Kamis, 21 April 2011

KAMIS PUTIH

widgeo.net
KAMIS PUTIH

 
PENGANTAR
 
Kamis Putih adalah penutupan Masa Puasa/Pantang. Malam ini kita memasuki tiga hari suci yang merupakan pusat tahun liturgi kita, atau dengan kata lain pusat iman kita sebagai orang kristiani. Dalam Bac.I kita menyertai bangsa Yahudi merayakan Paskah, yang merupakan pembebasan dari perbudakaan di Mesir. Dalam Bac.II kita menerima dari Paulus apa yang telah diterimanya sendiri, yaitu makna Ekaristi. Dan dalam Injil Yohanes malam ini kita melihat Yesus berlutut di depan para murid-Nya untuk melayani mereka. Kasih adalah pelayanan rendah hati kepada sesama tanpa perbedaan. Sebelum menyerahkan diri dalam tubuh dan darah-Nya, Yesus berlutut di depan murid-murid-Nya untuk membasuh kaki mereka.

HOMILI
          Merayakan Kamis Putih kita pertama-tama merayakan Ekaristi seba-gai suatu kenangan nyata (memorial, Ibrani: zikkaron). Bukan sekadar per-ingatan (memori) akan sesuatu yang telah terjadi di masa lalu. Ekaristi ada-lah suatu perjamuan dan perwujudan kembali karya agung penyela-matan, yang dilakukan Allah abad demi abad tanpa henti sampai sekarang. Bangsa Yahudi merayakan Paskah untuk mengenangkan pembebasaan mereka dari Mesir, sedangkan kita merayakan Paskah untuk mengenangkan pembebasan kita dari belenggu dosa dan maut. Ekaristi adalah sungguh suatu kenangan akan pertemuan antara Allah dan manusia. Kita diingatkan kembali oleh Paulus akan Yesus, yang mengorbankan diri-Nya bagi kita. “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum piala ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Kor 11:26). Dengan demikian Ekaristi adalah suatu kenangan nyata akan kematian Kristus, namun sekaligus juga kehadiran atau perwujudan kembali pengorbanan diri Yesus. Tetapi sekaligus sebagai antisipasi atau prapengalaman kedatangan-Nya yang mulia yang akan datang.
Dengan demikian Ekaristi mengingatkan kita akan kasih Kristus kepada kita. Menerima Ekaristi berarti meneguhkan dan memperbesar harapan kita untuk selalu bersatu sepenuhnya dengan Dia. Ekaristi adalah sungguh-sungguh suatu kenangan nyata ini, yaitu roti dan anggur, berkat karya Roh Kudus, sungguh menjadi Tubuh dan Darah Kristus, yang memberikan diri-Nya sebagai makanan dan minuman kepada kita selama perjalanan hidup di dunia sekarang ini. Agar kita tetap setia bersatu dengan Dia, Yesus berkata: “Perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku!” (ay.24).

Perbuatan lain yang dilakukan Yesus dalam rangka perjamuan malam terakhir ialah pembasuhan kaki. Dalam Injil Yohanes malam ini Yesus ber-kata kepada murid-murid-Nya: “Kamu adalah bersih”. Kebersihan atau kemurnian sejati adalah anugerah Allah! Manusia tidak dapat memurnikan diri di hadapan Allah, dengan cara atau usaha manusia sendiri! Dalam ucapan pendek Yesus itu terungkaplah kebesaran misteri Kristus sendiri. Artinya dalam diri Yesus Allah sendiri mau turun datang ke dunia untuk membersihkan/memurnikan kita! Kemurnian adalah suatu pahala Tuhan!

Namun kita harus mendengarkan juga dengan baik kata-kata Yesus selanjutnya: “Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu. Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (ay.14-15). – Inilah pada hakikatnya pengertian atau makna moral agama kristiani sejati!
Demikianlah Ekaristi yang didahului dengan pembasuhan kaki adalah sungguh suatu sakramen, yang membersihkan kita dari dalam dan sekaligus memberikan hidup baru penuh dinamika untuk hidup sambil meneruskan dan melaksanakan apa yang dilakukan Yesus kepada murid-murid-Nya. Seperti Yesus telah memberi teladan untuk menolong para murid-Nya dengan pembasuhan kaki mereka dan pemberian diri-Nya sendiri kepada mereka, maka kita pun apabila mau menerima Ekaristi dengan sungguh-sungguh, harus bersedia pula menghayati teladan Yesus dalam hidup dan perbuatan-Nya di tengah sesama kita. Yesus dalam segenap hidup dan perbuatan-Nya telah menunjukkan diri-Nya kepada kita sebagai Hamba Allah. Ia datang diutus Allah sebagai utusan yang melayani, yang mau menanggung beban kita, dan memberikan kemurnian di dalam hati kita. Ternyata betapa agung, betapa mulia Yesus Kristus yang datang sebagai pelayan sejati. Menerima Ekaristi berarti  bersedia membasuh kaki sesama dan memberikan diri atau berbagi diri dengan sesama.

Jakarta, 19 April 2011.


Dikutip dari:
kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm link http://www.imankatolik.or.id/homili_mgr_hadisumarta_ocarm.html
Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar