan kuantitas pasti terjadi di dalam perkembangan misi kerajaan Allah. Sudahkah kita mempersiapkan anak-anak kita menjadi anak Tuhan dan berbuah? Tuhan menegaskan orang berdosa akan terus berbuah dosa tapi orang yang diselamatkan akan menuai buah kekekalan artinya meskipun dia sudah mati, dia akan terus berbuah. Sebagai contoh, Calvin telah tiada tetapi orang diberkati melalui semua tulisannya dan  menghasilkan buah yang baik. Dosa akan menghasilkan buah pula tetapi buah yang busuk. Benih kebenaran yang asalnya dari Tuhan adalah benih yang baik dan pasti akan menghasilkan buah kebenaran berlipat ganda. 

5. Pertumbuhan akan mencapai tahap akhir yaitu masa panen/masa penuaian.

Masa panen merupakan akhir dari seluruh kerja keras yang dilakukan, ada sukacita yang penuh melimpah pada waktu itu. Seluruh jerih lelah, air mata dan keringat yang pernah dicurahkan, semuanya terlupakan saat melihat panen tiba. Inilah keindahan yang luar biasa di dalam pekerjaan Tuhan. Hal Kerajaan Alalh seperti seorang penabur, malam ganti siang, siang ganti malam, penabur menabur dan merasa letih dan tidur, tetapi benih yang ditabur terus bertumbuh. Dia tidak tahu bagaimana itu bertumbuh, tetapi pasti akan terjadi masa penuaian itu. Marilah kita terus mengerjakan pekerjaan Tuhan sebab orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai; orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mzm. 126:5-6).  

Untuk menutup seluruh perenungan kita hari ini, ada suatu kesaksian seorang bapak tua yang setiap hari  dengan setia sambil mengayuh sepedanya mengunjungi jemaat dan hal itu dilakukan selama tiga tahun dengan setia. Seorang bertanya,” Bapak tidak lelah setiap hari mengayuh sepeda hanya untuk mengunjungi jemaat?” Sungguh di luar dugaan, si Bapak menjawab: ”Sungguh saya sangat bersyukur kalau masih bisa melayani Tuhan.” Biarlah kita mengevaluasi diri kita, sudahkan kita bersyukur kalau kita masih dipakai Tuhan menjadi alat di tangan-Nya? Sudahkah kita melakukan pekerjaan yang Tuhan percayakan kita berada di dalam-Nya dengan seluruh daya kekuatan kita? Amin ?



Ramli SN Harahap

BACAAN ALKITAB MINGGU, 20 PEBRUARI 2011: 2Timotius 4:6-10

widgeo.net
Job ni roha managam pasu-pasu



HATORANGAN NI SIBASAON

MINGGU SEPTUAGESIMA
MINGGU, 20 PEBRUARI 2011

Jamita : Lukas 17:7-10
Sibasaon : 2Timoteus 4:6-10

I. Patujolona.
Nada adong jolma naumboto sanga naandigan ia maninggalkon portibion laho manopot banua ginjang.  Muda pe adong halak namandok nada lolot be au di portibion ninna, tapi  taringot tu hatihana angkon alapon ni Tuhan, humin namangira-ngira sajo do, sanga na memprediksi harana hasintonganna pasti do angkon mangihutkon lomo ni roha ni Tuhan. Apostol Paulus paingotkon si Timotius anso manjadi nian ia kaderisasi, penerus ni parba rita na denggan tanpa terpengaruh di pangajaran na lilu nahumin manghaporluhon hagiot ni pardagingon.  Muda pe angkon markancit si Timotius harani parbaritaan i, di patorang si Paulus do anso sobar ia mangihutkon Jesus nadung parjolo hinan manaon sasudena i.  Harana muda taringot tu parkancitan i, madung dipatorang Jesus do andorang so mate Ia di hayu parsilang, bahaso barang ise na giot mangihutkon Ibana, angkon rade ma ia mamorsan silang, manghalupahon dirinia sandiri artina :  Mandokkon nada maradopkon hagiot niba sandiri, tapi mangoloi  pandohan ni Debata  (basa  Matius  16 : 24).   

II. Hatoranganna.
1. Madung dapot hatihana mate au…  Pada umumna muda laing hipas dope hita, laing ro do pe biar manopot hamatean, kecuali memang humin na payak sajo noma harani namarnyae, justru ro pio-pio tu Tuhan mandok, alapma au ale Tuhan.  Ternyata si Paulus laing horas torkis do ia hatiha nanidok nia madung dapot hatihana.  Muda tarimang-rimangi do sanga aha maksud ni si Paulus mandok madung dapot hatihana, ternyata na marpardomuan dohot parsadaan nia tu si Timotius do nadung dipulnit nia  gabe sada naposona, nanitugaskon nia anso mangihutkon pangajaran nadung binegena, nadung disaksihonna jana nadung dihapor sayai anso laing toruskonnia i selaku generasi penerus.  Harupe angkon mate ia harani na di uhum di masa pemerintahan Kaisar Nero, tapi laing bertekat do ia dohot sada misi marhite pandohan : Harupe mate au, nada tola mantak parbaritaan taringot tu Jamita Nadenggan, jana marhite si Timotius karejo namarpardomuan tu tanggungjawab ni sada naposo angkon mardalan do baen hasangapan ni Kristus Jesus. Nada tarukur songon dia godang ni pengor banan marhite hata dohot pambaenan nadung pinatupa ni si Paulus, jabat do digambarkon ia dirinia songon haul tu Debata.  Tutu haul nadigambarkonnia nada  bersifat panghophopon songon nabinaen ni Kristus maradopkon pangisi ni portibion, tapi  pengorbanan i laing tanda na pataridahon panyarihononnia baen hasangapan di Tuhan Debata.  Digambarkon ia do dirinia songon sada peserta lomba pertandingan, namarusaho sogogona anso dapotan upa sanga piala (basa  1 Korintus  9 : 24 – 27).

Perlombaan na di maksud ni si Paulus, i ma  sada gambaran ni hamaolon sanga pergumulan naniadopan ni sasada halak laho manghajongjongkon hasintongan ni haporsayaan.  Harana haporsayaan, pada umumna nada mardalan mulus tapi justru mengalami banyak hambatan tapi laing hatiha nasongoninan do murtogu jana tarida parbatuna.  Bisa do taumpamahon tarsongon sada hayu na tubu jana magodang di ginjang ni sada dolok, muda murjotjot hayu i diombus alogo laing murpir jana murmabagas ma uratnai manjulur tu tano i mambaen mur matogu muse dihajongjonganna (basa 1 Petrus 1 : 6 – 7).  Songon i ma si Paulus patudos kon haporsayaan i angkon dipartahankon lopus tu ujungna anso layak manjagit tuku hango luan na pinasingkop ni Debata di angka namangoloi Ibana.   Madung rade tuku habonaran i, jana dioku si Paulus nada humin di sia sajo di parade Tuhan Debata, tapi laing dohot do di angka halak namangolu dibagasan hasintongan, i ma namangulahon hagiot ni Debata hatiha dingoluna (basa  2 Timotius  3 : 16)

2.  Sude hajolmaon do membutuhkan dukungan, antara lain : moral, moril dohot naasing, apalagi ma muda hatiha dihapunjungan sanga parkancitan.  Laing marhite situasi nasongonon do baen na ro pandohan;  Teman yang baik adalah apabila dia berada di saat kita mende rita atau terisolir.   Songonima nanialaman ni si Paulus hatiha tarkurung dope ia di kota Roma. Dipangido rohania do anso sigop nian ro si Timotius mandapotkon ia, harana  madung ditinggalkon si Demas, si Krekes dohot si Titus ia, harani haporluan ni portibion.  Nada satia halahi selaku naposo mangihutkon uluanna, tarlumobi ma i hara parkancitan binaen ni halak.
Suman tu bahat halak kristen na parjolo na adong di tano batak, nada mampu halahi bertahan di situasi nasangat menyosak hara mandao angka donganna, hurang pelayanan sian angka par barita na denggan jadi mulak halah muse tu ugamo na parjolo.     

III. Aplikasina.
- Tugas ni sada naposo do angkon siap berkorban membela tuanna, bahkan haru pe mamolus hamatean, songon na binaen ni si Petrus tu angka soridadu ni  Malim Godang harani holong ni rohana maradopkon Tuhan Jesus (basa Yohanes  18 : 10)

- Nada tola hita maninggalkon karejo partondion nadung dipasahat Tuhanta, angke muda setia hita lopus tu ujung ni ngolunta, laing saksihonon ni Kristus ma hita di adopan ni Debata na patut parjambar manjagit tuku hamonangan (basa  Matius  10 : 32 – 33)  

GKPA  Resort  Batam
Pdt. H. Nainggolan, STh