Jumat, 19 Juni 2009

Bacaan Minggu 28 Juni 2009: 2Petrus 3 : 3 - 10

KEDATANGAN KRISTUS KALI KEDUA

Seiring dengan perkembangan gereja pada abad pertama, para pengajar sesat pun tetap berupaya untuk mempengaruhi anggota jemaat. Dengan kata lain, ada semacam pertandingan dan perseteruan antara para pembela ajaran Kristus yang benar dengan pengajar-pengajar palsu yang sesat. Anehnya, sering terjadi justru ajaran sesat itu lebih menarik perhatian sebab para penganjurnya berupaya mengemas ajarannya dengan metode yang lebih menarik.
Salah satu persoalan penting yang menjadi pokok perdebatan pada waktu itu adalah tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Sebenarnya, bukan hanya pada surat 2 Petrus tema ini menjadi persoalan penting, sudah terjadi jauh sebelumnya. Pada surat kiriman kepada Korintus pun masalah ini sudah muncul.
Pengajaran tentang kedatangan Kristus mempengaruhi sikap dan moral jemaat. Jemaat mula-mula percaya Kristus akan datang segera dan sebagian dari antara mereka masih akan melihat kedatangan-Nya kedua kali itu (bnd. 1Tes.1:11; 2Tes. 2:1-4). Tetapi berhubung sampai masa 2 Petrus ini Kristus belum juga datang, banyak dari anggota jemaat yang kecewa. Para pengajar sesat mempergunakan peluang itu untuk memengaruhi mereka. Mereka mengatakan bahwa Kristus tidak akan datang sebagaimana telah dijanjikan-Nya. Mereka tidak perlu menyianyiakan waktu dan pikiran untuk mengingat-ingat kedatangan Kristus. Itu merupakan pekerjaan sia-sia. Lebih baik mempergunakan waktu dan kesempatan yang ada untuk menikmati hidup, melakukan apa saja yang disukai seseorang. Akibatnya perbuatan yang tidak sesuai dengan moralitas kekiristenan menjadi semakin berkembang.
Para pengajar sesat itu mengejek orang-orang Kristen tentang penundaan kedatangan Yesus Kristus. Penundaan kedatangan Kristus menjadi dasar bagi pengajar sesat menyerang ajaran rasul-rasul. Berhubung masih banyak anggota jemaat yang masih muda (baru masuk menjadi anggota jemaat), mereka mudah terpengaruh dengan ajaran sesat itu. Oleh sebab itu banyak orang yang murtad, meninggalkan ajaran yang benar itu dan kembali kepada kepercayaan lama, bahkan sebagian dari antara mereka menjadi penganut synkritisme (bnd. Ibr 6:1-8).
Melalui surat ini penulis hendak mengingatkan jemaat bahwa Kristus pasti akan datang. Penundaaan kedatangan-Nya itu bukan urusan manusia tetapi sesuai dengan rencana Allah. Manusia tidak akan pernah mampu menetapkan kedatangan Yesus kedua kalinya. Keterlambatan itu justru menjadi bukti kasih Allah akan manusia yang tidak menghendaki manusia binasa. Dengan keterlambatan itu berarti masih ada waktu atau kesempatan untuk bertobat. Allah tidak pernah mengingkari apa yang Dia janjikan. Dia selalu setia dan menggenapnya.
Pengajaran kedatangan Kristus segera tidak perlu dipahami secara harfiah. “Kata segera” bukan berarti besok. Jika keyakinan tentang kedatangan-Nya yang segera akan terjadi berkembang di dalam jemaat mula-mula, bisa saja ajaran itu sengaja dikembangkan oleh para pengajar sesat pula. Sebab sekalipun pada awalnya Paulus mengatakan “maranatha, datanglah ya Tuhan” (1Kor.16:22) tetapi itu dalam konteks menginggatkan anggota jemaat agar tetap berja-jaga, berdoa dan tetap melakuka pekerjaan kasih. Paulus tidak pernah mengatakan kepada anggota jemaat supaya mereka meninggalkan pekerjaan yang baik karena Kristus akan datang segera (bnd. 2Tes.3:1-12). Yesus pun tidak pernah menjanjikan hari yang tepat dari kedatangan-Nya itu. Menjawab pertanyaan para murid-Nya tentang kedatangan-Nya, Dia menjawab tidak seorang pun yang mengetahui, bahkan Dia sendiri pun tidak mengetahui, hanya Bapa di surga yang mengetahuinya (Mat.24:36; Why. 1:6-7).
