“KERUKUNAN: HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN ORANG YANG BERBEDA PANDANGAN/ORIENTASI HIDUP”
Pengantar.
Ayat-ayat yang ditentukan menjadi epistel ini nampaknya mau mengungkapkan satu teologi yang bukan berdasarkan nas yang tertulis dalam Alkitab. Sebab menurut Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) Galatia 4 itu terdiri dari tiga nas (kelompok ayat berdasarkan isi):
1. Ayat 1 – 11 berisi penjelasan bahwa tidak ada lagi perhambaan.
2. Ayat 12 – 20 berisi tentang penjelasan hubungan Rasul Paulus dengan jemaat Galatia.
3. Ayat 21 – 31 berisi tentang fungsi hukum Taurat yang ada di Perjanjian Lama bagi umat kristen (yang percaya kepada Yesus). Dalam hal ini Rasul Paulus mengambil contoh atau gambaran Hagar dan Sara dalam kehidupan Abraham.
Sehubungan dengan itu saya lebih dahulu memberi penjelasan tentang maksud nas ke tiga ini berdasarkan pembagian nas menurut LAI dan kemudian mencoba memberi penjelasan sesuai tema minggu “Kerukunan: Hidup berdampingan dengan orang yang berbeda pandangan/orientasi hidup”.
INJIL DAN HUKUM TAURAT
Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman (Gal.3:24).
Seorang anak remaja bertanya kepada pendeta: “Pak pendeta! Mengapa tidak kita lakukan semua yang tertulis dalam kitab ‘Musa’ yaitu tentang Hukum Taurat?” “Berilah contohnya!”, kata pendeta. “Sunat (Kej.34:22), pantang makan darah (Im.17:10-12), hari Sabat (Kel.20:8-11) dan masih banyak lagi”, kata remaja itu. Pendeta memberi penjelasan: “Tentang hal itu, Yesus pernah berkata: Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi (Yoh.13:34), di tempat lain, Yesus juga berkata bahwa bukan hal-hal yang lahiriah (harfiah) dalam hal melaksanakan hukum Taurat, tetapi lebih kepada yang rohani, yang dari perasaan seperti keadilan, kejujuran dan yang sejenisnya (bnd. Luk.11:37-52)”. Pertanyaan si remaja di atas juga menjadi masalah di jemaat Galatia setelah Rasul Paulus meninggalkan Galatia.
Salah satu masalah yang mau diselesaikan Rasul Paulus melalui surat Galatia ialah pendapat yang mengatakan bahwa “menjadi kristen yang benar harus melakukan Hukum Taurat secara murni dan konsekwen”. Pendapat ini datang dari orang-orang kristen Galatia yang berlatar-belakang Yudaisme (kejahudian; agama dan adat-istiadat Yahudi). (catatan: yang dimaksud dengan Hukum Taurat Yahudi ialah seluruh yang tertulis dalam kitab Kejadian sampai Ulangan. Kitab-kitab inilah yang disebut Kitab Taurat orang Yahudi). Rasul Paulus tidak setuju penggunaan hukum Taurat secara hurufiah, karena hukum Taurat tertulis adalah mematikan (bnd. 2Kor.3:6). Kita tidak bisa membayangkan seperti apa kekristenan seandainya mengikuti pendapat orang Kristen yang berlatar-belakang Yahudi itu.
Contoh yang dipakai Rasul Paulus untuk menjelaskan makna hukum Taurat ialah Hagar dan Sara, yang keduanya melahirkan anak bagi Abraham. Hukum Taurat tertulis adalah ibarat Hagar dan anak yang dia lahirkan Ismail, dan ‘hukum anugerah’ adalah ibarat Sara dan anaknya Ishak. Kedua-duanya adalah untuk Abraham. Ismail dan Ishak sama-sama anak Abraham, tetapi Ismail terusir dari Abraham (Kej.21:14). Hagar dan Ismail terusir dari keluarga Abraham setelah Sara melahirkan Ishak. Hagar dan Ismail berguna bagi Abraham sebelum Ishak lahir. Karena Hagar menyombongkan diri terhadap Sara maka dia dan Ismail diusir dari kehidupan Abraham. Inilah gambaran yang dibuat Paulus untuk menjelaskan hukum Taurat tertulis dengan Firman Tuhan di dalam Yesus Kristus.
Menurut Rasul Paulus bahwa hukum Taurat adalah penuntun (Batak: siparorot) (Gal.3:24). Yang dituntun (diparorot) biasanya adalah anak kecil usia di bawah satu tahun sampai dua tahun, biasa disebut ‘batita atau balita’ dimana pada saat si anak telah menanjak usia dua tahun ke atas dia tidak lagi dituntun untuk berjalan. Hukum Taurat sebagai ‘penuntun’ memberi arti bahwa pada satu saat yang dituntun akan bebas dari yang menuntun, yaitu ketika si anak telah dewasa. Gambaran itulah yang diberikan Rasul Paulus untuk menjelaskan fungsi hukum Taurat dalam sejarah bangsa Yahudi.
Keadaan dewasa yang dimaksudkan Rasul Paulus ialah ketika Yesus Kristus telah datang dan manusia telah menaruh percaya kepada-Nya. Rasul Paulus memberitakan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dimana Dia telah mengajar manusia untuk hidup sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Yesus mengajar murid-murid-Nya dan masyarakat banyak untuk menerima ‘perintah yang baru yaitu kasih (Yoh.13:34) agar manusia melakukan kasih terhadap Allah, terhadap sesamanya manusia dan terhadap seluruh yang diciptakan Allah.
KERUKUNAN
Hidup berdampingan dengan orang yang berbeda pandangan/orientasi hidup.
Nas di atas (Gal.4:22-28) adalah analisis Rasul Paulus tentang cerita Hagar, Sara dan Abraham yang tertulis dalam kitab Kejadian 16 dan 21. Dari kacamata kristiani, ada dua tindakan Abaraham yang salah dalam cerita Kejadian 16 dan 21:
1. Tindakan Abraham yang beristeri dua. Abraham memperisteri Hagar sebagai isteri kedua atas kekwatiran tidak punya keturunan lagi dari isteri pertama Sara. Rasul Paulus melarang beristeri dua (1 Tim.3:2, 12).
2. Tindakan Abraham yang mengusir Hagar dari rumahmya (Kej.21). Abraham mengusir Hagar karena dorongan Sara, dimana menurut Sara, Hagar menyakiti hatinya karena dia mandul (Kej. 21: 8-21). Rasul Paulus memaknai pengusiran Hagar itu sebagai cara untuk menjelaskan siapa anak “kedagingan” dan siapa anak “perjanjian”. Ismail anak Hagar adalah anak kedagingan dan Ishak anak Sara adalah anak perjanjian. Dari sudut pandang kekristenan hal “pengusiran” tersebut tidak dapat dibenarkan. Yesus pernah berkata: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat.5:44; Luk.6:27, 35).
Ajaran Yesus yang menyuruh para pengikutnya mengasihi musuh, adalah ajaran yang sangat revolusioner bagi mereka yang hidup dalam hukum atau adat-istiadat pembalasan. Kita tau bahwa dalam hukum atau adat-istiadat Yahudi berlaku hukum pembalasan. Tertulis: “... sebab berlaku: nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki (Ul.19:21; bd. Kel. 21:23).
Beberapa resep yang dapat ditawarkan agar orang yang berbeda pandangan/orientasi hidup dapat hidup berdampingan:
1. Menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa perbedaan yang terdapat dalam diri setiap orang, setiap suku bukanlah ciptaan manusia akan tetapi ciptaan Tuhan. Jadi, menerima perbedaan berarti mempercayai Tuhan sebagai Pencip dan Maha Kuasa.
2. Menerima perbedaan apa adanya.
3. Berusaha menemukan kesamaan, dan bukan sebaliknya.
4. Melaksanakan secara bersama-sama apa yang mungkin menjadi kebutuhan bersama seperti memerangi kemiskinan, kebodohan, pengrusakan lingkungan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar