Rabu, 03 Maret 2010

Bacaan Minggu Palmarum, 28 Maret 2010 : Imamat 23:34-44


Minggu Palmarum, 28 Maret 2010 Imamat 23:34-44


HARI RAYA PONDOK DAUN
Mensyukuri penyertaan Allah dalam perjalanan umatNya
menuju masa depan yang lebih baik




Hari Raya Pondok Daun

Perayaan hari raya Pondok Daun, dalam kalender Israel kuno, jatuh pada hari ke limabelas bulan yang ke tujuh. Merayakan Hari Raya Pondok Daun adalah perintah Allah kepada Musa, untuk dilakukan bangsa Israel sepanjang masa. Hari raya itu dimaksudkan untuk mengenang perbuatan Allah, yang membebaskan Israel dari Mesir dan menuntun umat-Nya selama perjalanan di padang pasir. Ketika siang hari, Allah hadir melalui awan yang menuntun ke arah tujuan. Ketika malam menjelang, Allah hadir dengan tiang api, yang menyala-nyala di depan. Setelah beberapa hari, dan beberapa bulan, bahkan beberapa tahun, umat Allah, bangsa Israel berhenti di perjalanan. Mereka bertempat tinggal dipemukiman di daerah tertentu. Mereka perlu kembali sebagaimana suku bangsa yang lain, mempunyai tempat tinggal dan butuh mata pencaharian.
Di tengah perjalanan menuju tanah perjanjian, mereka berhenti, butuh beristirahat dan bekerja mencari nafkah untuk dapat hidup melanjutkan perjalanan selanjutnya. Mereka bercocok tanam dan bekerja. Mereka juga butuh tempat tinggal, pengganti rumah kediaman. Oleh karena mereka masih dalam perjalanan, rumah tempat tinggal yang didirikan bukanlah yang permanen, melainkan rumah tempat tinggal sementara. Untuk itu, mereka membuat kemah yang terdiri dari pelepah dan daun korma. Rumah tempat tinggal adalah sebuah pondok, yang dibangun dari dedaunan yang ada. Pondok yang terbuat dari daun tentu tahan untuk tempat tinggal beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Dalam situasi seperti itu, bangsa Israel merasakan penyertaan Tuhan yang semakin nyata. Ternyata Allah bukan hanya menyertai mereka dalam perjalanan, tetapi juga dalam peristirahatan. Kasih Allah terus tersedia bagi umat Israel, sekalipun mereka tinggal di kemah, di pondok daun, tempat tinggal sementara. Untuk mengenang perbuatan Allah itu, Allah memerintahkan agar diadakan perayaan Hari Raya Pondok Daun, selama satu minggu penuh. Tujuannya adalah: “supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menuntun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah Tuhan, Allahmu” (ay 33).

Gereja sebagai kemah Pondok Daun
Pondok Daun adalah kemah, tempat tinggal sementara. Dalam bahasa Inggris disebut tabernakel, dalam bahasa Batak disebut undungundung atau parlapelapean. Pondok Daun adalah kemah, persis sama dengan tabernakel, undungundung atau parlapelapean. Bangunan seperti itu bukan tempat tinggal permanen, bukan pula dibangun secara utuh dan kokoh dari semen. Pondok Daun, tabernakel, undungundung atau parlapelapean adalah bangunan seadanya dan sementara yang sewaktu-waktu dapat dicabut, dipindahkan dan dirombak kembali. Orang yang mendiami Pondok Daun, tabernakel, undungundung atau parlapelapean selalu siap untuk pindah, melanjutkan perjalanan, kapan saja dan ke mana saja. Israel masih perlu meneruskan perjalanannya, agar sampai ke tempat tujuan, ke Kanaan, ke tanah perjanjian. Sebab mereka yakin dan percaya, bahwa Tuhan akan selalu menemani dan mendampingi mereka dalam meneruskan perjalanan ke masa depan yang lebih baik.
Gereja dan orang Kristen masa kini juga sama seperti umat Israel yang berada di perjalanan menuju tanah perjanjian. Gereja dan orang Kristen telah keluar dari tanah Mesir, yaitu perbudakan dan perhambaan dosa, ketika kita belum menerima Kristus, ketika kita belum menjadi warga gereja. Akan tetapi sejak kita menjadi warga gereja, anggota persekutuan orang-orang kudus, ketika kita sudah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat, kita telah keluar dari perhambaan dosa dunia ini. Sekarang gereja dan kita sebagai orang Kristen yang bersekutu di dalamnya bagaikan berada di dalam perahu yang sedang berlayar menuju masa depan, atau seperti umat Israel yang berada di tengah perjalanan menuju tanah Kanaan, menuju tanah perjanjian, yaitu tujuan akhir, parousia Kristus – kedatangan-Nya yang kedua kali, dalam memperoleh kehidupan yang kekal.
Tentu, kita belum sampai ke tujuan akhir itu. Kita masih dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih baik dan lebih indah itu. Selama kita berada di dalam gereja-Nya, maka kita yakin dan percaya bahwa setiap orang yang berada di dalamnya akan menjadi pewaris janji keselamatan dari Tuhan, yaitu janji kehidupan yang kekal. Oleh karena itu, keberadaan kita sekarang di dunia ini hanyalah buat sementara. Dalam arti teologis, gereja kita sekarang ini, sekalipun dibangun dari beton yang kuat dan kokoh, sebenarnya persis sama dengan tabernakel, undungundung atau parlapelapean, hanya tempat tinggal sementara. Gereja dan orang Kristen masih berada di tengah perjalanan menuju tujuan akhir. Pondok Daun, tabernakel, undungundung atau parlapelapen bukanlah tujuan akhir, melainkan tujuan antara untuk mencapai tujuan akhir. Sekalipun Allah memberkati umat-Nya ketika berada di dalam perjalanan padang pasir dan memberi kesempatan membangun tempat tinggal dari pondok daun, tetapi hal itu bukan segala-galanya. Allah masih akan memberikan masa depan yang terbaik, yaitu tanah perjanjian, tempat di mana tersedia susu dan madu yang bekelimpahan untuk kehidupan umat-Nya.
Gereja dan semua orang percaya yang masih hidup sekarang ini sama seperti umat Israel yang diberkati Tuhan dalam perjalanan padang pasir dan dalam peristirahatan untuk memiliki Pondok Daun sebagai tempat tinggal sementara. Gereja dan orang Kristen masih berada di dalam perjalan, belum sampai ke tempat tujuan yang dijanjikan Tuhan. Oleh karena itu gereja dan semua oprang Kristen harus menerima pemahaman seperti yang dikatakan penulis Ibrani: “Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya. Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang” (Ibr. 13: 13-14).
Perayaan hari raya Pondok Daun dimaksudkan agar umat Allah, bangsa Israel, tidak melupakan sejarah kehidupan yang dilaluinya. Di dalam sejarah itu, Allah sangat berperan, bertindak melakukan keselamatan melalui perbuatan-Nya yang maha dahsyat. Hal yang sama juga dialami gereja masa kini, dan juga dialami orang Kristen dalam kehidupan persekutuan dan kehidupan pribadi. Oleh karena itu perayaan hari raya Pondok Daun yang selalu dilaksanakan umat Israel setiap tahun untuk mengenang, memahami dan menghayati keselamatan yang diperbuat Allah kepada mereka perlu juga dihayati oleh gereja dan orang Kristen masa kini dengan memaknainya secara kontekstual pada masa kini, yaitu:
a. Allah membebaskan Israel dari perbudakan Mesir. Namun Allah bukan hanya membawa umat-Nya keluar dari Mesir. Allah juga melindungi, membimbing, memelihara dan mencukupi segala kebutuhan mereka selama dalam perjalanan menuju tanah perjanjian. Allah menyelamatkan Israel dari pengejaran tentara Firaun, menyelamatkan mereka sekaligus mengalahkan musuh di laut mati. Allah memberikan air ketika umat-Nya haus, dan memberikan makanan manna, ketika mereka lapar. Allah membimbing dan menyertai umat-Nya pada waktu siang dan malam. Allah juga memberikan sandang, pangan dan tempat tinggal yang teduh, sekalipun dengan bahan yang sekedar ada, yang pondok daun. Pemahaman ini harus terus dihayati, sebab kesalamatan yang diperbuat Allah bukan hanya keselamatan jasmani, tetapi juga rohani. Sebab pada akhirnya, Israel bebas menyembah Allah, dan Allah mengasihi umat-Nya dengan berbagai bentuk keselamatan yang diperbuat-Nya.

b. Perayaan hari raya Pondok Daun juga mempunyai makna eskatologis bagi pemahaman gereja masa kini. Tempat tinggal pondok daun adalah tempat tinggal sementara, bukanlah tujuan akhir, sebab tujuan akhir adalah tanah perjanjian. Gereja adalah umat Allah yang sedang berjalan menuju tanah perjanjian. Gereja sebegai persekutuan terdiri dari berbagai denominasi. Bangunannya juga terdiri dari berbagai bahan materi. Akan tetapi semuanya itu adalah sementara, bukan tujuan akhir. Tujuan akhir kita adalah di paradeiso, di tanah perjanjian yaitu kehidupan yang kekal. Oleh karena itu tidak ada gereja yang benar bila hanya berdasarkan denominasi yang dianutnya atau oleh karena jumlah mayoritas warganya. Gereja yang benar adalah yang menerima dan percaya akan keselamatan yang diperbuat Allah di dalam dan oleh Yesus Kristus. Gereja yang benar juga tidak ditentukan oleh bangunannya. Karena bangunan gereja itu adalah pondok daun, tabernakel, undungundung atau parlapelapean sementara saja. Oleh karena itu apabila ada bangunan gereja yang dibakar, yang disegel, yang dibongkar dan diratakan dengan tanah, itu tidak akan berdampak kepada pengurangan jumlah orang percaya. Apabila ada orang percaya yang mati martyr oleh karena keyakinannya kepada Yesus Kristus, itu bukan indikasi semakin berkurangnya jumlah orang percaya. Justru semakin dibabat akan semakin merambat, sebab darah orang martir akan menjadi benih pertumbuhan gereja.

c. Perayaan hari raya Pondok Daun adalah ucapan syukur. Siapapun di antara kita layak bersyukur kepada Tuhan. Karena Tuhan itu maha baik. Ia selalu menyertai kita dalam waktu suka maupun duka, waktu siang maupun malam. Tuhan memberikan segala sesuatu yang kita butuhkan, sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya. Perayaan hari raya Pondok Daun ini mengajak gereja dan semua orang percaya agar selalu bersyukur kepada Tuhan, Pencipta, Pelindung, Pemelihara dan Pembimbing kita, di mana kita hidup, bekerja dan melayani.
Ketiga poin ini merupakan motivasi kita untuk merenungkan perayaan hari raya Pondok Daun sebagaimana dilakukan umat Israel dahulu kala. Dengan demikian, kita sebagai umat Allah, turut dipanggil untuk turut serta merayakan dan mensyukuri semua perbuatan Allah, yang menyelamatkan kita di masa lalu sekaligus mengharapkan dan memohon agar Tuhan selalu beserta dengan kita dan memberkati kita pada saat ini dan masa-masa yang akan datang. Kendati kita berada di dunia ini dengan segala kemegahan yang kita miliki, semuanya itu adalah bersifat sementara. Pondok yang sementara, tempat persinggahan sementara. Itulah yang harus kita pahami. Apa yang kita miliki adalah sementara. Suami/istri, anak, harta dan kekayaan adalah sementara. Pondok yang menetap adalah surga. Karenanya, marilah kita terus berupaya membangun pondok yang menetap di surga melalui iman kepada Yesus Kristus.


Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing
Ketua STT HKBP Pematangsiantar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar