1.
Orang-orang pilihan adalah orang-orang
yang khusus yang melewati seleksi dari beberapa orang lainnya. Orang pilihan
ini memiliki karakter, gaya dan perilaku hidup yang berbeda dari orang lain.
Mereka sudah memiliki dasar dan pemahaman iman yang lebih mendalam. Orang-orang
pilihan ini tentunya bisa diterima oleh siapa pun asalkan kita mau dan dibentuk
sesuai dengan kehendak TUHAN. Dalam teks kitab suci kali ini kita akan membahas
orang-orang pilihan ALLAH.
2.
Apakah ciri-ciri orang pilihan ALLAH
itu?
a.
MENGENAKAN
BELAS KASIHAN
Belas
kasihan sering kali diterjemahan dari kata Ibrani ra·khamim′ dan kata
Yunani e′le·os (kata kerja, e·le·e′o). Dengan memeriksa kata-kata
ini dan penggunaannya, kita dibantu untuk mendapatkan makna dan nuansa artinya
yang lengkap. Kata kerja Ibrani ra·kham′ didefinisikan sebagai
”bercahaya, mempunyai perasaan hangat karena emosi yang lembut; . . .
beriba hati”. Menurut seorang leksikograf bernama Gesenius, ”Gagasan utamanya
tampaknya terletak pada tindakan menyayangi, menenteramkan, dan pada keadaan
emosi yang lembut. Kata ini berkaitan erat dengan kata untuk ”rahim” atau dapat
memaksudkan ”usus besar”, yang terpengaruh sewaktu seseorang mempunyai perasaan
yang hangat dan simpati yang lembut atau rasa kasihan (Bdk. Yes.
63:15, 16; Yer. 31:20).
Dengan demikian, orang pilihan ALLAH harus mampu bertindak menyayangi dan
membuat tenteram keadaan sehingga suasana damai sejatera nyata dan dirasakan
oleh banyak orang.
b. MURAH HATI
Kemurahan
hati merupakan dua kata yang menjadi tekanan dalam pengajaran Yesus. Kemurahan
hati memiliki sumber pada hati yang memiliki kasih, yang mudah tergerak melihat
penderitaan orang lain, hati yang mau menolong sesama yang menderita. Mengapa
Yesus sangat menekankan pada murid-muridnya untuk memiliki kemurahan hati?
Alasannya karena Allah itu kasih. Kemurahan hati Allah yang begitu besar
terletak pada kesediaan Allah untuk berkorban bagi manusia yang menderita
karena dosa pemberontakan manusia sendiri. Allah tergerak hatinya dan ikut
merasakan penderitaan manusia dan Ia datang serta mengorbankan diriNya bagi
keselamatan manusia. Siapapun yang ada di dalam Dia akan memiliki hati yang
penuh kasih, penuh kemurahan, penuh belas kasihan pada sesama yang menderita.
Kita tidak bisa mengaku sebagai murid Yesus yang telah menikmati kemurahan hati
Tuhan, menikmati pertolongannya tetapi menutup mata terhadap penderitaan orang
lain di sekeliling kita. Bila itu yang kita lakukan maka sama saja dengan kita
menyangkal kasih Allah kepada kita, kita menyangkal anugerah keselamatan Allah
kepada kita, dan keselamatan itu akan diambil kembali dari pada kita. Itu yang
terjadi seperti dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang yang telah diampuni
utangnya sebesar sepuluh ribu talenta (sekitar 60 juta dinar atau 10 juta
shekel kira-kira 100 Triliun Rp) namun tak mengampuni temannya yang berutang
100 dinar (sekitar 3 juta Rp). Pengampunannya itu kemudian diambil kembali
darinya dan ia dimasukkan dalam penjara. Keselamatan kita sebagai orang kristen
adalah keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan secara cuma-cuma melalui iman
kita kepadaNya. Namun iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati. Dalam cerita
orang Samaria yang baik hati di atas kita melihat bagaimana orang yang menderita
sehabis dirampok tak dipedulikan oleh kedua orang pertama yang melwatinya yaitu
seorang Imam dan seorang Lewi. Seorang Imam dan orang Lewi adalah dua jenis
orang yang setiap hari mengidentikan diri mereka dengan Tuhan. Mereka adalah
orang-orang terpandang dalam hal keagamaan, namun perilaku hidup mereka tak
mencerminkan perilaku yang menghormati Tuhan. Jadi apa yang mereka khotbahkan
setiap hari tak sesuai dengan apa yang mereka praktekkan dalam kehidupan real
mereka. Iman harus dilandasi dengan perbuatan sebagai ungkapan syukur atas
anugerah keselamatan yang diberikan. Ketika kita telah diampuni segala
kesalahan kita yang begitu besar tetapi perilaku kita masih menyandang perilaku
lama yang tak memiliki kemurahan hati dan belas kasihan maka kita menjadi tak
layak untuk menerima anugerah keselamatan Tuhan. Karena itu kenakanlah kasih,
kemurahan hati, belas kasihan dalam setiap perilaku kehidupan kita. Karena kita
tidak mungkin mampu mengasihi Allah yang tidak kelihatan tetapi membenci sesama
kita yang ada setiap hari di sekeliling kita.
c. RENDAH HATI
Rendah
hati mungkin adalah sebuah kata yang hampir hilang dari perbendaharaan bahasa
kita. Hampir setiap hari kita mendengar atau menyaksikan betapa kita,
menunjukkan arogansi kekuasaan atau kekayaan, kehebatan yang kita miliki. Kerendahan hati merupakan salah satu
indikator dari tingginya kecerdasan spiritual seseorang. Seorang yang tidak
bisa menunjukkan sikap atau karakter rendah hati, berarti belum mencapai
kedamaian dengan dirinya. Pribadi
yang rendah hati biasanya justru memandang bahwa orang lain sebagai ciptaan
Tuhan memiliki keunikan dan keistimewaan, sehingga dia senantiasa membuat orang
lain merasa penting. Karena sesungguhnya setiap pribadi adalah istimewa. Setiap
orang adalah spesial, unik, dan berhak untuk dihargai. Manusia adalah pribadi
yang harus diperlakukan khusus. Manusia adalah makhluk yang sangat sensitif.
Jika kita meragukan hal ini, lihat diri kita sendiri dan perhatikan betapa
mudahnya kita merasa disakiti atau tersinggung. Orang yang Rendah hati akan
membahagiakan hati sesama. Kalau dia seorang bapak, keluarganya akan
menghormatinya dengan tulus. Kalau seorang ibu, anak-anaknya tentu akan
senantiasa merindukan. Kalau seorang pemimpin, tentu akan menginspirasi hati
sekalian rakyatnya.Mari kita belajar rendah hati, dengan cara mengagumi dan
mengapresiasi kelebihan rekan-rekan kita yang tidak kita miliki.Salah satu ciri
kerendahan hati adalah mau mendengar pendapat, saran dan menerima kritik dari
orang lain. Sering dikatakan bahwa Tuhan memberi kita dua buah telinga dan satu
mulut, yang dimaksudkan agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Kadang-kadang hanya dengan mendengarkan saja kita dapat menguatkan orang lain
yang sedang dilanda kesedihan atau kesulitan. Dengan hanya mendengar, kita
dapat memecahkan sebagian besar masalah yang kita hadapi. Mendengar juga
berarti mau membuka diri dan menerima, suatu sifat yang menggambarkan kerelaan
untuk menerima kelebihan dan kekurangan orang lain maupun diri kita sendiri.
Rendah hati bukan berarti merendahkan diri dan menutup diri melainkan secara
aktif mendengarkan, berbagi, dan berempati sehingga terjalin hubungan harmonis
dua arah. Dia dapat menyesuaikan kondisi emosi dan egonya untuk menempati
kondisi emosi dan ego teman bicaranya sehingga sang teman merasa didengarkan
dan dihargai.
d. LEMAH LEMBUT
Lemah
lembut dalam Bahasa Indonesia artinya baik hati, suka menurut. Dalam bahasa
Yunani kata yang diterjemahkan dengan lemah lembut adalah praus (dari kata praus
dikenal pula kata praotes yang
artinya kurang lebih sama). Kata itu sebenarnya memiliki makna lebih luas
dibanding arti lemah lembut dalam bahasa Indonesia. Ada 3 pengertian: (1) praus biasanya dikenakan pada binatang
(khususnya kuda) yang sudah jinak; tidak lagi mengikuti kemauannya sendiri tetapi
sudah dapat menerima pengarahan dan kendali dari tuannya. (2) kata praotes biasanya dipakai untuk menyebut
sikap yang berada di tengah-tengah orgilotes (gampang dan suka marah) dan
aorgesia (sama sekali tidak bisa marah). Jadi praotes sama dengan orang yang
sabar (tidak suka marah, atau mengumbar amarahnya), tetapi dalam hal dan waktu
tertentu dia bisa juga marah; tidak tinggal diam saja. (3) kata praotes adalah lawan dari kata hupselokardia (tinggi hati), jadi bisa
diartikan rendah hati; tidak sombong dengan kelebihannya, tetapi juga tidak
minder dengan kekurangannya. Dengan demikian seseorang dikatakan lemah lembut
bila: (1) ia punya kehendak tetapi kehendaknya itu ia tundukkan di bawah
kehendak Tuhan. Ada ajaran dari aliran keagamaan tertentu yang memandang
kehendak sebagai sumber penderitaan, karenanya harus dimatikan. Berangkat dari
arti praotes kehendak itu tidak dimatikan (dan memang sebetulnya tidak bisa
kita mematikan kehendak), tetapi dikendalikan. Sehingga kita tidak diperbudak
oleh kehendak). (2) ia bisa marah, tapi tidak lekas marah; bisa menguasai
kemarahannya. (3) ia akan menghadapi orang-orang yang lebih tinggi tanpa rendah
diri dan orang-orang yang lebih rendah tanpa menjadi tinggi hati.
e. SABAR
Di
zaman sekarang ini tidak mudah menemukan orang yang sabar. Banyak orang
cenderung cepat-cepat dan sembarangan dalam mengerjakan segala sesuatu.
Atau ketika dalam masalah dan pergumulan, kita sering mendengar nasihat yang
mengatakan, "Yang sabar ya." Lalu kita pun menimpali:
"Kesabaran kan ada batasnya." Sebenarnya, apa itu kesabaran?
Kesabaran adalah ketenangan hati dalam menghadapi cobaan; kesabaran
adalah lawan dari kemarahan yang tidak pada tempatnya, kemampuan untuk menahan
diri dalam menghadapi situasi-situasi sulit; sifat tenang; tabah;
tidak tergesa-gesa atau terburu nafsu. Ketika orang lain marah, menyakiti
atau berbuat jahat kepada kita, tanpa pikir panjang kita ingin segera
mendamprat atau membalasnya. Apa bedanya kita dengan orang dunia jika
demikian? Sebagai orang Kristen kita dituntut untuk memiliki kesabarn dan
saling bersabar satu sama lainnya, sebab kesabaran adalah bagian dari kasih,
dan kekristenan itu identik dengan kasih. Tertulis: "Kasih itu
sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong" (1Kor. 13:4).
Di samping itu, kesabaran merupakan bagian dari buah-buah Roh yang harus
terpancar dalam kehidupan orang percaya (baca Gal. 5:22-23). Jika kita
mengaku diri sebagai orang Kristen/pengikut Kristus tapi kita tak punya
kesabaran, maka kita perlu bertobat! Dengan kesabaran, seseorang dapat
melihat hal-hal yang positif di tengah kesukaran sekali pun. Bukankah
banyak orang Kristen yang tidak sabar menantikan pertolongan dari Tuhan dan
akhirnya mereka pun tidak mengalami beerkat-berkat Tuhan? Kesabaran
adalah kunci untuk sebuah hubungan kerjasama yang baik. "Si pemarah
membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan
perbantahan." (Ams. 15:18). Pertengkaran dan permusuhan
seringkali terjadi ketika ada pihak yang tidak sabar alias mudah tersulut
emosi. Oleh karena itu "Jika amarah penguasa menimpa engkau,
janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan
besar" (Pengk. 10:4).
f.
