Selasa, 25 Januari 2011

BACAAN ALKITAB: Minggu, 30 Januari 2011 --- Roma 12 : 9 – 16

widgeo.net
Minggu 3 Setelah Epiphanias, 30 Januari 2011                                                                   Roma 12 : 9 – 16

 MENJADI TIRUAN SEKALIPUN
HARUS MENDERITA



I.      PENDAHULUAN

S
urat Roma disebut dengan Magnum Opus (karya yang terbesar) Paulus. Dalam surat Roma ini terdapat jati diri pengarangnya sebagai ahli pikir dan ahli teologi. Paulus menguraikan pokok-pokok ajaran yang paling lengkap dan sempurna, yaitu: Injil menyelamatkan orang berdosa: Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm. 1:16–17).
Nas ini adalah surat kiriman kepada jemaat di Roma. Roma adalah ibukota kearajaan Romawi, sekaligus menjadi pusat pemerintahan, perdangangan bahkan pusat ilmu pengetahuan. Dengan demikian sudah barang tentu bahwa Roma menjadi tempat silih berganti manusia yang datang dan keluar. Dengan keadaan tersebut, disadari atau tiddak disadari bahwa keadaan tersebut  sudah akan mempengaruhi pola hidup, gaya hidup masyarakat setempat termasuk kejahatan yang datang dari luar.
Umat Kristen pada masa itu adalah minoritas, tidak diperhitungkan bahkan mudah diombang-ambingkan dan dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang bertentangan dengan iman. Untuk mengatasi hal tersebut maka Paulus menuliskan surat ini sebagai sarana untuk meneguhkan iman mereka. Dengan demikian, diharapkan iman mereka akan tetap berdiri teguh dan bertumbuh, hidup dalam kasih dan saling membantu. Dengan demikian iman mereka selalu terpancar daalm kondisi apapun termasuk dalam jumlah yang menioritas. Melalui hidup dalam kasih, mereka akan menjadikan semuanya menjadi saudara, tidak ada permusuhan.

II.     KETERANGAN
1.         Kalimat pertama dikatakan: hendaklah kasih itu jangan pura-pura, ……. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara…. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor. Di tengah-tengah keadaan yang terjadi, di tengah-tengah hiruk-pikuknya keadaan, di tengah ketidak berdayaan berbuat apa-apa, karena minoritas, tidak diperhitungkan, tidak berdaya; ternyata terhadap orang percaya kepada Tuhan Yesus tidak banyak yang dituntut, yang dikehendaki hanya sederahana saja: Hendaklah kasih itu jangan pura-pura, hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara…. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor.    Dengan demikian, jelaslah bahwa orang percaya tidak pernah diajarkan atau dipersiapkan dan diberangkatkan untuk berhadapan dengan orang-orang yang tidak seiman dengan cara kekerasan, melainkan orang percaya harus menghadapi segala sesuatu dengan modal “kasih”. Dengan modal kasih itulah orang percaya akan mampu memperlakukan orang lain menjadi saudara termasuk musuh sekalipun. Hal ini pernah dikatakan Tuhan Yesus: Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat (Luk. 6:35).
2.      Pembuktian hidup dalam kasih, sangat dibutuhkan dalam kehidupan orang Kristen, khususnya jemaat di Roma yang boleh dikatakan terjepit dalam pengembangan pemberitaan Injil. Pembuktian kasih itu dinyatakan dalam beberapa hal: a)  Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! (Rm. 12 : 12). b) Bersedia membantu orang berkekurangan dan memberi tumpangan c) Memberkati orang-orang yang menganiaya. Dari sana dapat kita lihat bahwa iman orang percaya itu sangat nyata bedanya dengan yang lain. Dan juga ditekankan oleh Yakobus: “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak.  2:26). Bagi orang percaya senantiasa bersukacita dalam pengharapan sekalipun harus menghadapi penderitaan. Orang percaya memiliki pengharapoan yang luar biasa, bahwa Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan umatNya begitu saja, tetapi Dia akan bertindak tepat pada waktunya. Oleh karena itu orang percaya harus memiliki kesabaran dan senantiasa hidup dalam doa. Doa orang benar bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya (1 Ptr. 5:16).
Orang-orang percaya memiliki jati diri: hidup dalam kasih dan bersukacita senantiasa. Orang percaya akan semakin menunjukkan jati dirinya melalui kesediaan untuk membantu yang kekurangan dan siap sedia memberi tumpangan. Dalam keadaan terjepit sekalipun, tertindas, kesesakan; orang percaya masih mampu berdiri kokoh karena memiliki Tuhan Yesus yang senantiasa menyertai dan memberkati. Sekalipun oang percaya acap kali menjadi sasaran kekerasan, ketidak benaran, tetapi orang percaya harus senantiasa saling menopang, sehingga jika menghadapi kesulitan tidak ada yang jatuh atau tersandung. Oleh karena itulah Paulus berkata: saling membantu dalam kekurangan dan siap sedia memberi tumpangan. Hal serupa juga dialami jemaat di Galatia, maka Paulus berkata: Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus (Gal. 6:2).
Paulus juga menasihatkan jemaat di Roma, sekalipun harus menderita aniaya, namun sebagai oang percaya tidak akan pernah mengadakan pembalasan, dendam, sebaliknya dikatakan: berkatilah oang yang menganiaya kamu (ay. 14). Penderitaan yang lebih serius juga dihadapi oleh jemaat pada jaman Petrus, orang Kristen sangat menderita aniaya bahkan ada yang dibunuh hanya karena mempertahankan imannya kepada Tuhan Yesus, tidak pernah mau menyembah kaisar sebagai Tuhan; sehingga mereka mengalami penderitaan yang luar biasa. Tetapi kepada mereka juga dinasihatkan: janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat ( 1Ptr. 3:9). Dengan demikian, menjadi Kristen, pengikut Kristus harus nyata bedanya, hidup dalam kasih, sabar dan tidak membalas, melainkan memberkati.
3.         Sukacita dan penderitaan, tawa dan tangis, ada kalanya datang silih berganti, termasuk dalam hidup orang percaya termasuk jemaat di Roma. Dan menurut sejarah hampir sepanjang masa gereja juga menghadapi tantangan dan masalah, tawa dan tangis. Hal itu menandakan bahwa gereja sepanjang masa tidak terlepas dari tantangan karena iblis selalu bergerak bagaikan singa yang kelaparan mencari mangsanya. Dengan demikian gereja harus menyuarakan supaya tetap setia dalam iman sehingga mampu bersukacita dengan oang yang bersukacita dan menangis dengan oang yang menangis. Sebagai orang percaya harus turut serta bersyukur dalam sukacita orang lain; dan juga turut serta mendoakan di dalam penderitaan orang lain. Sehingga hidup orang percaya sunguh-sungguh menjadi bagian dari hidup sesamanya. Orang percaya menjadi sesama bagi orang lain.
Kebersamaan (kesatuan) itu sangat penting: sehati, sepikir, satu iman, Jika tidak demikian maka akan selalu terjadi hal yang bertentangan antara pikiran dan perbuatan. Sekalipun apa yang direncanakan orang lain itu adalah baik dan benar; tetapi jika tidak ada kesatuan (kebersamaan), maka hal itu akan selalu dipersoalkan dan dipertentangkan, setidaknya mulut berkata jelek, jahat tetapi hati berkata baik dan benar; itulah resiko jika tidak berada dalam kebersamaan atau keasatuan. Orang-orang percaya tidak akan dapat berbuat apa-apa jika tidak memiliki kebersamaan, kesatuan. Oleh karena itu Paulus mengingatkan jemaat di Roma dan juga menjadi renungan bagi kita sepanjang masa : Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai (ay. 16).
 
III.    KESIMPULAN
·         Hidup orang percaya adalah senantiasa menyerahkan diri kepada Tuhan Yesus. Dengan demikian, hidup orang percaya akan selalu menunjukkan kasih dan kesetiaan, sekalipun menghadapi rintangan dan tantangan. Orang percaya tidak akan pernah putus asa, dendam, membalaskan yang jahat; sebaliknya akan senantiasa memberkati termasuk kepada mereka yang mendatangkan penderitaan (aniaya).
·         Hidup orang percaya adalah senantiasa bersukacita karena selalu bersama Tuhan Yesus.
·         Hidup oang percaya adalah senantiasa melayani Tuhan dengan pemberitaan Injil melalui kesabaran, kasih dan saling membantu. Tuhan Yesus berkata: Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Mat. 5:9). Amin.


Pdt. Drs. BDF Sidabutar, S.Th.
Praeses HKBP Distrik Tebing Tinggi
HP 0816 815756

Tidak ada komentar:

Posting Komentar