Menurut pengajar sesat tidak ada yang berubah di bumi sejak masa nenek moyang. Segala sesuatu itu tetap seperti semula. Dengan alasan itu, mereka mengatakan bahwa penantian kedatangan Kristus itu merupakan kesia-siaan saja. Untuk melawan ajaran sesat itu, maka penulis surat Petrus kedua ini membuka mata anggota jemaat untuk mengerti dengan baik kebenaran ajaran para rasul. Apakah betul tidak ada yang berubah seperti ditudukan para pengajar sesat itu? Tuduhan seperti itu tidak beralasan, sebab sejak penciptaan banyak yang berubah. Tidak ada yang kekal di muka bumi ini, semua berubah dan berkembang. Langit dan bumi (yang berada di bawah langit) terbentuk dari air samudera raya (Kej.1:2). Dunia yang tercipta itu terjadi oleh air. Artinya, air sangat penting untuk berdirinya dunia ini dengan menyoroti dua segi yakni: air merupakan asal usul baik untuk terbentuknya dunia maupun untuk kelanjutannya kemudian. Tetapi bumi yang tercipta demikian itu menjadi binasa ketika digenangi air pada masa Nuh (Kej.7:21). Seluruh dunia turut hanyut akibat keampuhan air itu.
Dengan penjelasan itu, Petrus mau menyapa anggota jemaat agar memahami dan mempercayai perbuatan kasih Tuhan kepada umat manusia dengan menyelamatkan Nuh beserta anak-anaknya. Sebenarnya, jika Tuhan tidak menunjukkan anugerah-Nya, Dia bisa saja menghancurkan semuanya termasuk Nuh sehingga tidak ada lagi generasi manusia berikutnya. Jadi jika para pengajar sesat itu mengatakan tidak ada yang berubah, peristiwa air bah itu pun sudah merupakan perubahan.
Sesudah dunia lama binasa, maka terbitlah suatu dunia ciptaan baru yang tetap terdiri atas langit dan bumi seperti dunia lama dan dunia mendatang. Manusia sekarang hidup dalam dunia sementara yang dipelihara oleh Allah, tetapi dunia yang sedang berjalan menuju kepada suatu kebinasaan lagi. Dunia yang sekarang akan terbakar oleh api, dan berkaitan dengan itu maka orang-orang yang tidak beriman juga akan binasa. Tetapi semua kejadian itu bukan merupakan hukum alam, Allah yang maha kuasa Pencipta langit dan bumi yang telah melakukannnya. Rencana dan kehendak Tuhan yang harus terjadi bukan suatu proses hukum alam. Dunia dan segala sesuatu di alam semesta itu berada pada sejarah keselamatan yang dirancang oleh Allah. Maka tidak ada suatu kejadian apa pun di luar pengetahuan Allah. Bumi, alam semesta, manusia dan semua makhluk harus hidup pada sejarah keselamatan Allah, tidak mungkin keluar dari garis ketentuan itu.
Berlandaskan Mazmur 90:4 penulis surat Petrus ini menambahkan argumentasi teologis tentang pokok yang dipersoalkan tadi. Menurut rasul ini, Allah tidak pernah dibatasi oleh waktu sebab Dia sendirilah yang menciptakan waktu. Jangka waktu yang dipahami manusia berbeda dengan jangka waktu Tuhan. Oleh sebab itu, sekalipun terjadi penundaan kedatangan Kristus kedua-kalinya, bagi Allah waktu itu hanya singkat saja. Bagi Tuhan, satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama satu hari. Artinya, batas-batas waktu yang berlaku bagi manusia tidak berlaku bagi Tuhan.
Bisa saja Tuhan menyudahi segala-galanya dengan cepat. Namun, Allah tidak melakukannya sebab Tuhan menghendaki keselamatan semua orang (bnd 1Tim. 2:4). Allah tidak lalai dalam penundaan kedatangan Kristus itu, tetapi justru hal itu menunjuk kepada kesabaran-Nya. Allah menunggu umat-Nya yang sudah berbalik itu untuk bertobat sebelum masa pengampunan itu berlalu. Para pengajar sesat itu pun harus bertobat dan kembali ke jalan Tuhan. Semakin lama Allah bersabar maka semakin besar pula kesempatan serta peluang bagi orang-orang berdosa kembali ke jalan yang benar. Penundaan kedatangan-Nya itu merupakan bukti kasih dan kemurahan Allah bagi manusia.
Penundaan kedatangan-Nya yang menjadi wujud kepeduliaan-Nya kepada umat manusia seharusnya ditanggapi dengan positip, yakni agar tetap waspada dan berdoa. Hari Tuhan pasti akan terjadi, tetapi sebagaimana dikatakan di atas hanya Allah sendiri yang tahu. Kalau hari Tuhan itu sudah terjadi, peluang dan kesempatan itu sudah berlalu. Manusia tidak mungkin lagi menyelamatkan dirinya. Dengan memakai gambaran yang terdapat dalam PL, kembali penulis mengingatkan jemaat agar sungguh-sungguh bertobat. Orang-orang Kristen tidak boleh terbawa arus pemikiran pengajar sesat itu. Benar, Tuhan belum datang kedua kalinya, tetapi tidak berarti bahwa Tuhan sama sekali sudah lupa sehingga Dia tidak akan datang lagi. Tuhan “pasti” akan datang. Kedatangan-Nya seperti pencuri pada malam hari, tiba-tiba dan tidak pernah diberitahukan sebelumnya. Orang-orang Kristen tidak perlu menghitung-hitung hari kedatangan-Nya itu, siapa pun tidak mungkin melakukannya. Perbedaan orang-orang Kristen beriman dari “yang lainnya” adalah orang-orang Kristen senantiasa siap menghadapi kedatangan Tuhan, kapanpun dan bagaimanapun caranya. Orang-beriman akan senantiasa siap menghadapi panggilan dan kedatangan Tuhan, dan tetap konsisten berjanji melakukan yang terbaik di dalam hidupnya.
Sepanjang masa, gereja menghadapi para pengajar sesat yang berupaya menaklukkan jemaat dan membawa mereka keluar dari gereja. Sering terjadi cara dan metode para pengajar sesat itu lebih menarik dari cara gereja yang sudah mapan (gereja mainstream). Hedonisme, materialisme, libertinisme, synkritisme, dan sebagainya semakin berkembang dan mudah mendapat tempat di tengah-tengah masyarakat modern. Semakin banyak manusia yang tidak takut terhadap hukuman Tuhan. Mereka mengatakan, hukuman Tuhan itu hanya peringatan isapan jempol yang menakut-nakuti manusia. Katanya, hukuman itu tidak perlu dihiraukan. Sebaliknya mereka mengajak manusia untuk menikmati kehidupan dunia modern ini sesuka hati masing, hidup berfoya-foya sebab kesempatan hidup tidak akan datang dua kali. Mereka tidak mau perduli kepada ajaran surga dan neraka, sebab bagi mereka surga itu adalah kenikmatan saja.
Kita melihat betapa banyak orang yang terjebak dengan ajaran sesat ini. Banyak dari antara umat manusia (termasuk anggota gereja) yang sudah terperangkap dalam jerat kenikmatan sesaat antara lain: ketergantungan kepada obat-obat terlarang, seks bebas, dan sebagainya. Banyak dari antara mereka yang sudah terperangkap dan terjerumus ke dalam lumpur dosa itu kemudian hari menyesal, tetapi penyesalannya sudah terlambat. Kita bisa membaca di dalam media semakin banyak orang yang mengidap penyakit HIV/AIDs, penyakit yang tidak mungkin diobati. Anehnya, penyakit yang sudah mendunia ini semakin meraja lela dan tidak ditakuti oleh banyak orang, lupa kepada akibat yang ditimbulkannya. Mata manusia telah gelap oleh kenikmatan sesaat itu.
Nas ini mengingatkan manusia (kita) tentang kedatangan Tuhan. Makna kedatangan Tuhan bagi kita bukan hanya menyangkut hari kiamat yang kita tidak tahu kapan akan terjadi tetapi juga berkaitan dengan kedatangan-Nya untuk memanggil kita dari dunia ini menghadap Allah Bapa di surga. Kapan dia memanggil seseorang tidak ada yang tahu. Oleh sebab itu, sebagai orang beriman kita harus berjaga-jaga, mempergunakan waktu yang diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya melakukan yang baik dan berguna untuk sesama dan dunia. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa keselamatan kekal telah dikerjakan Kristus untuk kita dan telah dianugerahkan-Nya. Namun, Iblis tidak akan pernah berhenti menggoda kita agar menanggalkan mahkota keselamatan itu. Maka, berjaga-jagalah, waspadalah, dan tetap berdoa. Tuhan memberkati kita semua.



Pdt.Dr.Jamilin Sirait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar