Jumat, 19 Juni 2009

RENUNGAN: 2 Timotius 4 : 1-8

“It Is Not The End” (2 Timotius 4 : 1-8)

“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”

PENDAHULUAN

Dalam rangka mengakhiri tugas Kepengurusan Persekutuan Naposobulung GKPA Penjernihan tahun 2006-2008 dan pemilihan pengurus baru periode 2008-2010, maka kita akan membahas tema: It Is Not The End. Sebenarnya dengan tema ini secara sederhana kita sudah memahami dan mengerti apa arti dan tujuan tema ini bahwa tugas kepengurusan bisa saja berakhir, namun bukan berarti tugas pelayanan kita di PNGKPA Penjernihan juga ikut berakhir, melainkan tugas pelayanan kita itu akan terus berlangsung dengan bentuk yang lain pula. Artinya PNGKPA Penjernihan memulai babak baru dalam pelayanan di gereja GKPA Penjernihan.

I. ARTI DAN MAKNA PELAYANAN
“Siapakah yang senang kalau harus melayani orang lain?” ujar Plato. Rupanya Plato lebih jujur daripada kita. Sebab sering kali kita berkata bahwa kita mau melayani orang lain, namun dalam prakteknya kita bersikap: Eh, enaknya nyuruh-nyuruh, memangnya aku jongos dia?
Dalam gereja orang juga senang berbicara tentang pelayanan. Begitu sering orang menggunakan kata melayani sehingga artinya menjadi kabur. Seorang pemuda mendapat tugas dari gereja, lalu ketika bendahara mau mengganti ongkos jalan, pemuda itu menjawab, “Tak usah, ini pelayanan.” Di sini pelayanan berarti melakukan sesuatu secara sukarela. Ketika sebuah gereja di Sumba meminta bantuan dana untuk pembangunan gedung, orang mengangguk dan berkata, “Ya, kita perlu melayani mereka.” Di sini pelayanan berarti memberi sumbangan. Minggu depan yang akan melayani permandian kudus adalah Pdt.Poltak. Di sini pelayanan berarti melakukan atau memimpin.
Kata melayani digunakan oleh Perjanjian Baru juga dalam banyak arti. Ada empat macam kata yang digunakan dalam bahasa aslinya, yaitu diakoneo, douleo, leitourgeo, dan latreuo.
Diakoneo berarti menyediakan makanan di meja untuk majikan. Orang yang melakukannya disebut diakonos dan pekerjaannya disebut diakonia (Lih. Luk.17:8). Namun dalam Lukas 22:26-27, Yesus memberi arti yang baru bagi diakoneo, yaitu melayani orang yang justru lebih rendah kedudukannya dari kita. Dalam 1Petrus 4:10 kata diakoneo berarti menggunakan karisma yang ada pada kita untuk kepentingan dan kebaikan orang lain. Rasul Paulus menganggap pekerjaannya sebagai suatu diakonia dan dirinya sebagai diakonos bagi Kristus (2Kor.11:23) dan bagi umat (Kol.1:25).
Douleo adalah menghamba yang dilakukan oleh seorang doulos (budak). Paulus memakai kata itu untuk menggambarkan bahwa kita yang semula menghamba kepada pelbagai kuasa jahat, dibebaskan oleh Kristus supaya kita bisa menghamba kepada Kristus (Gal.4:1-11). Suatu hal yang kontras dan tajam diperlihatkan di Filipi 2:5-7, yaitu bahwa Yesus yang walaupun mempunyai rupa Allah namun telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang doulos.
Leitourgeo berarti bekerja untuk kepentingan rakyat atau kepentingan umum. Orang yang berbuat itu disebut leitourgos dan pekerjaan luhur itu disebut leitourgia. Kata itu juga dapat berarti melakukan upacara dan ibadah kepada para dewa. Dari situ kita menggunakan kata liturgi untuk kata ibadah.
Latreuo berarti bekerja untuk mendapat latron yaitu gaji atau upah. Latreuo ini berarti memberikan persembahan kepada Tuhan. Penggunaan yang mencolok terdapat dalam Roma 12:1 di mana Paulus berpesan supaya kita mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan sebagai logike latreia, artinya persembahan yang pantas.
Pelbagai kata ini digunakan oleh gereja abad pertama dengan arti melayani, mengabdi atau menghamba kepada Tuhan dan kepada orang lain. Apa sebabnya kita didorong untuk melayani Tuhan dan orang lain? Dasarnya adalah karena Yesus sendiri sudah melayani kita. Seluruh hidup dan Yesus selama 33 tahun ditandai oleh jiwa melayani. Tujuan hidup-Nya bukanlah untuk mendapatkan pelayanan, melainkan untuk memberikan pelayanan. Isi hidup-Nya bukan dilayani, melainkan melayani. Alkitab tidak menggambarkan Yesus sebagai Tuhan yang berjaya atau berkuasa, melainkan sebagai Tuhan yang melayani dan menghamba, Yesus adalah diakonos (pelayan), bahkan doulos (budak).
Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa PNGKPA Penjernihan ini terpanggil untuk tugas pelayanan diakoneo, douleo, leitourgeo, dan latreuo; dipanggil untuk melayani, mengabdi atau menghamba kepada Tuhan dan kepada orang lain, secara umum untuk GKPA Penjernihan dan khususnya untuk PNGKPA Penjernihan.

II. PENUHILAH TUGAS PANGGILAN PELAYANANMU
Kehidupan Kristen dimulai dari kesadaran akan panggilan Tuhan karena Yesus mengatakan bukan kamu yang memilih Aku tetapi Aku yang memilih kamu. Berarti dari mulanya Allah memilih kita. Setelah Allah memilih kita, maka Allah menguduskan kita dan memanggil kita. Setelah kita dipanggil, maka Allah memperlengkapi hidup kita dengan memberikan kuasa, wibawa dan pengalaman-pengalaman rohani agar kita mampu bersaksi bagi Kristus.

Bagaimana kita menyadari dan menanggapi tugas panggilan itu?

1. Kristus Yesus yang akan menjadi hakim (ay.1).
Pelayanan kita bukan untuk menyenangkan manusia, bukan untuk mencari muka. Banyak orang ketika dipuji, maka pelayanannya makin baik, tetapi ketika dia dikritik, pelayanannya makin mundur. Kalau kita menyadari bahwa Yesus yang menjadi hakim dalam pelayanan kita, maka pelayanan kita harus benar di hadapan Allah. Jadi yang menjadi hakim dalam pelayanan kita bukan manusia, bukan rekan sepelayanan kita, bukan keluarga kita melainkan Kristus sendiri yang menjadi hakim. Karena itu pikirkanlah dan kerjakanlah apa yang menyenangkan hati Tuhan.
2. Senantiasa memberitakan Firman (ay.2).
Memberitakan Firman tidak identik dengan menjadi ‘pendeta’, ‘sintua’, ‘penginjil’, dll. Memberitakan firman adalah perkara yang mudah. Kita memberitakan Firman lewat nasihat-nasihat, tegoran, menyatakan apa yang salah, melawan ajaran yang sesat, lewat perilaku, sikap, prinsip hidup kita. Sehingga kita menjadi surat Kristus yang terbuka yang bisa dibaca oleh setiap orang di sekitar kita.

3. Kuasailah diri dalam segala hal (ay.5).
Menguasai diri berarti sadar dalam segala hal, sabar menderita, tunaikan tugas pelayanan. Jangan memakai penderitaan sebagai alat untuk bersikap kasar kepada orang lain. Namun melalui penderitaan kita terus menunaikan tugas pelayanan.

4. Kesiapan untuk berkorban (ay.6).
Dalam pelayanan banyak yang harus kita korbankan. Kadangkala bukan darah yang tertumpah tapi harga diri, sifat-sifat kedagingan kita yang harus kita tanggalkan. Tanpa pengorbanan dalam pelayanan tiada kemuliaan. Karena itu kita harus berani berkorban demi Kristus dalam pelayanan kita.

5. Bertahan sampai akhir (7-8).
Banyak orang yang semangat dalam awal pelayanannya, namun semakin lama semakin redup dan lenyap. Seorang pelayan harus memiliki semangat yang bertahan sampai akhirnya. Agar kita mampu bertahan hingga akhirnya maka kita harus membangun integritas diri kita. Inilah cerita terbesar tentang integritas. Ketika rasul Paulus berbicara tentang kematian, dia berbicara tentang reputasi yang diinginkannya. Paulus membuat 3 pernyataan yang luar biasa. Pertama: “Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik“ (“I fought a good fight”). Aku berjuang sebagai pejuang yang baik. Kita harus berjuang untuk setiap yang kita lakukan. Kita tidak boleh membiarkan diri kita dirusak oleh hal-hal yang kotor dan najis yang ingin menghancurkan kita. Kita harus berjuang untuk integritas kita. Kita harus berjuang untuk kejujuran kita. Kita harus berjuang untuk kesuksesan kita. Janganlah kita dikenal orang sebagai pejuang yang tidak baik/jahat. Bangun reputasimu sebagai pejuang yang baik. Kedua, “Aku telah mencapai garis akhir” (“I finished the task”). Aku berjuang sampai selesai. Bila kita diberikan tugas, kerjakan sampai tuntas, jangan setengah-setengah. Kerjakan sampai tuntas. Pernyataan ketiga, “Aku telah memelihara iman” (“I Kept the Faith”). Ini pernyataan penting, menjaga iman kita. Selalu jaga imanmu. Jaga imanmu dalam pergaulanmu, jaga imanmu pekerjaanmu, jaga imanmu di dalam keluargamu. Berdirilah pada nilai-nilai imanmu.
III. BAHAYA DALAM PELAYANAN PEMUDA GEREJA

Jika kita telah mengetahui apa arti pelayanan dan menyadari tugas panggilan itu, maka berhati-hatilah agar kita tidak jatuh dalam bahaya pelayanan pemuda Gereja. Saudara pernah dengar tidak yang namanya bahaya pelayanan pemuda Gereja. Apakah sebenarnya bahaya-bahaya dalam pelayanan kita itu?

1. Tidak memiliki visi yang jelas. Salah satu kesalahan terbesar di pelayanan adalah: tidak tahu visi. Banyak yang tidak tahu visinya dan cuma mengalir aja. Apakah itu visi? (1) Visi adalah sesuatu yang ingin dicapai masa mendatang. Yang ingin dicapai itu adalah kualitas, jumlah, ukuran keberhasilan. (2) Visi merupakan sesuatu kesadaran luas tentang: di mana kita sekarang, kemana kita hendak pergi, gambaran pencapaian pelayanan di masa depan. (3) Visi merupakan gambaran mental dari: apa yang sudah lampau, apa yang sekarang (kurang baik), apa yang akan datang (lebih baik). (4) Visi mempunyai daya dorong untuk: membantu mewujud-nyatakan, mengatasi berbagai kesulitan, berbuat lebih baik. Contoh visi pemuda: “Menjadi mitra Kristus dalam pelayanan Gereja”

2. Tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Karena pemuda/i gereja adalah orang-orang yang sibuk kerja di kantor, kuliah dan lain sebagainya dan ditambah lagi tugas pelayanan di gereja, maka sering kali mereka jatuh dalam bahaya tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Jangan heran, kalau tidak hati-hati, bisa-bisa pelayanan pemuda gereja itu kolaps. Keliatannya rohani banget, sibuk buat pekerjaan Tuhan, tapi sebenarnya dalamnya kosong, kering kerontang, karena tidak punya waktu buat duduk diam di kaki Tuhan. Pelayanannya cuma program belaka, cuma kejar target, cuma karena disuruh sama pengurus, strictly business… Tidak heran kalau rata-rata keluhan mereka di Senin pagi adalah “Kenapa ya gue kok rasanya capeeee banget waktu bangun pagi???” Itu karena mereka tidak punya “api” lagi di hati mereka. Api mereka sudah padam karena mereka tidak pernah menyalakan api bakaran di pagi hari, membakar korban persembahan bagi Tuhan secara teratur setiap pagi dengan cara saat teduh, berdoa, bernyanyi memuji menyembah Tuhan dengan tenang.

3. Melayani karena “terpaksa”. Sebagai akibat dari main tarik sana-sini, banyak orang yang diserahi tugas atau jabatan pada tempat yang salah. Misalnya “terpaksa” jadi ketua NHKBP cuma karena tidak ada orang lain lagi yang bersedia atau “dipaksa” jadi pengurus agar mau masuk NHKBP. Jika kita melayani karena “terpaksa” maka hati-hati jangan-jangan nanti juga Tuhan pun memberi berkat kepadamu karena “terpaksa” juga. Oleh karena itu layanilah Tuhan dan sesamamu dengan hati yang rela dan tulus iklas agar Tuhan memberimu kemampuan yang luar biasa.

4. Intrik cinta. Yang namanya kegiatan atau pelayanan pemuda, pasti ada benih-benih cinta yang ditabur atau tertabur. Wajar sih, naman ya juga anak muda. Tidak salah kalau selama pelayanan itu ada yang jadian atau pacaran. Tapi tidak semua yang pacaran itu akan menikah. Pasti pasangan yang jadian sampai menikah persentasenya lebih sedikit dibanding yang pasangan yang putus. Mungkin karena memang tidak cocok, mungkin karena selingkuh, mungkin karena sakit hati, dll. Apapun alasannya, yang namanya putus cinta itu pasti sakit. Tidak jarang karena intrik cinta dalam pemuda gereja ini sering menjadi pemicu hancur dan rusaknya pelayanan di dalam organisasi pemuda. Apalagi jika yang menjadi pelaku itu adalah salah seorang dari pengurus NHKBP, masalahnya lebih rumit lagi. Karena itu, berhati-hatilah menjalin cinta di dalam pelayanan. Jangan karena cinta, pelayanan rusak. Tetapi karena cinta jadikanlah pelayananmu semakin baik dan maju.

IV. PENUTUP

Pada malam ini, bagi Pengurus PNGKPA Penjernihan periode 2006-2008 akan mengakhiri pertandingan dan pelayanannya. Apakah arti mengakhiri tugas pelayanan ini? Pertama, biarlah Kristus yang menjadi hakim dalam seluruh tugas yang telah kita lakukan selama periode ini. Artinya setiap pekerjaan yang baik dan benar di mata Tuhan akan menjadi berkat bagi NHKBP Kernolong dan seluruh warga jemaat. Karena itu jika ada hal-hal yang tidak baik selama periode ini jangan hakimi dirimu, jangan hakimi orang lain, sebab hanya Yesus yang menjadi hakim dalam tugas pelayananmu. Kedua, kuasailah dirimu. Ketika banyak kritikan dan ocehan yang diterima selama ini baik dari teman dan pihak gereja jangan ditanggapi dengan emosi, jangan mengendorkan semangat pelayanan, jangan mengakhiri tugas pelayanannya dari NHKBP Kernolong alias meninggalkannya tetapi harus tetap di NHKBP untuk memberikan dukungan bagi pengurus yang baru nantinya. Ketiga, bersiaplah berkorban. Berkorban untuk memperbaiki pelayanan NHKBP Kernolong ini untuk semakin maju dan berkembang. Keempat, bertahanlah sampai akhir. Artinya jangan berhenti sampai di sini. Jangan berhenti berpartisipasi, memberikan dukungan doa dan dana bagi NHKBP Kernolong ini. It is not the end.
Bangunlah reputasi integritasmu mulai sekarang. Tujuan kita adalah melayani orang lain, bukanlah membebani orang lain. Biarlah di akhir nanti kita semua dapat berkata, “Aku sudah berjuang sebagai pejuang yang baik, Aku sudah menyelesaikan tugasku dan Aku sudah menjaga imanku.”


Ramli SN Harahap
Jl.Pengariaran No.16A
Bendungan Hilir, 10210
Jakarta Pusat
HP. 0813 848 808 26
Email: ramlyharahap@yahoo.com
http://ramlyharahap.blogspot.com

1 komentar:

  1. Terimakasih Inspirasi yang besar ini utk kemajuan pelayanan. It is not the end,... blessing!

    BalasHapus