Kamis, 02 Desember 2010

Renungan: Yunus 2 :1 -10

widgeo.net
”DOA UCAPAN SYUKUR YUNUS” (Yunus 2 :1 -10)



1.      Kitab Yunus adalah sebuah buku yang berbeda dengan buku-buku nabi lainnya di Alkitab. Karena buku ini tidak berisi pesan sang nabi, melainkan menceritakan pengalaman Nabi Yunus, ketika ia mencoba menghindari perintah Tuhan. Tokoh yang mengalami hal ihwal yang agak lucu itu ialah seorang nabi yang hidup sezaman dengan raja Yerobeam II dan yang disebut namanya nabi Yunus bin Amitai dari Gat-Hefer (2Raj 14:25). Dalam bahasa Ibrani, Yunus disebut Jonah (יונה) yang berarti merpati”. Tuhan menyuruh dia pergi ke kota Niniwe, ibukota kerajaan Asyur, musuh Israel. "Kota besar" Niniwe, yang hancur pada thn. 612sM. dalam kitab Yunus hanya sebuah kenangan akan masa yang lampau. Tetapi Yunus tidak mau pergi ke kota itu untuk menyampaikan pesan Tuhan, karena ia yakin bahwa kalau orang Niniwe berhenti berbuat dosa, Tuhan tidak akan menjalankan rencana-Nya untuk menghancurkan kota itu. Akhirnya, setelah beberapa kejadian yang mengesankan, Yunus mentaati perintah Tuhan, tetapi kemudian ia mendongkol, karena Niniwe tidak jadi dihancurkan. Amanat kitab Yunus ialah bagaimana Tuhan berkuasa mutlak atas ciptaan-Nya. Tetapi lebih-lebih, buku ini menggambarkan Tuhan Yang Mahapenyayang dan pengampun, Tuhan yang lebih suka mengampuni dan menyelamatkan suatu bangsa daripada menghukum dan menghancurkannya, biarpun bangsa itu musuh umat-Nya sendiri. Tujuan kitab Yunus ialah menghibur dan sekaligus mengajar. Kisahnya berupa cerita pembinaan.
2.      Pasal 2:1-10. Yunus menyesali ketidaktaatannya. Setelah Nabi Yunus dibuang ke laut, Tuhan menolong dia dengan menyuruh ikan besar menelannya. Di dalam perut ikan besar itu Yunus berdoa. Doanya ucapan syukur, pujian, penyesalan, dan penyerahan diri kembali kepada Tuhan. Akhirnya ikan itu memuntahkan Yunus ke daratan. Sebenarnya pasal 2:1-9 ini merupakan tambahan kepada cerita tentang Yunus. Sebab pasal ini merupakan sebuah Mazmur. Mazmur ini sangat cocok dimasukkan ke dalam cerita Yunus karena mazmur ini sangat kena dengan apa yang Yunus alami, yaitu penyelamatan dari bahaya maut. Pemazmur ini mengatakan bahwa dia berseru kepada TUHAN dari tengah-tengah dunia orang mati (2:2). Dalam 1:17 telah kita ketahui bahwa penelanan oleh ikan besar berarti bahwa Yunus turun ke dunia orang mati. Yunuspun mengalami bahwa TUHAN melemparkannya “ke pusat lautan” (2:3).
3.      BERDOALAH YUNUS (ay.1). Inilah doa Yunus mohon kelepasan dari kematian dan ucapan syukurnya sesudah keluar dari perut ikan. (a) Dalam perut ikan, ternyata ia masih hidup lalu berseru kepada Tuhan. Sekalipun ia merasa bahwa dirinya secara praktis sudah mati (ay.6), Tuhan mendengar doanya dan menyelamatkan nyawanya. (b) Orang percaya hendaknya jangan putus asa dalam situasi yang sangat burukpun. Seperti Yunus, kita harus berseru kepada Allah memohon kemurahan dan pertolonganNya serta menyerahkan hidup kita ke dalam tanganNya.
TELAH KAU LEMPARKAN AKU (ay.3). Yunus sadar bahwa ia tidak taat dan tahu bahwa yang melemparkannya ke dalam laut adalah Allah. Kesedihannya dan ketakutannya yang terbesar adalah jikalau diusir dari hadapan Allah untuk selama-lamanya (ay.4). Hubungan dengan TUHAN sudah sangat dibahayakan dan mau diputuskan. Dunia PL berpendapat bahwa orang mati yang berada di dalam dunia orang mati tidak mempunyai hubungan lagi dengan TUHAN. TUHAN tidak mengingat mereka lagi, dan mereka sudah terputus kuasaNya (Mzm.88:6). Orang mati tidak memuji lagi kasih TUHAN, dan tidak memberitahukan lagi kesetiaanNya (Mzm.88:12-13).
TERINGATLAH AKU KEPADA TUHAN (ay.7). "Teringat" akan Tuhan (Ibr.’zakar’) artinya mengungkapkan hubungan erat antara TUHAN dan manusia. Bahwa Tuhan „mengingat“ akan manusia, hal itu berarti bahwa TUHAN melimpahkan berkat kepadanya (bd.Mzm.115:12) dan menunjukkan kasih setiaNya (Mzm.25:7) kepada umat manusia. Manusia „mengingat“ perbuatan besar yang TUHAN lakukan kepadanya (Mzm.77:12). Oleh karena itu manusia „mengingat“ akan Dia dalam waktu kesusahan besar (Mzm.42:7) dan menyerahkan diri kepadaNya dalam kepercayaan. Tuhan mengingat artinya juga bahwa Allah  hadir di sekitar kita sehingga kita dapat berseru kepadaNya setiap saat dalam iman, pengharapan dan kasih (bd.Ul.8:18).
UCAPAN SYUKUR... KORBAN (ay.9). Kita memuji TUHAN oleh karena perasaan syukur dan terima kasih atas penyelamatanNya. Kita bukan saja mengucapkan syukur dengan mulut, melainkan juga dengan mempersembahkan korban. Korban yang dipersembahkan adalah korban pengucapan syukur. Dengan mempersembahkan korban itu kita mengingat karya penyelamatan Allah yang kita terima sepanjang hidup kita. Pada saat  Yunus mempersembahkan korban syukur dan pujian yang sungguh-sungguh kepada Allah (ay.9), maka Allah turun tangan menolongnya (ay.10).
MEMUNTAHKAN YUNUS KE DARAT (ay.10). Kata „memuntahkan“ (Ibr. ’qia’) dalam PL merupakan gambaran yang cukup mengerikan (bd. Im.18:28; Yes.19:14). Yunus diselamatkan, tetapi sebagai "muntahan". Tidak disebutkan tempatnya di mana dimuntahkan. Ada yang mengatakan dimuntahkan di pantai barat Kanaan, dan ada juga mengatakan di pantai selatan Babel.

Pesan
1.  Kita belajar tentang Allah
o    Seluruh buku berisi tanggapan bahwa Allah itu adil, Ia akan menghukum orang yang bersalah, dan bahwa semua bangsa harus bertanggung jawab kepada-Nya -- tidak hanya bangsa Israel (Yun 1:2; 3:2,9,10)
o    Allah berdaulat di dalam dunia yang diciptakan-Nya. Ia dapat mengendalikan segala makhluk ciptaan-Nya, cuaca, bahkan tanam-tanaman. Kemudian, dalam sejarah bangsa Israel kita ketahui bahwa Ia bahkan mau memakai bangsa yang kafir dan kejam seperti bangsa Asyur (Yun 1:4,9,17; 2:10; 4:6-8)
o    Allah jugaa murah hati dan penuh belas kasihan, memelihara umat manusia -- bahkan binatang -- di samping secara istimewa menjadi Allah bangsa Israel (Yun 2:8,9; 3:9,10; 4:2,10,11).
2.  Kita belajar tentang Yunus
o    Yunus mewakili umat Allah yang mengenal kemurahan-Nya dan yang boleh membanggakan diri tentang hubungannya dengan Allah -- dan yang boleh berdoa kepada-Nya di saat-saat mengalami kesukaran. Kita melihat Yunus memuji Allah dan menyerahkan kembali kehidupannya kepada Dia (Yun 1:9; 2:1-9).
o    Yunus juga tidak tetap pendiriannya dan tidak taat. Ia berusaha untuk melarikan diri dari Allah yang telah menciptakan segala-Nya! Dia marah ketika Allah bermurah hati. Ia lebih kuatir tentang sebatang tanaman daripada tentang orang lain (Yun 1:3,10; 4:1-3,9 ).
3.  Kita belajar tentang orang kafir
o    Baik para pelaut maupun orang Niniwe yang sudah bertobat, mereka lebih bijaksana daripada sang nabi. Pandangan mereka tentang apa yang benar dan kesiapan mereka menanggapi pesan Allah membuat kita tercengang. Namun demikian, Yunus tidak menganggap mereka, karena mereka bukan orang Israel (Yun 1:13,14,16; 3:5-9).
Penerapan
1.   Kita juga tidak tetap pendirian
Seperti Yunus, kita juga sering siap untuk mengakui iman kita kepada Allah tanpa kesiapan untuk melihat apa arti semua itu. Kita juga seringkali sengaja berlaku tidak taat. Kita juga bisa berpikiran tidak logis seperti seseorang yang mencoba melarikan diri dari Yang Maha Kuasa. Lebih buruk lagi, kita juga bisa bersikap keras dan tidak berperasaan terhadap orang lain, bahkan pada waktu kita mengatakan bahwa kita mengenal kemurahan dan belas kasihan Allah.
2.   Kita juga sama egoisnya
Boleh jadi salah satu alasan mengapa Yunus menghendaki jatuhnya penghakiman adalah agar supaya reputasinya sebagai seorang nabi tidak menjadi rusak. Seperti dia, kita juga dapat menjadi jengkel karena hanya soal-soal kecil yang tidak berguna, sementara kita sama sekali tidak merasa prihatin terhadap orang lain.
3.   Allah memelihara kita semua
Allah mempedulikan semua orang, bukan hanya karena Allah bermaksud untuk menghakimi mereka, tetapi Ia sungguh-sungguh mengasihi apa yang telah diciptakan-Nya. Ini tidak berarti bahwa semua orang akan diselamatkan, tetapi hal ini berarti bahwa setiap orang mendapat kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Dia. Jika kita bersatu dengan Dia, maka ini berarti kesaksian dan pengutusan, di samping memberikan pelayanan sederhana kepada orang-orang yang bukan Kristen.
4.  Allah memberikan kesempatan kedua
Allah memberi Yunus kesempatan kedua untuk memenuhi tugas pengutusannya. Sementara kita tidak boleh mempermainkan Allah dan menganggap enteng kemurahan-Nya, kita tahu bahwa Ia sering memperlakukan kita seperti apa yang dilakukannya terhadap Yunus.


Pdt.Tuty Zastini Hutabarat,STh                                                                                         fidei’07     26/05/07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar