KEBAHAGIAAN
BAGI ORANG YANG MENDENGAR DAN MELAKUKAN FIRMAN-NYA.
Pendahuluan
Perikope Khotbah kita pada saat
ini adalah pengajaran Tuhan Yesus tentang hidup dan kehidupan manusia ketika Ia
berada di Sinagoge dan Yerusalem sekitarnya. Secara khusus Khotbah kita pada
saat ini terambil dari Kitab Matius pasal 21 : 28 – 32 ini adalah merupakan pengajaran
Tuhan Yesus terhadap para pemimpin dan tua-tua serta pemuka-pemuka agama dan
tokoh-tokoh masyarakat. Tuhan Yesus menyampaikan pengajaranNya lewat dialog
dalam beberapa perumpamaan. Adapun tujuan Tuhan Yesus sangat sering memakai
metode pengajaranNya lewat perumpamaan-perumpamaan adalah agar pengajaranNya
itu lebih mudah dicerna dan dimengerti para halayak ramai/para pendengarNya.
Untuk lebih sempurnanya pengertian kita tentang teks khotbah ini, marilah kita
ikuti uraian yang sungguh sangat sederhana di bawah ini.
Uraian/Tafsiran
Kalaulah kitamembaca secara keseluruhan Matius 21, di
dalamnya kita akan menemukan bahwa Yesus ketika itu sedang berada di Bait
Allah. Pada saat itulah Yesus didatangi imam-imam kepala dan tua-tua bangsa
Yahudi yang pada hakekatnya adalah anggota-anggota Sanhedrin. Mereka berdiskusi
dan bertanya kepada Yesus: siapakah yang memberikan kuasa padaNya untuk
menyembuhkan orang sakit, menguduskan Bait Allah serta kuasa mengajar
kepadaNya. Tuhan Yesus mengerti apa latarbelakang dan tujuanpertanyaan-pertanyaan itu, yaitu hanya untuk
mencari kesalahanNya yang nantinya dapat dipergunakan untuk mempersalahkan
Yesus di hadapan masyarakat dan di muka pemerintahan Romawi. Dari beberapa
pertanyaan yang disampaikan para imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi,
Yesus mengumpan balik dengan hanya satu pertanyaan: Darimanakah baptisan
Yohanes, dari Sorga atau dari manusia ? Akhirnya para tua-tua bangsa Yahudi dan
imam-imam kepala tersebut sangat bingung untuk memjawabnya, karena mereka tahu
bahwa halayak ramai sangat mengagungkan kuasa Yesus (21:1-27).Sebagai tindak-lanjut percakapan, diskusi dan
pengajaran Yesus di sekitar Bait Allah, Ia melanjutkan pengajaranNya lewat
perumpamaan-perumpamaan yang dengan tujuanNya adalah agar lebih mudah diserap
dan dimengerti bahkan untuk diimani oleh para pendengarNya. Kali ini pengajaran
Yesus lewat khotbah kita minggu ini adalah Perumpamaan tentang dua orang anak
(Matius 21 : 28-32).
Kata Yesus: Seorang bapa
mempunyai dua orang anak laki-laki. Kepada anak yang sulung si bapa berkata:
Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik,
bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu si bapa pergi kepada anak yang kedua dan
berkata yang sama seperti kepada anak yang pertama. Lalu si anak yang kedua
menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian iamenyesal lalu pergi juga.
Pada zamannya Yesus, Ia
melihat bahwa dalam hidup dan kehidupan manusia sungguh sangat banyak coraknya
hidup manusia. Ada
manusia itu sangat mudah meng-ya-kan akan sesuatu hal, tetapi pelaksanaannya
lain dari yang diungkapkan. Ada
pula manusia itu yang selalu protes yang sering disebut sebagai pembangkang,
tetapi ia menyadari, ia menyesal dan manusia itu meng-ya-kan dan
mengindahkannya. Kehidupan pada zaman Tuhan Yesus ini, bukanlah hanya terjadi
pada saat itu, tetapi juga hingga pada saat ini masih dapat kita temukan.
Melihat hidup dan kehidupan manusia yang seperti ini, Muksin Alatas dan Titiek
Sandora dalam syair lagunya mengatakan: Memang lidah tak bertulang, tak terbatas
kata-katamu, tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati,……….!
Artinya, lain yang kita ungkapkan lain pula yang kita lakukan/laksanakan,
sebagaimana kisah yang dipaparkan Tuhan Yesus dalam perikope khotbah kita saat
ini.
Pada ayat 31, Yesus bertanya
kepada halayak ramai, para pendengarNya: Siapakah di antara kedua orang itu
yang melakukan kehendak ayahnya ? Jawab mereka: “Yang terakhir.” Jawaban yang
sepontanitas itu adalah jawaban yang sungguh sangat tepat. Akan tetapi jawaban
tersebut adalah juga sebagai gambaran kehidupan manusia baik ia sebagai umat,
imam-imam kepala maupun tua-tua bangsa Yahudi (ayat23).Tuhan Yesus melihat bahwa anak sulung dari si ayah dalam perikope ini
adalah merupakan kehidupan para tokoh, tua-tua, imam-imam yang hanya dengan
gampang dan gamblang mengungkapkan kata-kata indah yang enak didengar dan yang
nampaknya saleh; ‘baik, bapa,’ tetapi ia tidak mengindahkannya dan tidak pula
melakukannya. Untuk itu Yesus berkata dalam Lukas 11 : 28; Yakobus 1: 22 “Yang
berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya.”
Sementara anak yang kedua adalah
merupakangambaran kehidupan manusia
pembangkang, yang nampaknya selalu melawan dengan ungkapan-ungkapan kasar dan
yang tidak tahu mengungkapkan kata-kata manis, indah dan enak didengar. Mereka
ini (anak yang kedua) seperti pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan
sundal.
Pengajaran Yesus dalam
perumpamaan ini sungguh sangat erat hubungannya dengan perjalanan hidup
Yohannes, dimana Yohanes merupakan pendahulu Yesus, perintis jalan buat Yesus.
Yohanes pembaptis memberitakan: Bertobatlah sebab kerajaan Sorga sudah
dekat………(Matius 3, 11 Yes 62:1, Zakaria 9:9), yang bertujuan kepada Yesus
sebagai Juru Selamat, Mesias Yang Dijanjikan. Pemberitaan Yohanes Pembaptis ini
diingatkan Yesus kembali, dimana Yohanes dalam pemberitaannya mengajak para
umat, pemimpin, tokoh, pemuka, tua-tua maupun para imam untuk kembali ke jalan
yang benar dengan ajakan“bertobatlah……!” Baik itu dari kekerasan, kemunafikan, kebohongan maupun
itu dari hidup sandiwaramu.
Pdt. Laorensus Pasaribu,S.Th.
Praeses GKPA Distrik I Angkola-Mandailing P.Sidimpuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar