Selasa, 23 Februari 2010

Bacaan Minggu Letare, 14 Maret 2010 : Masmur 115:9-15


Minggu Letare, 14 Maret 2010 Masmur 115:9-15


KEMULIAAN HANYA BAGI ALLAH



Pendahuluan

B
agaimana sebagai orang Kristen kita harus hidup di tengah-tengah masyarakat? Kita merenungkan Mazmur 115 ini yang mempunyai pokok permasalahan yang sama. Mazmur ini adalah suatu jawaban iman Israel sesudah pembuangan terhadap tantangan zaman: umat Israel hidup sebagai minoritas di tengah-tengah bangsa-bangsa besar yang berkuasa atasnya dan memandang hina TUHAN, Allah suku-suku yang dijajah itu. Jemaat tidak melarikan dari duni ini, bangsa Israel harus hidup sebagai umat Allah di tengah-tengah bangsa –bangsa lain yang ada di sekitarnya. Kalau kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus, kita harus menjadi “garam” yang mengasihi, menjadi “terang” yang menyinari, menjadi “ragi” yang mengkhamiri dunia atau masyarakat di mana kita hidup (Mat. 5:13-14). Rasul Paulus, dalam Roma 12:2, menulis, ”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini”. Maksudnya, jangan hanya ikut-ikutan dengan apa yang ada dalam masyarakat. Pegang teguh identitas dan integritas kita sebagai orang Kristen! Jangan lumer, jangan luntur, jangan aus oleh gesekan dan benturan dengan nilai-nilai dan roh-roh zaman yang ada di dalam masyarakat. Apakah betul gereja menggarami, menerangi, mengkhamiri masyarakat? Atau justru sebaliknya: digarami, bukan menggarami? Siapa mengatakan bahwa gontok-gontokan hanya ada di luar gereja? Atau korupsi, feodalisme, dan paternalisme? Apa borok yang ada di dalam masyarakat yang tidak menghinggapi juga orang-orang Kristen? Ini realitasnya! Idealnya, orang Kristen itu mesti menjadi villa di atas bukit. Indah dipandang. Pantas jadi teladan dan panutan semua orang. Tetapi realitasnya, tidak jarang kita ini hanya gubuk, yang kalau tidak lebih buruk paling sedikit juga tidak lebih baik daripada yang lain.


1. Hanya Allah yang berkuasa sedang dewa-dewa bangsa lain hanya buatan tangan manusia dan sama sekali tidak berdaya.

Jawaban bangsa Israel atas ejekan bangsa-bangsa lain yang berkata, ”Di mana Allah mereka?”(ayat 1-2). Israel menyatakan imannya bahwa hanya Allahnya yang berkuasa sedang dewa-dewa bangsa lain hanyalah buatan tangan manusia dan sama sekali tak berdaya (ay.3-8). Mereka berpendirian bahwa hanya Allah yang tampak dan menjamin kebesaran umat pujaannya yang punya arti. Jawaban orang Israel jelas: “Allah kita di surga” (bnd. Mzm. 2:4 dan 113:4). Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya (Mzm. 135:6). Tuhan bebas “mengasihi umat-Nya dengan sukarela (Hos. 14:5) dan “menghukumnya karena segala kesalahannya”(Am. 3:2). Allah orang Israel tidak dapat diperalat orang demi kepentingan mereka; Ia menentukan sendiri menurut kehendak-Nya dengan penuh kemerdekaan. Allah tidak bertindak sewenang-wenang, rancangan yang dijalankan-Nya demi kebaikan manusia melebihi daya paham orang-orang itu (Yes. 55:9).Di zaman modern ini, apakah masih ada yang menyembah patung berhala? Tentu praktik penyembahan berhala ini dengan amt tegas dan jelas,”Jangan membuat bagimu patung…Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu” Jelas. Tegas. Tandas. Ya, kita tak melakukannya. Bahkan ada yang begitu ekstremnya, sampai-sampai patung hiasan yang tak bersalah apa-apa mesti dibakar musnah. Namun kita waspadai, prktik penyembahan berhala itu muncul dalam bentuk lain yang lebih berbahaya, karena sering tak kentara. Terselubung rapi bukan di dalam sebuah kantong kian atau patung, tetapi justru di balik kesalehan dan ketaatan beragama kita. Orang-orang yang menyembah berhala itu, memperlakukan ilahnya sebagai milik pribadinya. Dimasukkan dan dikeluarkan dari kantong, kapan saja sesuai dengan keperluannya. Kita juga kadang-kadang tergoda melakukan hal yang sama? Memperlakukan Allah sebagai milik pribadi, dan bukan kita yang dimiliki-Nya? Allah kita ciptakan menurut gambar kita, bukan kita yang diciptakan menurut gambar Allah. Sebab itu, Allahlah yang mesti menyesuaikan diri dengan konsep-konsepsi kita, dengan keinginan-keinginan kita. Bukan sebaliknya. Ia yang mesti melayani kita. Bukan sebaliknya. Kita lupa bahwa Allah tak pernah mungkin kita atur sekehendak kita.”Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukan jalan-Ku, demikian firman Tuhan.”(Yes.55:8).

2. Percayalah kepada Tuhan - Dia pertolongan mereka dan perisai mereka

Berturut-turut umat Israel seluruhnya, para imam keturunan Harun dan orang-orang yang takut akan Tuhan-yaitu orang asing yang menerima Allah yang esa sebagai Tuhannya-diajak dengan khikmat: ”Percayalah kepada Tuhan” dan suatu kor menyambut “Dialah pertolongan dan perisai mereka.” Sebagai perisai Allah menyelamatkan (Mzm. 7:11), melindungi (Mzm. 18:3,31; 144:1), menyembunyikan (Mzm. 119:114) dan menolong sedemikian rupa sehingga orang-orng-Nya dapat mengangkat kepalanya kembali. Orang-orang yang percaya akan Tuhan itu pun aman: mereka dikelilingi kasih setia (Mzm. 32:10), berdiri seperti gunung yang tidak goyah (Mzm. 125:1; bnd. 112:7; Yes. 26:4) dan tahu dengan pasti bahwa TUHAN akan bertindak (Mzm. 37::3,5; bnd. 62:9) sehingga mereka dapat menghadapi tantangan-tantangan dengan tenang (Yes. 30:15). Oleh sebab itu, peserta ibadat diminta agar tetap percaya kepada Tuhan. Percaya berarti kita berserah diri kepada tuntunan dan bimbingan Tuhan dalam seluruh derap langkah kita.

3. Diberkati orang yang mengandalkan TUHAN

Kepastian sebagai tanda umat Allah ialah kepastian mengenai perhatian dan kebaikan-Nya: Ia telah mengingat, ia akan memberkati, dan dalam hubungan ini tidak seorangpun yang Ia lewati. Diberkati orang yang mengandalkan TUHAN yang percaya kepada Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan, ia kan seperti pohon yang ditanam di tepi air” (Yer. 17:7dyb). Bila Tuhan mengingat umat-Nya, Ia bertindak sesuai dengan perjanjian-Nya (Mzm. 105:8; 106:45; 111:5) dan kasih setia-Nya (Mzm. 98:3; bnd. ay.1 di atas) dan memberi berkat kepada umat Israel seluruhnya, kepada para imam dan kepada orang-orang luar yang telah mengakui Dia sebagai Allah mereka. Berkat ini menyeluruh, menyangkut baik orang-orang kecil maupun besar (senada dengan tua-muda, bnd. Yer. 6:16; 16:6;31:34; Yoh.3:5), ia datang dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi, dan tidak kenal halangan mana pun juga (bnd. ay.2b-3a). ”Kiranya Tuhan memberi pertambahan kepada kamu,kepada kamu dan kepada anak-anakmu” (ayat 14). Doa mengikuti sebagai unsur yang hakiki dalam kepercayaan sejati, karena kepercayaan adalah sikap yang hanya mencari Allah untuk pertolongan dan memandang di dalam Dia satu-satunya sumber kecukupan bagi kemasakinian umat-Nya dan masa depan (anak-anakmu) mereka. Sikap penuh percaya ini terungkap dalam doa, dialaskan pada kemahakuasaan Allah yang dicontohkan dalam penciptaan-Nya atas langit dan bumi. Orang-orang yahudi diajak untuk tidak memikirkan hormat mereka sendiri, melainkan kemuliaan Allah saja. Dari sorga pada waktu yang ditentukan-Nya sendiri Ia akan memberkati mereka di dunia ini. Itu sebabnya mereka memuji nama-Nya dengan penuh percaya.


Renungan

Sebagai umat Kristen kita pun merupakan suatu minoritas di dunia modern. Kita tidak hidup di tengah-tengah bangsa-bangsa yang membanggakan dewa-dewa. Akan tetapi ancaman baru dari orang yang mendewakan kuasa, harta dan teknologi. Orang-orang itu melihat alam ciptaan Allah sebagai sumber kekayaan dan memanfaatkannya tanpa pamrih: air dan udara dicemari, hutan digunduli, tumbuhan dan margasatwa tertentu punah, kesempatan hidup angkatan yang akan dating dibahayakan-serentak dengan itu orang-orang yang lemah ekonomi atau kesehatannya tersisih.
Kita hanya dapat menghadapi ancaman itu dengan mengikuti Dia yang memihak kepada orang yang kecil dan miskin dan memelihara dunia ciptaan-Nya. Sebagai umat kristiani kita mengikrarkan janji untuk bekerja demi”keadilan, perdamaian dan pemeliharaan dunia ciptaan Allah”. Biar pekerjaan itu sulit, Allah akan memberkatinya dan kita akan memuliakan Dia.”
Tidak mungkin terjun dan bergaul di dalam masyarakat tanpa terpengaruh masyarakat itu. Tidak mungkin! Tuhan tidak mempersoalkan, kalau masyarakat mempengaruhi kita. Yang tidak dikehendaki Tuhan adalah kalau kita berbalik dan berpaut kepada yang ada dis ekitar kita dan tidak lagi kepada Tuhan.





Pdt.Dr.Luhut P. Hutajulu, M.Th.
HKBP Kebayoran Baru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar