Jumat, 09 September 2011

Khotbah Minggu, 4 September 2011: Matius 21 : 28 - 32

widgeo.net
Bahan Khotbah Sekber UEM, Minggu 04 September 2011
( Minggu XI Setelah Trinitatis )

Khotbah: Matius 21 : 28 - 32.                        Bacaan: Mazmur 113 : 1 – 8.


KEBAHAGIAAN BAGI ORANG YANG MENDENGAR DAN MELAKUKAN FIRMAN-NYA.


Pendahuluan

Perikope Khotbah kita pada saat ini adalah pengajaran Tuhan Yesus tentang hidup dan kehidupan manusia ketika Ia berada di Sinagoge dan Yerusalem sekitarnya. Secara khusus Khotbah kita pada saat ini terambil dari Kitab Matius pasal 21 : 28 – 32 ini adalah merupakan pengajaran Tuhan Yesus terhadap para pemimpin dan tua-tua serta pemuka-pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat. Tuhan Yesus menyampaikan pengajaranNya lewat dialog dalam beberapa perumpamaan. Adapun tujuan Tuhan Yesus sangat sering memakai metode pengajaranNya lewat perumpamaan-perumpamaan adalah agar pengajaranNya itu lebih mudah dicerna dan dimengerti para halayak ramai/para pendengarNya. Untuk lebih sempurnanya pengertian kita tentang teks khotbah ini, marilah kita ikuti uraian yang sungguh sangat sederhana di bawah ini.

Uraian/Tafsiran

Kalaulah kita  membaca secara keseluruhan Matius 21, di dalamnya kita akan menemukan bahwa Yesus ketika itu sedang berada di Bait Allah. Pada saat itulah Yesus didatangi imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi yang pada hakekatnya adalah anggota-anggota Sanhedrin. Mereka berdiskusi dan bertanya kepada Yesus: siapakah yang memberikan kuasa padaNya untuk menyembuhkan orang sakit, menguduskan Bait Allah serta kuasa mengajar kepadaNya. Tuhan Yesus mengerti apa latarbelakang dan tujuan  pertanyaan-pertanyaan itu, yaitu hanya untuk mencari kesalahanNya yang nantinya dapat dipergunakan untuk mempersalahkan Yesus di hadapan masyarakat dan di muka pemerintahan Romawi. Dari beberapa pertanyaan yang disampaikan para imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi, Yesus mengumpan balik dengan hanya satu pertanyaan: Darimanakah baptisan Yohanes, dari Sorga atau dari manusia ? Akhirnya para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala tersebut sangat bingung untuk memjawabnya, karena mereka tahu bahwa halayak ramai sangat mengagungkan kuasa Yesus (21:1-27).  Sebagai tindak-lanjut percakapan, diskusi dan pengajaran Yesus di sekitar Bait Allah, Ia melanjutkan pengajaranNya lewat perumpamaan-perumpamaan yang dengan tujuanNya adalah agar lebih mudah diserap dan dimengerti bahkan untuk diimani oleh para pendengarNya. Kali ini pengajaran Yesus lewat khotbah kita minggu ini adalah Perumpamaan tentang dua orang anak (Matius 21 : 28-32).
Kata Yesus: Seorang bapa mempunyai dua orang anak laki-laki. Kepada anak yang sulung si bapa berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu si bapa pergi kepada anak yang kedua dan berkata yang sama seperti kepada anak yang pertama. Lalu si anak yang kedua menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia  menyesal lalu pergi juga.
Pada zamannya Yesus, Ia melihat bahwa dalam hidup dan kehidupan manusia sungguh sangat banyak coraknya hidup manusia. Ada manusia itu sangat mudah meng-ya-kan akan sesuatu hal, tetapi pelaksanaannya lain dari yang diungkapkan. Ada pula manusia itu yang selalu protes yang sering disebut sebagai pembangkang, tetapi ia menyadari, ia menyesal dan manusia itu meng-ya-kan dan mengindahkannya. Kehidupan pada zaman Tuhan Yesus ini, bukanlah hanya terjadi pada saat itu, tetapi juga hingga pada saat ini masih dapat kita temukan. Melihat hidup dan kehidupan manusia yang seperti ini, Muksin Alatas dan Titiek Sandora dalam syair lagunya mengatakan: Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-katamu, tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati,……….! Artinya, lain yang kita ungkapkan lain pula yang kita lakukan/laksanakan, sebagaimana kisah yang dipaparkan Tuhan Yesus dalam perikope khotbah kita saat ini.
Pada ayat 31, Yesus bertanya kepada halayak ramai, para pendengarNya: Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya ? Jawab mereka: “Yang terakhir.” Jawaban yang sepontanitas itu adalah jawaban yang sungguh sangat tepat. Akan tetapi jawaban tersebut adalah juga sebagai gambaran kehidupan manusia baik ia sebagai umat, imam-imam kepala maupun tua-tua bangsa Yahudi (ayat  23).  Tuhan Yesus melihat bahwa anak sulung dari si ayah dalam perikope ini adalah merupakan kehidupan para tokoh, tua-tua, imam-imam yang hanya dengan gampang dan gamblang mengungkapkan kata-kata indah yang enak didengar dan yang nampaknya saleh; ‘baik, bapa,’ tetapi ia tidak mengindahkannya dan tidak pula melakukannya. Untuk itu Yesus berkata dalam Lukas 11 : 28; Yakobus 1: 22 “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”                  
Sementara anak yang kedua adalah merupakan  gambaran kehidupan manusia pembangkang, yang nampaknya selalu melawan dengan ungkapan-ungkapan kasar dan yang tidak tahu mengungkapkan kata-kata manis, indah dan enak didengar. Mereka ini (anak yang kedua) seperti pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal.
Pengajaran Yesus dalam perumpamaan ini sungguh sangat erat hubungannya dengan perjalanan hidup Yohannes, dimana Yohanes merupakan pendahulu Yesus, perintis jalan buat Yesus. Yohanes pembaptis memberitakan: Bertobatlah sebab kerajaan Sorga sudah dekat………(Matius 3, 11 Yes 62:1, Zakaria 9:9), yang bertujuan kepada Yesus sebagai Juru Selamat, Mesias Yang Dijanjikan. Pemberitaan Yohanes Pembaptis ini diingatkan Yesus kembali, dimana Yohanes dalam pemberitaannya mengajak para umat, pemimpin, tokoh, pemuka, tua-tua maupun para imam untuk kembali ke jalan yang benar dengan ajakan  “bertobatlah……!” Baik itu dari kekerasan, kemunafikan, kebohongan maupun itu dari hidup sandiwaramu.   



Pdt. Laorensus Pasaribu,S.Th.
Praeses GKPA Distrik I Angkola-Mandailing P.Sidimpuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar