“JANGAN JEMU-JEMU BERBUAT BAIK”
________________________________________
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:9)
Sudah terlalu sering dan kerap kita mendengar kata-kata "berbuat baik", atau juga di dalam ibadah gereja, sering kali kata - kata "berbuat baik” ini dilontarkan.
Memang kita sebagai orang percaya, kita dianjurkan untuk berbuat kebaikan kepada sesama kita sesuai dengan firman Tuhan yang berkata "Kasihilah sesamamu manusia," di dalam kehidupan kita setiap harinya, sering kali kita kurang atau bahkan tidak pernah sama sekali melakukan apa yang di sebut "berbuat baik". Atau terkadang kita berbuat baik hanya untuk orang- orang yang kita kenal dan kita kasihi saja, juga untuk orang-orang yang kita anggap senasib, seagama, serumpun, sedaerah, semarga, dan lain-lainnya.
Ada satu kisah tentang tokoh terkenal yang melakukan Firman Tuhan dengan nyata / riil yaitu Ibu Theresia. Dia memberikan seluruh hidupnya untuk pelayanan di Negara India wilayah Calcuta.
Ibu Theresia, dilahirkan dengan nama Agnes Gonxha Bojaxhiu pada tahun 1910 di Negara Yugoslavia. Pada tahun 1928 ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawati dan mendapat tugas untuk bergabung dengan suster2 di Loreto Dublin Irlandia, setelah itu ia bertugas ke biara Lotto di Darjeeling
India. Pada tahun 1929 ia mulai mengajar ilmu
geografi di SMU Saint Mary bagi gadis2 di
Calcuta.
Di masa itu kota Calcuta, jalan-jalan penuh sesak
dengan pengemis, orang kusta, tunawisma dan
yang paling menyentuh hati Ibu Theresia adalah
bayi-bayi yang di telantarkan begitu saja di jalan-
jalan, bahkan di tempat-tempat yang kotor dan bau
seperti tempat sampah.
Sejak saat itu hatinya terusik melihat keadaan kota Calcuta yang sedemikian parahnya, tanpa ada yang peduli dan merasa kasihan melihat nasib mereka yang terlantar itu.
Maka ia memutuskan keluar dari SMA tersebut dan sepenuh hati dan waktu juga tenaga untuk membantu masyarakat yang begitu memprihatinkan. Usaha Ibu Theresia ini juga mendapat dukungan dari mantan murid2 SMA tersebut dan mereka juga sepenuh hati membantu dalam dana dan tenaga. Setiap orang yang mau bergabung dengan Ibu Theresia ini di tuntut untuk mengabdikan hidupnya bagi pelayanan orang miskin tanpa menerima upah dalam bentuk apapun juga.
Suatu ketika saat Ibu Theresia pulang bersama rekan2nya di malam hari, mereka menemukan 4 orang yang keadaannya luka parah, dan salah seorang dari mereka kondisinya sangat parah di banding yang lain.
Ibu Theresia berkata, "Rawatlah 3 orang lainnya, biarkan saya sendiri yang merawat yang terluka parah ini". Ibu Theresia melakukan segala cara dengan penuh kasih dan senyum untuk mengobatinya, tiba-tiba orang yang kondisinya sangat parah ini menggenggam tangan ibu Theresia sambil berkata, " Ibu....terima....kasih," kemudian orang itu meninggal.
Kisah lain juga menceritakan suatu kali Ibu Theresia dan suster2 lain mengangkat seorang laki2 dari selokan, kondisi badannya setengah membusuk dan di penuhi oleh ulat-ulat. Hati Ibu Theresia, sangat tergugah dengan keadaannya, bahkan orang ini pun di rawat sendiri oleh Ibu Theresia dengan kasih sayang.
Hingga suatu hari saat orang ini sedang di rawat,
orang ini berkata kepada Ibu Theresia, "Ibu hari ini
aku akan mati sebagai seorang malaikat, bukan
sebagai gelandangan, terima kasih ibu, aku
melihat kasih Yesus ada dalammu" dan orang
itu pun langsung meninggal dalam dekapan Ibu
Theresia.
Kisah tadi menunjukkan bahwa kasih itu universal, artinya kasih itu tanpa harus membedakan ras, suku, agama, dan lain-lainnya. Bahkan hampir 99% orang-orang yang di bantu, di rawat, di sembuhkan Ibu Theresia itu dari golongan hindu, islam dan syiah.
000
Salah satu dari sepuluh hukum Torat adalah kuduskanlah hari Sabat. Hari Sabat adalah hari Perhentian bagi Tuhan. Semua orang Israel harus istirahat, dan memberikan waktu untuk Tuhan, berhenti mencari nafkah, dari enam hari kerja atau berlelah. Tetapi pada zaman Tuhan Yesus, orang Yahudi mempersempit makna hari Sabat, dengan men-”tuhan”kan hari Sabat. Begitu ekstrim sehingga orang-orang Farisi dan ahli-ahli Torat mengkritik Yesus karena menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Tetapi terhadap kritikan itu Yesus berbalik bertanya kepada mereka, ‘apabila kambing dombamu masuk lobang pada hari Sabat, apakah kamu tidak mengangkatnya, atau ada yang mau sakit dan butuh kesembuhan apakah tidak perlu diobati? Orang Farisi terdiam karena menyembuhkan adalah suatu perbuatan baik. Yesus memberikan satu pelajaran bahwa untuk berbuat baik tidak ada batas waktu. Memang hari ketujuh Tuhan tetapkan sebagai hari berhenti bekerja supaya manusia tahu beristirahat. Tetapi dalam soal kebaikan, dalam soal hal-hal yang rohani, Tuhan berkata jangan jemu-jemu berbuat baik. Perbuatan baik tidak mengenal istirahat.
Dalam ayat di atas Tuhan melarang kita untuk tidak jemu-jemu (tidak bosan-bosan) berbuat baik. Jika berbuat baik, kita akan menuai bila kita tidak menjadi lemah. Iblis selalu berusaha melemahkankan kita supaya kita berhenti berbuat baik dan tidak terus-menerus (continue) berbuat baik. Tetapi Firman Tuhan menganjurkan selama masih ada kesempatan (peluang) marilah kita berbuat baik kepada semua orang tetapi terutama kepada kawan-kawan seiman.
Kita semua diselamatkan bukan karena perbuatan baik. Kita diselamatkan karena augerah, karunia, pemberian Tuhan. Keselamatan itu tidak bisa dibeli dengan uang, dengan kebaikan, dll. Keselamatan bukan karena korban-korban kita, justru keselamatan terjadi karena Yesus telah berkorban untuk kita di salib Golgota. Tetapi kemudian setelah kita percaya kepada Yesus, setelah kita bertobat, maka iman kita harus disertai dengan perbuatan baik. Surat Yakobus berkata IMAN TANPA PERBUATAN ADALAH NOL.
Ada tiga perbuatan baik yang harus kita lakukan supaya iman kita bertumbuh :
1. PERBUATAN BAIK DENGAN KORBAN-KORBAN (Ibrani 13:15-16)
Senantiasa (anytime) kita harus mempersembahkan korban syukur kepada Allah. Bagaimana kita mempersembahkan korban syukur kepada Allah? Dengan ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dari mulut kita harus selalu keluar pujian syukur kepada Tuhan. Walaupun mungkin kita mengalami tekanan, penyakit, kesusahan, tetapi justru dalam situasi yang demikian kita harus menaikkan pujian syukur kepada Tuhan supaya Tuhan campur tangan.
Firman Allah ini juga mengingatkan kita untuk jangan lupa berbuat baik memberikan bantuan. Banyak orang Kristen gampang untuk memuji Tuhan tetapi sulit untuk berkorban. Orang percaya harus belajar untuk memberikan korban-korban; korban untuk pekerjaaan Tuhan, korban untuk pembangunan gereja, korban untuk keperluan para hamba Tuhan, korban untuk pelayanan misi, korban untuk janda-janda dan yatim piatu, korban untuk penginjilan, dll. Korban-korban itu merupakan perbuatan baik kita.
2. PERBUATAN BAIK DENGAN PERKATAAN-PERKATAAN YANG PENUH BERKAT KEPADA ORANG LUAR (Kolose 4:5-6)
“….Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar….”. Ini adalah satu perbuatan baik melalui ucapan kita kepada orang lain. Setiap perkataan kita harus bisa memberikan kesaksian dan menjadi berkat bagi orang lain. Kalau terjadi bencana alam, apa kata-kata kita. Kalau percobaan datang, apa kata-kata kita. Perkataan orang Kristen harus membangun, harus memberikan berkat. Efesus 4:29, 5:6. Kata-kata kita jangan yang kosong tetapi kata-kata yang bermanfaat dan bisa menguatkan orang lain. Misalnya dengan kita memberi informasi kepada orang yang bertanya karena tidak tahu jalan, itu telah memberikan bantuan bagi orang yang memerlukannya. Penting sekali kita belajar memberkati orang luar dengan perkataan kita.
3. PERBUATAN BAIK DENGAN BERSAKSI (Matius 5:14-16; Yesaya 60:1-3)
Tuhan Yesus memberikan penugasan kepada semua orang yang percaya untuk menjadi terang dunia. Menjadi terang dunia dengan perbuatan-perbuatan yang baik sehingga orang memuliakan Tuhan. Apabila gereja bangkit dan bangun menyatakan terangnya, maka orang-orang berduyun-duyun datang kepada terang itu. Kita musti bisa menjadi terang kepada tetangga kita, kepada suku lain, kepada orang di luar gereja kita. Terang ini adalah perbuatan baik kita menjangkau orang-orang luar yang belum memiliki terang. Nyatakan terangmu supaya orang lain dapat keluar dari kegelapan, di lingkungan kita, di kantor, di sekolah, di komunitas kita, dll.
Sudahkah kita berbuat baik kepada setiap orang seperti yang Tuhan perintahkan di dalam firmanNya berikut ini :
1. Galatia 6 : 9 "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah".
2. 2 Tesalonika 3 : 13 "Dan kamu, saudara- saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik".
3. Matius 22 : 39 "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".
4. Markus 12 : 31 "Dan hukum yang kedua ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama
dari pada kedua hukum ini."
5. Galatia 5 : 14 "Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
6. Yakobus 2: 8 "Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik." Dan bila seluruh isi Alkitab itu kita peras, maka akan keluar inti sarinya yaitu "KASIH" Mudah di katakan namun terkadang susah di laksanakan, tapi saya berharap kita bisa dan mau memulai untuk berbuat baik kepada siapapun juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar