Jumat, 19 Juni 2009

Bacaan Minggu 21 Juni 2009: Mazmur 107 : 33 - 43

SIKECIL YANG INDAH

Para ahli berpendapat bahwa Mazmur ini adalah mengenai kembalinya bangsa Israel dari pembuangan Babel. Sementara itu orang bijak mengatakan bahwa Mazmur ini adalah renungan tentang nasib kehidupan Israel yang dikembalikan Tuhan.
Orang yang dalam pembuangan atau pengungsian pasti mengalami berbagai penderitaan karena adanya tekanan dan penindasan dari penguasa. Juga karena adanya kekurangan pangan dan kemiskinan. Karena berbagai penyakit dan gangguan kejiwaan atau stress. Namun demikian, kesadaran umat Tuhan, sekembalinya ke Tanah Perjanjian tidak lupa untuk mengucapkan syukur. Ucapan syukur itu disampaikan karena pertolongan Tuhan, khusunya karena telah terlepas dari penderitaan selama pembuangan, dan juga karena mendapat bimbingan dalam perjalanan. Mereka juga bersyukur karena diizinkan Tuhan menduduki kembali Tanah Perjanjian.
Sayang sekali ketika mereka masuk ke negeri Perjanjian itu mereka mendapati penduduk asli yang jahat, sehingga Tuhan telah menghukum mereka dengan membuat sungai-sungai menjadi padang gurun, tanah subur menjadi padang asin, dan pancaran- pancaran air menjadi tanah gersang. Tetapi masuknya kembali bangsa Israel, Tuhan berkehendak untuk mengubah kondisi Tanah Perjanjian itu menjadi tanah yang elok. Kita tahu bahwa Tanah Perjanjian adalah bagian dari rencana Tuhan bagi umat-Nya. Umat Tuhan itu memang harus bekerja keras untuk mengubah nasib mereka. Alam yang mereka hadapi adalah alam liar yang tandus dan gersang. Oleh karenanya mereka berusaha untuk menjadikannya tanah yang subur agar dapat menghasilkan. Padang belantara mereka ciptakan menjadi kota yang dapat didiami dengan nyaman. Orang-orang lapar mereka perhatikan untuk dapat menikmati kehidupan yang layak. Tanah yang telah menjadi subur mereka jadikan kebun anggur. Tanah gersang menjadi padang rumput bagi ternak mereka, sehingga hewan peliharaan mereka semakin bertambah banyak. Pertambahan penduduk pun semakin pesat. Bangsa Israel adalah bangsa yang kecil jumlahnya bila disbanding dengan bangsa lain di sekitarnya. Oleh sebab itu dalam pemandangan Tuhan bangsa itu disebut orang sebagai Si Kecil Yang Indah. Itulah berkat Tuhan atas iman mereka. Namun demikian tidak semua orang Israel merasa puas dengan keadaan mereka saat itu. Orang-orang yang kurang iman membuat ulah dengan menimbulkan kerusuhan. Para pemimpin mereka hinakan sehingga kehilangan muka. Banyak yang melarikan diri dan tersesat di jalan (ay.40). Mereka juga menimbulkan pemberontakan sehingga banyak yang mati. Banyak pula yang kelaparan dan menderita sakit atas ulah mereka sendiri. Datang pula hukuman Tuhan dengan krisis ekonomi. Akhirnya mereka insyaf bahwa penderitaan yang mereka alami adalah cara Tuhan menegur mereka, maka mereka kembali kepada Tuhan dan Tuhan memberi hikmat atas mereka. Lalu mereka berpegang pada kebenaran Tuhan. Tuhan juga memperhatikan mereka dengan segala kemurahan-Nya.
Apakah kita pernah merasakan teguran Tuhan? Bagaimanakah respon kita terhadap teguran itu?
Memang respon kita bisa bermacam-macam. Ada yang mengatakan bahwa teguran Tuhan memang merupakan rencana Tuhan untuk mendisiplinkan umat-Nya, agar insyaf bahwa Tuhan dengan tindakan-Nya itu menaruh belas kasihan. Orang yang rela menerima teguran Tuhan dan menyadari bahwa atas kesalahannya itu Tuhan menghukumnya. Bila hukuman itu diterima secara iman, maka pastilah Tuhan akan mengembalikan dia ke jalan kebenaran, sehingga ia hidup di jalan Tuhan. Tetapi bagi mereka yang tidak mengakui teguran Tuhan sebagai tindakan disiplin, tidak akan pernah merasakan belas kasih Tuhan yang nyata (Ibr.12:8). Yang harus kita renungkan adalah bahwa tindakan Tuhan dalam mendisiplinkan kita selalu mengambil dasar atas kesalahan atau dosa kita. Bagaikan seorang ayah yang menghajar anaknya agar menjadi penurut dan tidak berbuat kesalahan lagi. Tetapi ada juga maksud Tuhan yang lain, bahwa tindakan disiplin itu tidak didasarkan atas kesalahan melainkan atas dasar upaya mendidik kita menuju kepada iman yang kuat. Oleh karenanya tindakan Tuhan kadang sangat menyakitkan, namun bila kita renungkan ulang kita akan menemukan berkat yang indah dari padanya.
Tuhan memang sering mempergunakan masa-masa yang sulit kita untuk menyatakan teguran-Nya. Melalui sulitnya kita mencari nafkah, sulitnya kita mendapat kesembuhan dari suatu penyakit, sulitnya kita menemukan pasangan hidup, sulitnya kita menemukan kebahagiaan rumah tangga. Semua kesulitan itu merupakan teguran. Semua teguran itu mengajak kita untuk bertahan dalam iman. Maka nanti belakangan kita akan tahu bahwa Tuhan telah membangun pengharapan di dalam hidup kita. Pengharapan itu akan menuju ke sesuatu yang indah. Bahwa Ia akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pkh.3:11). Misalnya, kesulitan ekonomi atau krisis pangan dalam keluarga kita, kenyataannya oleh ketahanan iman, setelah kita berhemat dan menerapkan sistem ekonomi yang benar, maka kita dapat menemukan kemudahan-kemudahan dan kelimpahan. Kemudian kita bersorak “Bravo! Tuhan memang Pemurah. Amin”.
Melalui Mazmur bacaan kita hari ini, maka kita tahu bahwa Tuhan menyatakan kuasanya atas alam semesta, yakni melalui sungai-sungai, padang gurun, tanah tandus, pancaran-pancaran air, kebun buah- buahan, hujan dan panas. Semuanya itu dinyatakan kepada bangsa Israel untuk dikerjakan dan diusahakan agar mendatangkan rejeki bagi mereka. Oleh karenanya kedatangan kembali bangsa Israel ke Tanah Perjanjian itu tidak perlu merasa takut kekurangan atau kemiskinan, sebab Tuhan telah menyediakan alam untuk menjadi berkat bagi mereka.
Terkadang kita merasa takut tidak kebagian rejeki. Takut tidak dapat makan. Takut tidak memperoleh nafkah. Padahal Tuhan telah menyediakan begitu banyak lahan dalam berbagai bidang: pertanian, industri, seni dan budaya. Mata kita kadang tertutup tidak melihat peluang yang tersedia itu. Rama seorang tuna netra sejak lahir, dia belajar komputer sejak kecil, sehingga mampu menciptakan komputer bersuara. Akhirnya mampu menulis buku yang berjudul, “Amazing Blind”. Kemampuannya itu dia dapatkan dengan belajar keras; mula-mula belajar mengenal huruf Braille, kemudian huruf Latin. Belajar pula menangkap pengertian berbagai bahasa, sehingga mampu berbahasa Inggris dengan baik, baik pasif maupun aktif. Peluang itulah yang tidak dia sia-siakan untuk bertahan hidup kecukupan dan bahkan bahkan tenar sebagai tuna netra yang berhasil.
Tuhan memiliki rencana yang indah buat umat pilihan-Nya, termasuk kita (Rm. 11:25), agar kita tidak akan pernah kekurangan. Karenanya Tuhan telah menyediakan banyak peluang. Tinggal kita bisa melihat peluang itu atau tidak. Jika kita melihat peluang itu Tuhan itu juga menyediakan berkat bagi yang mau bekerja keras. Kadang peluang itu kita anggap terlalu kecil, jika dikerjakan hasilnya pun kecil, makanya cara mengerjakannya pun kecil-kecilan saja. Benar-benar bila seseorang menganggap segala sesuatu itu kecil, hasilnya kecil, maka dia sendiri akan tetap selalu kecil dan tidak akan menjadi orang besar.
Kita orang Kristen jumlahnya sedikit. Orang menyebut kita sebagai golongan minoritas. Tetapi jangan lupa bahwa Tuhan memandang kita sebagai “Si Kecil yang Indah”, sebab kita dimiliki dan memiliki ‘Permata yang Indah’ yaitu Yesus Kristus. Kita yakin, sebagai anak Tuhan tidak perlu merasa kecil hati terhadap umat lain. Dalam hal ini bangsa Israel telah mebuktikan, meskipun kecil namun Tuhan memakainya untuk menjadi kebesaran nama-Nya. Ilustrasi berikut semoga menjadi gambaran yang ideal tentang berkat Tuhan.
Seorang bayi mungil digendong oleh ibunya, ditutup kain selimut sehingga tidak nampak mukanya. Nama bayi itu Sumini. Su artinya Indah. Mini artinya kecil. Si Kecil yang Indah. Ketika seorang ibu tetangga membuka selimut penutup muka Sumini, ibu itu terbelalak dan terdiam. Ibu Sumini hanya tersenyum. Ibu yang lain ketika melihat Sumini segera berteriak menyebut nama Tuhan, “Oh Tuhan, ampunilah dosaku”. Ibu Sumini tetap tersenyum. Rupanya Sumini adalah penyandang cacat bibir sumbing hingga langit-langitnya kelihatan.
Sumini rupanya anak bongsor, cepat menjadi besar. Banyak orang mencibir Sumini dan orang tuanya. Ada yang mengejek, mengolok-olok dengan mengatakan, “Dia kuwalat, makanya sekarang kena tulah”. Ibu Sumini hanya diam dan tersenyum. Hingga pada suatu hari ada pengumuman dari Dinas Kesehatan Kota bahwa akan ada operasi bibir sumbing gratis. Ibu Sumini sebagai pendaftar yang pertama. Pendek kata, Sumini berhasil dioperasi sangat sempurna. Sekarang Sumini menjadi gadis cantik yang ceria dan pintar. Dia rajin belajar hingga berhasil lulus dari Fakultas Kedokteran. Sekarang dr. Sumini membuka praktek di kampungnya dan disegani banyak orang. Orang- orang yang dulu mencibir, mengejek dan mengolok-olok pada berdatangan meminta maaf. Ada pula yang membawa anak untuk berobat kepadanya. Bahkan ada anak tetangga yang lahir tanpa daun telinga, Sumini mengusahakan daun telinga cangkokan secara gratis pula. Dr. Sumini “si Kecil yang Indah” benar-benar indah di mata Tuhan dan di mata banyak orang. Rupanya bagi orang yang berserah berkat Tuhan tidak pernah mengecewakan dan tidak pernah disangka orang. Berbuat kebaikan kepada semua orang tidak ada ruginya, meskipun kecil, percayalah bahwa akan menjadi “Si Kecil yang Indah”.




Pdt. Widyantoro,STh. M.Div

Tidak ada komentar:

Posting Komentar