Jumat, 19 Juni 2009

RENUNGAN: 2 Timotius 4 : 1-8

“It Is Not The End” (2 Timotius 4 : 1-8)

“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”

PENDAHULUAN

Dalam rangka mengakhiri tugas Kepengurusan Persekutuan Naposobulung GKPA Penjernihan tahun 2006-2008 dan pemilihan pengurus baru periode 2008-2010, maka kita akan membahas tema: It Is Not The End. Sebenarnya dengan tema ini secara sederhana kita sudah memahami dan mengerti apa arti dan tujuan tema ini bahwa tugas kepengurusan bisa saja berakhir, namun bukan berarti tugas pelayanan kita di PNGKPA Penjernihan juga ikut berakhir, melainkan tugas pelayanan kita itu akan terus berlangsung dengan bentuk yang lain pula. Artinya PNGKPA Penjernihan memulai babak baru dalam pelayanan di gereja GKPA Penjernihan.

I. ARTI DAN MAKNA PELAYANAN
“Siapakah yang senang kalau harus melayani orang lain?” ujar Plato. Rupanya Plato lebih jujur daripada kita. Sebab sering kali kita berkata bahwa kita mau melayani orang lain, namun dalam prakteknya kita bersikap: Eh, enaknya nyuruh-nyuruh, memangnya aku jongos dia?
Dalam gereja orang juga senang berbicara tentang pelayanan. Begitu sering orang menggunakan kata melayani sehingga artinya menjadi kabur. Seorang pemuda mendapat tugas dari gereja, lalu ketika bendahara mau mengganti ongkos jalan, pemuda itu menjawab, “Tak usah, ini pelayanan.” Di sini pelayanan berarti melakukan sesuatu secara sukarela. Ketika sebuah gereja di Sumba meminta bantuan dana untuk pembangunan gedung, orang mengangguk dan berkata, “Ya, kita perlu melayani mereka.” Di sini pelayanan berarti memberi sumbangan. Minggu depan yang akan melayani permandian kudus adalah Pdt.Poltak. Di sini pelayanan berarti melakukan atau memimpin.
Kata melayani digunakan oleh Perjanjian Baru juga dalam banyak arti. Ada empat macam kata yang digunakan dalam bahasa aslinya, yaitu diakoneo, douleo, leitourgeo, dan latreuo.
Diakoneo berarti menyediakan makanan di meja untuk majikan. Orang yang melakukannya disebut diakonos dan pekerjaannya disebut diakonia (Lih. Luk.17:8). Namun dalam Lukas 22:26-27, Yesus memberi arti yang baru bagi diakoneo, yaitu melayani orang yang justru lebih rendah kedudukannya dari kita. Dalam 1Petrus 4:10 kata diakoneo berarti menggunakan karisma yang ada pada kita untuk kepentingan dan kebaikan orang lain. Rasul Paulus menganggap pekerjaannya sebagai suatu diakonia dan dirinya sebagai diakonos bagi Kristus (2Kor.11:23) dan bagi umat (Kol.1:25).
Douleo adalah menghamba yang dilakukan oleh seorang doulos (budak). Paulus memakai kata itu untuk menggambarkan bahwa kita yang semula menghamba kepada pelbagai kuasa jahat, dibebaskan oleh Kristus supaya kita bisa menghamba kepada Kristus (Gal.4:1-11). Suatu hal yang kontras dan tajam diperlihatkan di Filipi 2:5-7, yaitu bahwa Yesus yang walaupun mempunyai rupa Allah namun telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang doulos.
Leitourgeo berarti bekerja untuk kepentingan rakyat atau kepentingan umum. Orang yang berbuat itu disebut leitourgos dan pekerjaan luhur itu disebut leitourgia. Kata itu juga dapat berarti melakukan upacara dan ibadah kepada para dewa. Dari situ kita menggunakan kata liturgi untuk kata ibadah.
Latreuo berarti bekerja untuk mendapat latron yaitu gaji atau upah. Latreuo ini berarti memberikan persembahan kepada Tuhan. Penggunaan yang mencolok terdapat dalam Roma 12:1 di mana Paulus berpesan supaya kita mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan sebagai logike latreia, artinya persembahan yang pantas.
Pelbagai kata ini digunakan oleh gereja abad pertama dengan arti melayani, mengabdi atau menghamba kepada Tuhan dan kepada orang lain. Apa sebabnya kita didorong untuk melayani Tuhan dan orang lain? Dasarnya adalah karena Yesus sendiri sudah melayani kita. Seluruh hidup dan Yesus selama 33 tahun ditandai oleh jiwa melayani. Tujuan hidup-Nya bukanlah untuk mendapatkan pelayanan, melainkan untuk memberikan pelayanan. Isi hidup-Nya bukan dilayani, melainkan melayani. Alkitab tidak menggambarkan Yesus sebagai Tuhan yang berjaya atau berkuasa, melainkan sebagai Tuhan yang melayani dan menghamba, Yesus adalah diakonos (pelayan), bahkan doulos (budak).
Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa PNGKPA Penjernihan ini terpanggil untuk tugas pelayanan diakoneo, douleo, leitourgeo, dan latreuo; dipanggil untuk melayani, mengabdi atau menghamba kepada Tuhan dan kepada orang lain, secara umum untuk GKPA Penjernihan dan khususnya untuk PNGKPA Penjernihan.

II. PENUHILAH TUGAS PANGGILAN PELAYANANMU
Kehidupan Kristen dimulai dari kesadaran akan panggilan Tuhan karena Yesus mengatakan bukan kamu yang memilih Aku tetapi Aku yang memilih kamu. Berarti dari mulanya Allah memilih kita. Setelah Allah memilih kita, maka Allah menguduskan kita dan memanggil kita. Setelah kita dipanggil, maka Allah memperlengkapi hidup kita dengan memberikan kuasa, wibawa dan pengalaman-pengalaman rohani agar kita mampu bersaksi bagi Kristus.

Bagaimana kita menyadari dan menanggapi tugas panggilan itu?

1. Kristus Yesus yang akan menjadi hakim (ay.1).
Pelayanan kita bukan untuk menyenangkan manusia, bukan untuk mencari muka. Banyak orang ketika dipuji, maka pelayanannya makin baik, tetapi ketika dia dikritik, pelayanannya makin mundur. Kalau kita menyadari bahwa Yesus yang menjadi hakim dalam pelayanan kita, maka pelayanan kita harus benar di hadapan Allah. Jadi yang menjadi hakim dalam pelayanan kita bukan manusia, bukan rekan sepelayanan kita, bukan keluarga kita melainkan Kristus sendiri yang menjadi hakim. Karena itu pikirkanlah dan kerjakanlah apa yang menyenangkan hati Tuhan.
2. Senantiasa memberitakan Firman (ay.2).
Memberitakan Firman tidak identik dengan menjadi ‘pendeta’, ‘sintua’, ‘penginjil’, dll. Memberitakan firman adalah perkara yang mudah. Kita memberitakan Firman lewat nasihat-nasihat, tegoran, menyatakan apa yang salah, melawan ajaran yang sesat, lewat perilaku, sikap, prinsip hidup kita. Sehingga kita menjadi surat Kristus yang terbuka yang bisa dibaca oleh setiap orang di sekitar kita.

3. Kuasailah diri dalam segala hal (ay.5).
Menguasai diri berarti sadar dalam segala hal, sabar menderita, tunaikan tugas pelayanan. Jangan memakai penderitaan sebagai alat untuk bersikap kasar kepada orang lain. Namun melalui penderitaan kita terus menunaikan tugas pelayanan.

4. Kesiapan untuk berkorban (ay.6).
Dalam pelayanan banyak yang harus kita korbankan. Kadangkala bukan darah yang tertumpah tapi harga diri, sifat-sifat kedagingan kita yang harus kita tanggalkan. Tanpa pengorbanan dalam pelayanan tiada kemuliaan. Karena itu kita harus berani berkorban demi Kristus dalam pelayanan kita.

5. Bertahan sampai akhir (7-8).
Banyak orang yang semangat dalam awal pelayanannya, namun semakin lama semakin redup dan lenyap. Seorang pelayan harus memiliki semangat yang bertahan sampai akhirnya. Agar kita mampu bertahan hingga akhirnya maka kita harus membangun integritas diri kita. Inilah cerita terbesar tentang integritas. Ketika rasul Paulus berbicara tentang kematian, dia berbicara tentang reputasi yang diinginkannya. Paulus membuat 3 pernyataan yang luar biasa. Pertama: “Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik“ (“I fought a good fight”). Aku berjuang sebagai pejuang yang baik. Kita harus berjuang untuk setiap yang kita lakukan. Kita tidak boleh membiarkan diri kita dirusak oleh hal-hal yang kotor dan najis yang ingin menghancurkan kita. Kita harus berjuang untuk integritas kita. Kita harus berjuang untuk kejujuran kita. Kita harus berjuang untuk kesuksesan kita. Janganlah kita dikenal orang sebagai pejuang yang tidak baik/jahat. Bangun reputasimu sebagai pejuang yang baik. Kedua, “Aku telah mencapai garis akhir” (“I finished the task”). Aku berjuang sampai selesai. Bila kita diberikan tugas, kerjakan sampai tuntas, jangan setengah-setengah. Kerjakan sampai tuntas. Pernyataan ketiga, “Aku telah memelihara iman” (“I Kept the Faith”). Ini pernyataan penting, menjaga iman kita. Selalu jaga imanmu. Jaga imanmu dalam pergaulanmu, jaga imanmu pekerjaanmu, jaga imanmu di dalam keluargamu. Berdirilah pada nilai-nilai imanmu.
III. BAHAYA DALAM PELAYANAN PEMUDA GEREJA

Jika kita telah mengetahui apa arti pelayanan dan menyadari tugas panggilan itu, maka berhati-hatilah agar kita tidak jatuh dalam bahaya pelayanan pemuda Gereja. Saudara pernah dengar tidak yang namanya bahaya pelayanan pemuda Gereja. Apakah sebenarnya bahaya-bahaya dalam pelayanan kita itu?

1. Tidak memiliki visi yang jelas. Salah satu kesalahan terbesar di pelayanan adalah: tidak tahu visi. Banyak yang tidak tahu visinya dan cuma mengalir aja. Apakah itu visi? (1) Visi adalah sesuatu yang ingin dicapai masa mendatang. Yang ingin dicapai itu adalah kualitas, jumlah, ukuran keberhasilan. (2) Visi merupakan sesuatu kesadaran luas tentang: di mana kita sekarang, kemana kita hendak pergi, gambaran pencapaian pelayanan di masa depan. (3) Visi merupakan gambaran mental dari: apa yang sudah lampau, apa yang sekarang (kurang baik), apa yang akan datang (lebih baik). (4) Visi mempunyai daya dorong untuk: membantu mewujud-nyatakan, mengatasi berbagai kesulitan, berbuat lebih baik. Contoh visi pemuda: “Menjadi mitra Kristus dalam pelayanan Gereja”

2. Tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Karena pemuda/i gereja adalah orang-orang yang sibuk kerja di kantor, kuliah dan lain sebagainya dan ditambah lagi tugas pelayanan di gereja, maka sering kali mereka jatuh dalam bahaya tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Jangan heran, kalau tidak hati-hati, bisa-bisa pelayanan pemuda gereja itu kolaps. Keliatannya rohani banget, sibuk buat pekerjaan Tuhan, tapi sebenarnya dalamnya kosong, kering kerontang, karena tidak punya waktu buat duduk diam di kaki Tuhan. Pelayanannya cuma program belaka, cuma kejar target, cuma karena disuruh sama pengurus, strictly business… Tidak heran kalau rata-rata keluhan mereka di Senin pagi adalah “Kenapa ya gue kok rasanya capeeee banget waktu bangun pagi???” Itu karena mereka tidak punya “api” lagi di hati mereka. Api mereka sudah padam karena mereka tidak pernah menyalakan api bakaran di pagi hari, membakar korban persembahan bagi Tuhan secara teratur setiap pagi dengan cara saat teduh, berdoa, bernyanyi memuji menyembah Tuhan dengan tenang.

3. Melayani karena “terpaksa”. Sebagai akibat dari main tarik sana-sini, banyak orang yang diserahi tugas atau jabatan pada tempat yang salah. Misalnya “terpaksa” jadi ketua NHKBP cuma karena tidak ada orang lain lagi yang bersedia atau “dipaksa” jadi pengurus agar mau masuk NHKBP. Jika kita melayani karena “terpaksa” maka hati-hati jangan-jangan nanti juga Tuhan pun memberi berkat kepadamu karena “terpaksa” juga. Oleh karena itu layanilah Tuhan dan sesamamu dengan hati yang rela dan tulus iklas agar Tuhan memberimu kemampuan yang luar biasa.

4. Intrik cinta. Yang namanya kegiatan atau pelayanan pemuda, pasti ada benih-benih cinta yang ditabur atau tertabur. Wajar sih, naman ya juga anak muda. Tidak salah kalau selama pelayanan itu ada yang jadian atau pacaran. Tapi tidak semua yang pacaran itu akan menikah. Pasti pasangan yang jadian sampai menikah persentasenya lebih sedikit dibanding yang pasangan yang putus. Mungkin karena memang tidak cocok, mungkin karena selingkuh, mungkin karena sakit hati, dll. Apapun alasannya, yang namanya putus cinta itu pasti sakit. Tidak jarang karena intrik cinta dalam pemuda gereja ini sering menjadi pemicu hancur dan rusaknya pelayanan di dalam organisasi pemuda. Apalagi jika yang menjadi pelaku itu adalah salah seorang dari pengurus NHKBP, masalahnya lebih rumit lagi. Karena itu, berhati-hatilah menjalin cinta di dalam pelayanan. Jangan karena cinta, pelayanan rusak. Tetapi karena cinta jadikanlah pelayananmu semakin baik dan maju.

IV. PENUTUP

Pada malam ini, bagi Pengurus PNGKPA Penjernihan periode 2006-2008 akan mengakhiri pertandingan dan pelayanannya. Apakah arti mengakhiri tugas pelayanan ini? Pertama, biarlah Kristus yang menjadi hakim dalam seluruh tugas yang telah kita lakukan selama periode ini. Artinya setiap pekerjaan yang baik dan benar di mata Tuhan akan menjadi berkat bagi NHKBP Kernolong dan seluruh warga jemaat. Karena itu jika ada hal-hal yang tidak baik selama periode ini jangan hakimi dirimu, jangan hakimi orang lain, sebab hanya Yesus yang menjadi hakim dalam tugas pelayananmu. Kedua, kuasailah dirimu. Ketika banyak kritikan dan ocehan yang diterima selama ini baik dari teman dan pihak gereja jangan ditanggapi dengan emosi, jangan mengendorkan semangat pelayanan, jangan mengakhiri tugas pelayanannya dari NHKBP Kernolong alias meninggalkannya tetapi harus tetap di NHKBP untuk memberikan dukungan bagi pengurus yang baru nantinya. Ketiga, bersiaplah berkorban. Berkorban untuk memperbaiki pelayanan NHKBP Kernolong ini untuk semakin maju dan berkembang. Keempat, bertahanlah sampai akhir. Artinya jangan berhenti sampai di sini. Jangan berhenti berpartisipasi, memberikan dukungan doa dan dana bagi NHKBP Kernolong ini. It is not the end.
Bangunlah reputasi integritasmu mulai sekarang. Tujuan kita adalah melayani orang lain, bukanlah membebani orang lain. Biarlah di akhir nanti kita semua dapat berkata, “Aku sudah berjuang sebagai pejuang yang baik, Aku sudah menyelesaikan tugasku dan Aku sudah menjaga imanku.”


Ramli SN Harahap
Jl.Pengariaran No.16A
Bendungan Hilir, 10210
Jakarta Pusat
HP. 0813 848 808 26
Email: ramlyharahap@yahoo.com
http://ramlyharahap.blogspot.com

Bacaan Minggu 28 Juni 2009: 2Petrus 3 : 3 - 10

KEDATANGAN KRISTUS KALI KEDUA

Seiring dengan perkembangan gereja pada abad pertama, para pengajar sesat pun tetap berupaya untuk mempengaruhi anggota jemaat. Dengan kata lain, ada semacam pertandingan dan perseteruan antara para pembela ajaran Kristus yang benar dengan pengajar-pengajar palsu yang sesat. Anehnya, sering terjadi justru ajaran sesat itu lebih menarik perhatian sebab para penganjurnya berupaya mengemas ajarannya dengan metode yang lebih menarik.
Salah satu persoalan penting yang menjadi pokok perdebatan pada waktu itu adalah tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Sebenarnya, bukan hanya pada surat 2 Petrus tema ini menjadi persoalan penting, sudah terjadi jauh sebelumnya. Pada surat kiriman kepada Korintus pun masalah ini sudah muncul.
Pengajaran tentang kedatangan Kristus mempengaruhi sikap dan moral jemaat. Jemaat mula-mula percaya Kristus akan datang segera dan sebagian dari antara mereka masih akan melihat kedatangan-Nya kedua kali itu (bnd. 1Tes.1:11; 2Tes. 2:1-4). Tetapi berhubung sampai masa 2 Petrus ini Kristus belum juga datang, banyak dari anggota jemaat yang kecewa. Para pengajar sesat mempergunakan peluang itu untuk memengaruhi mereka. Mereka mengatakan bahwa Kristus tidak akan datang sebagaimana telah dijanjikan-Nya. Mereka tidak perlu menyianyiakan waktu dan pikiran untuk mengingat-ingat kedatangan Kristus. Itu merupakan pekerjaan sia-sia. Lebih baik mempergunakan waktu dan kesempatan yang ada untuk menikmati hidup, melakukan apa saja yang disukai seseorang. Akibatnya perbuatan yang tidak sesuai dengan moralitas kekiristenan menjadi semakin berkembang.
Para pengajar sesat itu mengejek orang-orang Kristen tentang penundaan kedatangan Yesus Kristus. Penundaan kedatangan Kristus menjadi dasar bagi pengajar sesat menyerang ajaran rasul-rasul. Berhubung masih banyak anggota jemaat yang masih muda (baru masuk menjadi anggota jemaat), mereka mudah terpengaruh dengan ajaran sesat itu. Oleh sebab itu banyak orang yang murtad, meninggalkan ajaran yang benar itu dan kembali kepada kepercayaan lama, bahkan sebagian dari antara mereka menjadi penganut synkritisme (bnd. Ibr 6:1-8).
Melalui surat ini penulis hendak mengingatkan jemaat bahwa Kristus pasti akan datang. Penundaaan kedatangan-Nya itu bukan urusan manusia tetapi sesuai dengan rencana Allah. Manusia tidak akan pernah mampu menetapkan kedatangan Yesus kedua kalinya. Keterlambatan itu justru menjadi bukti kasih Allah akan manusia yang tidak menghendaki manusia binasa. Dengan keterlambatan itu berarti masih ada waktu atau kesempatan untuk bertobat. Allah tidak pernah mengingkari apa yang Dia janjikan. Dia selalu setia dan menggenapnya.
Pengajaran kedatangan Kristus segera tidak perlu dipahami secara harfiah. “Kata segera” bukan berarti besok. Jika keyakinan tentang kedatangan-Nya yang segera akan terjadi berkembang di dalam jemaat mula-mula, bisa saja ajaran itu sengaja dikembangkan oleh para pengajar sesat pula. Sebab sekalipun pada awalnya Paulus mengatakan “maranatha, datanglah ya Tuhan” (1Kor.16:22) tetapi itu dalam konteks menginggatkan anggota jemaat agar tetap berja-jaga, berdoa dan tetap melakuka pekerjaan kasih. Paulus tidak pernah mengatakan kepada anggota jemaat supaya mereka meninggalkan pekerjaan yang baik karena Kristus akan datang segera (bnd. 2Tes.3:1-12). Yesus pun tidak pernah menjanjikan hari yang tepat dari kedatangan-Nya itu. Menjawab pertanyaan para murid-Nya tentang kedatangan-Nya, Dia menjawab tidak seorang pun yang mengetahui, bahkan Dia sendiri pun tidak mengetahui, hanya Bapa di surga yang mengetahuinya (Mat.24:36; Why. 1:6-7).
Menurut pengajar sesat tidak ada yang berubah di bumi sejak masa nenek moyang. Segala sesuatu itu tetap seperti semula. Dengan alasan itu, mereka mengatakan bahwa penantian kedatangan Kristus itu merupakan kesia-siaan saja. Untuk melawan ajaran sesat itu, maka penulis surat Petrus kedua ini membuka mata anggota jemaat untuk mengerti dengan baik kebenaran ajaran para rasul. Apakah betul tidak ada yang berubah seperti ditudukan para pengajar sesat itu? Tuduhan seperti itu tidak beralasan, sebab sejak penciptaan banyak yang berubah. Tidak ada yang kekal di muka bumi ini, semua berubah dan berkembang. Langit dan bumi (yang berada di bawah langit) terbentuk dari air samudera raya (Kej.1:2). Dunia yang tercipta itu terjadi oleh air. Artinya, air sangat penting untuk berdirinya dunia ini dengan menyoroti dua segi yakni: air merupakan asal usul baik untuk terbentuknya dunia maupun untuk kelanjutannya kemudian. Tetapi bumi yang tercipta demikian itu menjadi binasa ketika digenangi air pada masa Nuh (Kej.7:21). Seluruh dunia turut hanyut akibat keampuhan air itu.
Dengan penjelasan itu, Petrus mau menyapa anggota jemaat agar memahami dan mempercayai perbuatan kasih Tuhan kepada umat manusia dengan menyelamatkan Nuh beserta anak-anaknya. Sebenarnya, jika Tuhan tidak menunjukkan anugerah-Nya, Dia bisa saja menghancurkan semuanya termasuk Nuh sehingga tidak ada lagi generasi manusia berikutnya. Jadi jika para pengajar sesat itu mengatakan tidak ada yang berubah, peristiwa air bah itu pun sudah merupakan perubahan.
Sesudah dunia lama binasa, maka terbitlah suatu dunia ciptaan baru yang tetap terdiri atas langit dan bumi seperti dunia lama dan dunia mendatang. Manusia sekarang hidup dalam dunia sementara yang dipelihara oleh Allah, tetapi dunia yang sedang berjalan menuju kepada suatu kebinasaan lagi. Dunia yang sekarang akan terbakar oleh api, dan berkaitan dengan itu maka orang-orang yang tidak beriman juga akan binasa. Tetapi semua kejadian itu bukan merupakan hukum alam, Allah yang maha kuasa Pencipta langit dan bumi yang telah melakukannnya. Rencana dan kehendak Tuhan yang harus terjadi bukan suatu proses hukum alam. Dunia dan segala sesuatu di alam semesta itu berada pada sejarah keselamatan yang dirancang oleh Allah. Maka tidak ada suatu kejadian apa pun di luar pengetahuan Allah. Bumi, alam semesta, manusia dan semua makhluk harus hidup pada sejarah keselamatan Allah, tidak mungkin keluar dari garis ketentuan itu.
Berlandaskan Mazmur 90:4 penulis surat Petrus ini menambahkan argumentasi teologis tentang pokok yang dipersoalkan tadi. Menurut rasul ini, Allah tidak pernah dibatasi oleh waktu sebab Dia sendirilah yang menciptakan waktu. Jangka waktu yang dipahami manusia berbeda dengan jangka waktu Tuhan. Oleh sebab itu, sekalipun terjadi penundaan kedatangan Kristus kedua-kalinya, bagi Allah waktu itu hanya singkat saja. Bagi Tuhan, satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama satu hari. Artinya, batas-batas waktu yang berlaku bagi manusia tidak berlaku bagi Tuhan.
Bisa saja Tuhan menyudahi segala-galanya dengan cepat. Namun, Allah tidak melakukannya sebab Tuhan menghendaki keselamatan semua orang (bnd 1Tim. 2:4). Allah tidak lalai dalam penundaan kedatangan Kristus itu, tetapi justru hal itu menunjuk kepada kesabaran-Nya. Allah menunggu umat-Nya yang sudah berbalik itu untuk bertobat sebelum masa pengampunan itu berlalu. Para pengajar sesat itu pun harus bertobat dan kembali ke jalan Tuhan. Semakin lama Allah bersabar maka semakin besar pula kesempatan serta peluang bagi orang-orang berdosa kembali ke jalan yang benar. Penundaan kedatangan-Nya itu merupakan bukti kasih dan kemurahan Allah bagi manusia.
Penundaan kedatangan-Nya yang menjadi wujud kepeduliaan-Nya kepada umat manusia seharusnya ditanggapi dengan positip, yakni agar tetap waspada dan berdoa. Hari Tuhan pasti akan terjadi, tetapi sebagaimana dikatakan di atas hanya Allah sendiri yang tahu. Kalau hari Tuhan itu sudah terjadi, peluang dan kesempatan itu sudah berlalu. Manusia tidak mungkin lagi menyelamatkan dirinya. Dengan memakai gambaran yang terdapat dalam PL, kembali penulis mengingatkan jemaat agar sungguh-sungguh bertobat. Orang-orang Kristen tidak boleh terbawa arus pemikiran pengajar sesat itu. Benar, Tuhan belum datang kedua kalinya, tetapi tidak berarti bahwa Tuhan sama sekali sudah lupa sehingga Dia tidak akan datang lagi. Tuhan “pasti” akan datang. Kedatangan-Nya seperti pencuri pada malam hari, tiba-tiba dan tidak pernah diberitahukan sebelumnya. Orang-orang Kristen tidak perlu menghitung-hitung hari kedatangan-Nya itu, siapa pun tidak mungkin melakukannya. Perbedaan orang-orang Kristen beriman dari “yang lainnya” adalah orang-orang Kristen senantiasa siap menghadapi kedatangan Tuhan, kapanpun dan bagaimanapun caranya. Orang-beriman akan senantiasa siap menghadapi panggilan dan kedatangan Tuhan, dan tetap konsisten berjanji melakukan yang terbaik di dalam hidupnya.
Sepanjang masa, gereja menghadapi para pengajar sesat yang berupaya menaklukkan jemaat dan membawa mereka keluar dari gereja. Sering terjadi cara dan metode para pengajar sesat itu lebih menarik dari cara gereja yang sudah mapan (gereja mainstream). Hedonisme, materialisme, libertinisme, synkritisme, dan sebagainya semakin berkembang dan mudah mendapat tempat di tengah-tengah masyarakat modern. Semakin banyak manusia yang tidak takut terhadap hukuman Tuhan. Mereka mengatakan, hukuman Tuhan itu hanya peringatan isapan jempol yang menakut-nakuti manusia. Katanya, hukuman itu tidak perlu dihiraukan. Sebaliknya mereka mengajak manusia untuk menikmati kehidupan dunia modern ini sesuka hati masing, hidup berfoya-foya sebab kesempatan hidup tidak akan datang dua kali. Mereka tidak mau perduli kepada ajaran surga dan neraka, sebab bagi mereka surga itu adalah kenikmatan saja.
Kita melihat betapa banyak orang yang terjebak dengan ajaran sesat ini. Banyak dari antara umat manusia (termasuk anggota gereja) yang sudah terperangkap dalam jerat kenikmatan sesaat antara lain: ketergantungan kepada obat-obat terlarang, seks bebas, dan sebagainya. Banyak dari antara mereka yang sudah terperangkap dan terjerumus ke dalam lumpur dosa itu kemudian hari menyesal, tetapi penyesalannya sudah terlambat. Kita bisa membaca di dalam media semakin banyak orang yang mengidap penyakit HIV/AIDs, penyakit yang tidak mungkin diobati. Anehnya, penyakit yang sudah mendunia ini semakin meraja lela dan tidak ditakuti oleh banyak orang, lupa kepada akibat yang ditimbulkannya. Mata manusia telah gelap oleh kenikmatan sesaat itu.
Nas ini mengingatkan manusia (kita) tentang kedatangan Tuhan. Makna kedatangan Tuhan bagi kita bukan hanya menyangkut hari kiamat yang kita tidak tahu kapan akan terjadi tetapi juga berkaitan dengan kedatangan-Nya untuk memanggil kita dari dunia ini menghadap Allah Bapa di surga. Kapan dia memanggil seseorang tidak ada yang tahu. Oleh sebab itu, sebagai orang beriman kita harus berjaga-jaga, mempergunakan waktu yang diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya melakukan yang baik dan berguna untuk sesama dan dunia. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa keselamatan kekal telah dikerjakan Kristus untuk kita dan telah dianugerahkan-Nya. Namun, Iblis tidak akan pernah berhenti menggoda kita agar menanggalkan mahkota keselamatan itu. Maka, berjaga-jagalah, waspadalah, dan tetap berdoa. Tuhan memberkati kita semua.



Pdt.Dr.Jamilin Sirait

Bacaan Minggu 21 Juni 2009: Mazmur 107 : 33 - 43

SIKECIL YANG INDAH

Para ahli berpendapat bahwa Mazmur ini adalah mengenai kembalinya bangsa Israel dari pembuangan Babel. Sementara itu orang bijak mengatakan bahwa Mazmur ini adalah renungan tentang nasib kehidupan Israel yang dikembalikan Tuhan.
Orang yang dalam pembuangan atau pengungsian pasti mengalami berbagai penderitaan karena adanya tekanan dan penindasan dari penguasa. Juga karena adanya kekurangan pangan dan kemiskinan. Karena berbagai penyakit dan gangguan kejiwaan atau stress. Namun demikian, kesadaran umat Tuhan, sekembalinya ke Tanah Perjanjian tidak lupa untuk mengucapkan syukur. Ucapan syukur itu disampaikan karena pertolongan Tuhan, khusunya karena telah terlepas dari penderitaan selama pembuangan, dan juga karena mendapat bimbingan dalam perjalanan. Mereka juga bersyukur karena diizinkan Tuhan menduduki kembali Tanah Perjanjian.
Sayang sekali ketika mereka masuk ke negeri Perjanjian itu mereka mendapati penduduk asli yang jahat, sehingga Tuhan telah menghukum mereka dengan membuat sungai-sungai menjadi padang gurun, tanah subur menjadi padang asin, dan pancaran- pancaran air menjadi tanah gersang. Tetapi masuknya kembali bangsa Israel, Tuhan berkehendak untuk mengubah kondisi Tanah Perjanjian itu menjadi tanah yang elok. Kita tahu bahwa Tanah Perjanjian adalah bagian dari rencana Tuhan bagi umat-Nya. Umat Tuhan itu memang harus bekerja keras untuk mengubah nasib mereka. Alam yang mereka hadapi adalah alam liar yang tandus dan gersang. Oleh karenanya mereka berusaha untuk menjadikannya tanah yang subur agar dapat menghasilkan. Padang belantara mereka ciptakan menjadi kota yang dapat didiami dengan nyaman. Orang-orang lapar mereka perhatikan untuk dapat menikmati kehidupan yang layak. Tanah yang telah menjadi subur mereka jadikan kebun anggur. Tanah gersang menjadi padang rumput bagi ternak mereka, sehingga hewan peliharaan mereka semakin bertambah banyak. Pertambahan penduduk pun semakin pesat. Bangsa Israel adalah bangsa yang kecil jumlahnya bila disbanding dengan bangsa lain di sekitarnya. Oleh sebab itu dalam pemandangan Tuhan bangsa itu disebut orang sebagai Si Kecil Yang Indah. Itulah berkat Tuhan atas iman mereka. Namun demikian tidak semua orang Israel merasa puas dengan keadaan mereka saat itu. Orang-orang yang kurang iman membuat ulah dengan menimbulkan kerusuhan. Para pemimpin mereka hinakan sehingga kehilangan muka. Banyak yang melarikan diri dan tersesat di jalan (ay.40). Mereka juga menimbulkan pemberontakan sehingga banyak yang mati. Banyak pula yang kelaparan dan menderita sakit atas ulah mereka sendiri. Datang pula hukuman Tuhan dengan krisis ekonomi. Akhirnya mereka insyaf bahwa penderitaan yang mereka alami adalah cara Tuhan menegur mereka, maka mereka kembali kepada Tuhan dan Tuhan memberi hikmat atas mereka. Lalu mereka berpegang pada kebenaran Tuhan. Tuhan juga memperhatikan mereka dengan segala kemurahan-Nya.
Apakah kita pernah merasakan teguran Tuhan? Bagaimanakah respon kita terhadap teguran itu?
Memang respon kita bisa bermacam-macam. Ada yang mengatakan bahwa teguran Tuhan memang merupakan rencana Tuhan untuk mendisiplinkan umat-Nya, agar insyaf bahwa Tuhan dengan tindakan-Nya itu menaruh belas kasihan. Orang yang rela menerima teguran Tuhan dan menyadari bahwa atas kesalahannya itu Tuhan menghukumnya. Bila hukuman itu diterima secara iman, maka pastilah Tuhan akan mengembalikan dia ke jalan kebenaran, sehingga ia hidup di jalan Tuhan. Tetapi bagi mereka yang tidak mengakui teguran Tuhan sebagai tindakan disiplin, tidak akan pernah merasakan belas kasih Tuhan yang nyata (Ibr.12:8). Yang harus kita renungkan adalah bahwa tindakan Tuhan dalam mendisiplinkan kita selalu mengambil dasar atas kesalahan atau dosa kita. Bagaikan seorang ayah yang menghajar anaknya agar menjadi penurut dan tidak berbuat kesalahan lagi. Tetapi ada juga maksud Tuhan yang lain, bahwa tindakan disiplin itu tidak didasarkan atas kesalahan melainkan atas dasar upaya mendidik kita menuju kepada iman yang kuat. Oleh karenanya tindakan Tuhan kadang sangat menyakitkan, namun bila kita renungkan ulang kita akan menemukan berkat yang indah dari padanya.
Tuhan memang sering mempergunakan masa-masa yang sulit kita untuk menyatakan teguran-Nya. Melalui sulitnya kita mencari nafkah, sulitnya kita mendapat kesembuhan dari suatu penyakit, sulitnya kita menemukan pasangan hidup, sulitnya kita menemukan kebahagiaan rumah tangga. Semua kesulitan itu merupakan teguran. Semua teguran itu mengajak kita untuk bertahan dalam iman. Maka nanti belakangan kita akan tahu bahwa Tuhan telah membangun pengharapan di dalam hidup kita. Pengharapan itu akan menuju ke sesuatu yang indah. Bahwa Ia akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pkh.3:11). Misalnya, kesulitan ekonomi atau krisis pangan dalam keluarga kita, kenyataannya oleh ketahanan iman, setelah kita berhemat dan menerapkan sistem ekonomi yang benar, maka kita dapat menemukan kemudahan-kemudahan dan kelimpahan. Kemudian kita bersorak “Bravo! Tuhan memang Pemurah. Amin”.
Melalui Mazmur bacaan kita hari ini, maka kita tahu bahwa Tuhan menyatakan kuasanya atas alam semesta, yakni melalui sungai-sungai, padang gurun, tanah tandus, pancaran-pancaran air, kebun buah- buahan, hujan dan panas. Semuanya itu dinyatakan kepada bangsa Israel untuk dikerjakan dan diusahakan agar mendatangkan rejeki bagi mereka. Oleh karenanya kedatangan kembali bangsa Israel ke Tanah Perjanjian itu tidak perlu merasa takut kekurangan atau kemiskinan, sebab Tuhan telah menyediakan alam untuk menjadi berkat bagi mereka.
Terkadang kita merasa takut tidak kebagian rejeki. Takut tidak dapat makan. Takut tidak memperoleh nafkah. Padahal Tuhan telah menyediakan begitu banyak lahan dalam berbagai bidang: pertanian, industri, seni dan budaya. Mata kita kadang tertutup tidak melihat peluang yang tersedia itu. Rama seorang tuna netra sejak lahir, dia belajar komputer sejak kecil, sehingga mampu menciptakan komputer bersuara. Akhirnya mampu menulis buku yang berjudul, “Amazing Blind”. Kemampuannya itu dia dapatkan dengan belajar keras; mula-mula belajar mengenal huruf Braille, kemudian huruf Latin. Belajar pula menangkap pengertian berbagai bahasa, sehingga mampu berbahasa Inggris dengan baik, baik pasif maupun aktif. Peluang itulah yang tidak dia sia-siakan untuk bertahan hidup kecukupan dan bahkan bahkan tenar sebagai tuna netra yang berhasil.
Tuhan memiliki rencana yang indah buat umat pilihan-Nya, termasuk kita (Rm. 11:25), agar kita tidak akan pernah kekurangan. Karenanya Tuhan telah menyediakan banyak peluang. Tinggal kita bisa melihat peluang itu atau tidak. Jika kita melihat peluang itu Tuhan itu juga menyediakan berkat bagi yang mau bekerja keras. Kadang peluang itu kita anggap terlalu kecil, jika dikerjakan hasilnya pun kecil, makanya cara mengerjakannya pun kecil-kecilan saja. Benar-benar bila seseorang menganggap segala sesuatu itu kecil, hasilnya kecil, maka dia sendiri akan tetap selalu kecil dan tidak akan menjadi orang besar.
Kita orang Kristen jumlahnya sedikit. Orang menyebut kita sebagai golongan minoritas. Tetapi jangan lupa bahwa Tuhan memandang kita sebagai “Si Kecil yang Indah”, sebab kita dimiliki dan memiliki ‘Permata yang Indah’ yaitu Yesus Kristus. Kita yakin, sebagai anak Tuhan tidak perlu merasa kecil hati terhadap umat lain. Dalam hal ini bangsa Israel telah mebuktikan, meskipun kecil namun Tuhan memakainya untuk menjadi kebesaran nama-Nya. Ilustrasi berikut semoga menjadi gambaran yang ideal tentang berkat Tuhan.
Seorang bayi mungil digendong oleh ibunya, ditutup kain selimut sehingga tidak nampak mukanya. Nama bayi itu Sumini. Su artinya Indah. Mini artinya kecil. Si Kecil yang Indah. Ketika seorang ibu tetangga membuka selimut penutup muka Sumini, ibu itu terbelalak dan terdiam. Ibu Sumini hanya tersenyum. Ibu yang lain ketika melihat Sumini segera berteriak menyebut nama Tuhan, “Oh Tuhan, ampunilah dosaku”. Ibu Sumini tetap tersenyum. Rupanya Sumini adalah penyandang cacat bibir sumbing hingga langit-langitnya kelihatan.
Sumini rupanya anak bongsor, cepat menjadi besar. Banyak orang mencibir Sumini dan orang tuanya. Ada yang mengejek, mengolok-olok dengan mengatakan, “Dia kuwalat, makanya sekarang kena tulah”. Ibu Sumini hanya diam dan tersenyum. Hingga pada suatu hari ada pengumuman dari Dinas Kesehatan Kota bahwa akan ada operasi bibir sumbing gratis. Ibu Sumini sebagai pendaftar yang pertama. Pendek kata, Sumini berhasil dioperasi sangat sempurna. Sekarang Sumini menjadi gadis cantik yang ceria dan pintar. Dia rajin belajar hingga berhasil lulus dari Fakultas Kedokteran. Sekarang dr. Sumini membuka praktek di kampungnya dan disegani banyak orang. Orang- orang yang dulu mencibir, mengejek dan mengolok-olok pada berdatangan meminta maaf. Ada pula yang membawa anak untuk berobat kepadanya. Bahkan ada anak tetangga yang lahir tanpa daun telinga, Sumini mengusahakan daun telinga cangkokan secara gratis pula. Dr. Sumini “si Kecil yang Indah” benar-benar indah di mata Tuhan dan di mata banyak orang. Rupanya bagi orang yang berserah berkat Tuhan tidak pernah mengecewakan dan tidak pernah disangka orang. Berbuat kebaikan kepada semua orang tidak ada ruginya, meskipun kecil, percayalah bahwa akan menjadi “Si Kecil yang Indah”.




Pdt. Widyantoro,STh. M.Div

Bacaan Minggu 21 Juni 2009: Mazmur 107 : 33 - 43

SIKECIL YANG INDAH

Para ahli berpendapat bahwa Mazmur ini adalah mengenai kembalinya bangsa Israel dari pembuangan Babel. Sementara itu orang bijak mengatakan bahwa Mazmur ini adalah renungan tentang nasib kehidupan Israel yang dikembalikan Tuhan.
Orang yang dalam pembuangan atau pengungsian pasti mengalami berbagai penderitaan karena adanya tekanan dan penindasan dari penguasa. Juga karena adanya kekurangan pangan dan kemiskinan. Karena berbagai penyakit dan gangguan kejiwaan atau stress. Namun demikian, kesadaran umat Tuhan, sekembalinya ke Tanah Perjanjian tidak lupa untuk mengucapkan syukur. Ucapan syukur itu disampaikan karena pertolongan Tuhan, khusunya karena telah terlepas dari penderitaan selama pembuangan, dan juga karena mendapat bimbingan dalam perjalanan. Mereka juga bersyukur karena diizinkan Tuhan menduduki kembali Tanah Perjanjian.
Sayang sekali ketika mereka masuk ke negeri Perjanjian itu mereka mendapati penduduk asli yang jahat, sehingga Tuhan telah menghukum mereka dengan membuat sungai-sungai menjadi padang gurun, tanah subur menjadi padang asin, dan pancaran- pancaran air menjadi tanah gersang. Tetapi masuknya kembali bangsa Israel, Tuhan berkehendak untuk mengubah kondisi Tanah Perjanjian itu menjadi tanah yang elok. Kita tahu bahwa Tanah Perjanjian adalah bagian dari rencana Tuhan bagi umat-Nya. Umat Tuhan itu memang harus bekerja keras untuk mengubah nasib mereka. Alam yang mereka hadapi adalah alam liar yang tandus dan gersang. Oleh karenanya mereka berusaha untuk menjadikannya tanah yang subur agar dapat menghasilkan. Padang belantara mereka ciptakan menjadi kota yang dapat didiami dengan nyaman. Orang-orang lapar mereka perhatikan untuk dapat menikmati kehidupan yang layak. Tanah yang telah menjadi subur mereka jadikan kebun anggur. Tanah gersang menjadi padang rumput bagi ternak mereka, sehingga hewan peliharaan mereka semakin bertambah banyak. Pertambahan penduduk pun semakin pesat. Bangsa Israel adalah bangsa yang kecil jumlahnya bila disbanding dengan bangsa lain di sekitarnya. Oleh sebab itu dalam pemandangan Tuhan bangsa itu disebut orang sebagai Si Kecil Yang Indah. Itulah berkat Tuhan atas iman mereka. Namun demikian tidak semua orang Israel merasa puas dengan keadaan mereka saat itu. Orang-orang yang kurang iman membuat ulah dengan menimbulkan kerusuhan. Para pemimpin mereka hinakan sehingga kehilangan muka. Banyak yang melarikan diri dan tersesat di jalan (ay.40). Mereka juga menimbulkan pemberontakan sehingga banyak yang mati. Banyak pula yang kelaparan dan menderita sakit atas ulah mereka sendiri. Datang pula hukuman Tuhan dengan krisis ekonomi. Akhirnya mereka insyaf bahwa penderitaan yang mereka alami adalah cara Tuhan menegur mereka, maka mereka kembali kepada Tuhan dan Tuhan memberi hikmat atas mereka. Lalu mereka berpegang pada kebenaran Tuhan. Tuhan juga memperhatikan mereka dengan segala kemurahan-Nya.
Apakah kita pernah merasakan teguran Tuhan? Bagaimanakah respon kita terhadap teguran itu?
Memang respon kita bisa bermacam-macam. Ada yang mengatakan bahwa teguran Tuhan memang merupakan rencana Tuhan untuk mendisiplinkan umat-Nya, agar insyaf bahwa Tuhan dengan tindakan-Nya itu menaruh belas kasihan. Orang yang rela menerima teguran Tuhan dan menyadari bahwa atas kesalahannya itu Tuhan menghukumnya. Bila hukuman itu diterima secara iman, maka pastilah Tuhan akan mengembalikan dia ke jalan kebenaran, sehingga ia hidup di jalan Tuhan. Tetapi bagi mereka yang tidak mengakui teguran Tuhan sebagai tindakan disiplin, tidak akan pernah merasakan belas kasih Tuhan yang nyata (Ibr.12:8). Yang harus kita renungkan adalah bahwa tindakan Tuhan dalam mendisiplinkan kita selalu mengambil dasar atas kesalahan atau dosa kita. Bagaikan seorang ayah yang menghajar anaknya agar menjadi penurut dan tidak berbuat kesalahan lagi. Tetapi ada juga maksud Tuhan yang lain, bahwa tindakan disiplin itu tidak didasarkan atas kesalahan melainkan atas dasar upaya mendidik kita menuju kepada iman yang kuat. Oleh karenanya tindakan Tuhan kadang sangat menyakitkan, namun bila kita renungkan ulang kita akan menemukan berkat yang indah dari padanya.
Tuhan memang sering mempergunakan masa-masa yang sulit kita untuk menyatakan teguran-Nya. Melalui sulitnya kita mencari nafkah, sulitnya kita mendapat kesembuhan dari suatu penyakit, sulitnya kita menemukan pasangan hidup, sulitnya kita menemukan kebahagiaan rumah tangga. Semua kesulitan itu merupakan teguran. Semua teguran itu mengajak kita untuk bertahan dalam iman. Maka nanti belakangan kita akan tahu bahwa Tuhan telah membangun pengharapan di dalam hidup kita. Pengharapan itu akan menuju ke sesuatu yang indah. Bahwa Ia akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pkh.3:11). Misalnya, kesulitan ekonomi atau krisis pangan dalam keluarga kita, kenyataannya oleh ketahanan iman, setelah kita berhemat dan menerapkan sistem ekonomi yang benar, maka kita dapat menemukan kemudahan-kemudahan dan kelimpahan. Kemudian kita bersorak “Bravo! Tuhan memang Pemurah. Amin”.
Melalui Mazmur bacaan kita hari ini, maka kita tahu bahwa Tuhan menyatakan kuasanya atas alam semesta, yakni melalui sungai-sungai, padang gurun, tanah tandus, pancaran-pancaran air, kebun buah- buahan, hujan dan panas. Semuanya itu dinyatakan kepada bangsa Israel untuk dikerjakan dan diusahakan agar mendatangkan rejeki bagi mereka. Oleh karenanya kedatangan kembali bangsa Israel ke Tanah Perjanjian itu tidak perlu merasa takut kekurangan atau kemiskinan, sebab Tuhan telah menyediakan alam untuk menjadi berkat bagi mereka.
Terkadang kita merasa takut tidak kebagian rejeki. Takut tidak dapat makan. Takut tidak memperoleh nafkah. Padahal Tuhan telah menyediakan begitu banyak lahan dalam berbagai bidang: pertanian, industri, seni dan budaya. Mata kita kadang tertutup tidak melihat peluang yang tersedia itu. Rama seorang tuna netra sejak lahir, dia belajar komputer sejak kecil, sehingga mampu menciptakan komputer bersuara. Akhirnya mampu menulis buku yang berjudul, “Amazing Blind”. Kemampuannya itu dia dapatkan dengan belajar keras; mula-mula belajar mengenal huruf Braille, kemudian huruf Latin. Belajar pula menangkap pengertian berbagai bahasa, sehingga mampu berbahasa Inggris dengan baik, baik pasif maupun aktif. Peluang itulah yang tidak dia sia-siakan untuk bertahan hidup kecukupan dan bahkan bahkan tenar sebagai tuna netra yang berhasil.
Tuhan memiliki rencana yang indah buat umat pilihan-Nya, termasuk kita (Rm. 11:25), agar kita tidak akan pernah kekurangan. Karenanya Tuhan telah menyediakan banyak peluang. Tinggal kita bisa melihat peluang itu atau tidak. Jika kita melihat peluang itu Tuhan itu juga menyediakan berkat bagi yang mau bekerja keras. Kadang peluang itu kita anggap terlalu kecil, jika dikerjakan hasilnya pun kecil, makanya cara mengerjakannya pun kecil-kecilan saja. Benar-benar bila seseorang menganggap segala sesuatu itu kecil, hasilnya kecil, maka dia sendiri akan tetap selalu kecil dan tidak akan menjadi orang besar.
Kita orang Kristen jumlahnya sedikit. Orang menyebut kita sebagai golongan minoritas. Tetapi jangan lupa bahwa Tuhan memandang kita sebagai “Si Kecil yang Indah”, sebab kita dimiliki dan memiliki ‘Permata yang Indah’ yaitu Yesus Kristus. Kita yakin, sebagai anak Tuhan tidak perlu merasa kecil hati terhadap umat lain. Dalam hal ini bangsa Israel telah mebuktikan, meskipun kecil namun Tuhan memakainya untuk menjadi kebesaran nama-Nya. Ilustrasi berikut semoga menjadi gambaran yang ideal tentang berkat Tuhan.
Seorang bayi mungil digendong oleh ibunya, ditutup kain selimut sehingga tidak nampak mukanya. Nama bayi itu Sumini. Su artinya Indah. Mini artinya kecil. Si Kecil yang Indah. Ketika seorang ibu tetangga membuka selimut penutup muka Sumini, ibu itu terbelalak dan terdiam. Ibu Sumini hanya tersenyum. Ibu yang lain ketika melihat Sumini segera berteriak menyebut nama Tuhan, “Oh Tuhan, ampunilah dosaku”. Ibu Sumini tetap tersenyum. Rupanya Sumini adalah penyandang cacat bibir sumbing hingga langit-langitnya kelihatan.
Sumini rupanya anak bongsor, cepat menjadi besar. Banyak orang mencibir Sumini dan orang tuanya. Ada yang mengejek, mengolok-olok dengan mengatakan, “Dia kuwalat, makanya sekarang kena tulah”. Ibu Sumini hanya diam dan tersenyum. Hingga pada suatu hari ada pengumuman dari Dinas Kesehatan Kota bahwa akan ada operasi bibir sumbing gratis. Ibu Sumini sebagai pendaftar yang pertama. Pendek kata, Sumini berhasil dioperasi sangat sempurna. Sekarang Sumini menjadi gadis cantik yang ceria dan pintar. Dia rajin belajar hingga berhasil lulus dari Fakultas Kedokteran. Sekarang dr. Sumini membuka praktek di kampungnya dan disegani banyak orang. Orang- orang yang dulu mencibir, mengejek dan mengolok-olok pada berdatangan meminta maaf. Ada pula yang membawa anak untuk berobat kepadanya. Bahkan ada anak tetangga yang lahir tanpa daun telinga, Sumini mengusahakan daun telinga cangkokan secara gratis pula. Dr. Sumini “si Kecil yang Indah” benar-benar indah di mata Tuhan dan di mata banyak orang. Rupanya bagi orang yang berserah berkat Tuhan tidak pernah mengecewakan dan tidak pernah disangka orang. Berbuat kebaikan kepada semua orang tidak ada ruginya, meskipun kecil, percayalah bahwa akan menjadi “Si Kecil yang Indah”.




Pdt. Widyantoro,STh. M.Div