MENGAMPUNI
Pengampunan
adalah intisari iman Kristen. Kalau ibarat orang dagang, maka jualan utama
kekristenan adalah : pengampunan!!! Menjadi orang Kristen berarti diampuni dan
diterima oleh Allah. Menjadi orang Kristen berarti juga bersedia mengampuni dan
menerima orang lain tanpa syarat! Mengampuni berarti melakukan dua hal, yakni:
(1) Membebaskan : membuat orang yang berhutang (bersalah) bebas dari segala
konsekuensi (hukuman) yang sebenarnya harus ditanggungnya. (2) Menghapuskan :
menganggap hutang (kesalahan) itu sudah diputihkan. Dua hal tersebut
membebaskan dan menghapuskan dosa (kesalahan) dilakukan Tuhan atas hidup kita
saat kita percaya kepada Kristus. Demikian juga hendaknya kita melakukan hal
itu kepada sesama kita. Sederhanya kita harus MENJADI ORANG YANG MUDAH
MELEPASKAN PENGAMPUNAN.
Menurut hasil penyelidikan Frederic Luskin Ph.D dari universitas Stanford Amerika, tanda-tanda orang yang mudah mengampuni adalah: 1) Mereka tidak mudah tersinggung saat diperlakukan tidak menyenangkan oleh orang lain. 2) Mereka tidak mudah menyalahkan orang lain ketika hubungannya dengan orang tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan. 3) Mereka punya penjelasan rasional terhadap sikap orang lain yang telah membuat mereka tersinggung.
g.
MENGENAKAN
KASIH SEBAGAI PENGIKAT YANG MEMPERSATUKAN DAN MENYEMPURNAKAN
Jemaat
Kolose adalah jemaat yang heterogen. Ada banyak suku bangsa di jemaat itu (ayat 11) berarti juga ada
perbedaan latar belakang, perbedaan budaya,
karater, pola pikir dan sebagainya. Adanya berbagai perbedaan itu rawan
menimbulkan konflik, pertentangan dan pertengkaran di antara sesama anggota
jemaat. Dalam keadaan yang demikian, apakah mungkin jemaat Kolose dapat
mewujudkan kesatuan sebagai umat Tuhan dan persekutuan yang baik di antara
sesama anggota jemaat? Mungkin saja. Sekalipun banyak perbedaan asal ada kasih,
jemaat Kolose dapat mewujudkan kesatuan dan persekutuan yang indah. Karena itu,
kenakanlah kasih. Sebab kasih itu mempersatukan dan menyempurnakan. Demikian
pula dengan keluarga, keluarga itu terdiri dari beberapa individu yang berbeda.
Perbedaan itu dapat menimbulkan konflik dan pertengkaran. Tetapi kalau ada
kasih dalam keluarga itu, sekalipun masing-masing anggota keluarga berbeda,
keluarga akan dapat bersatu dan utuh, sebab kasih itu sebagai pengikat yang
mempersatukan dan menyempurnakan. Ungkapan kasih itu mempersatukan dan
menyempurnakan, mengandung arti bahwa kasih itu mempunyai kekuatan yang luar
biasa, yaitu kekuatan yang memampukan kita untuk membuang segala sifat buruk
kita dan memampukan kita untuk mewujudkan kesatuan dan persekutuan yang indah
dalam keluarga. Bukan berarti kalau ada kasih maka tiada perbedaan, perbedaan
tetap ada tetapi kasih membuat masing-masing anggota keluarga dapat menerima
perbedaan itu. Adanya kasih bukan berarti tidak ada pertengkaran, pertengkaran
tetap saja bisa terjadi di antara sesama anggota keluarga, tetapi kasih membawa
setiap anggota keluarga untuk dapat saling memafkan sehingga terwujud
perdamaian. Pdt. Stephen Tong pernah mengatakan: “cekcok kecil bahagia, cekcok
besar bahaya, tidak pernah cekcok omong kosong”. Kasih yang demikian, harus
dikomunikasikan dan diekspresikan. Kata “kenakanlah” yang dipakai di sini,
berkenaan dengan pakaian (jubah). Jadi ini berarti kasih itu harus dipakai dan
dipraktekkan. Kasih itu bukan sekedar teori melainkan harus dikomunikasikan dan
diekspresikan. Bukan dengan sekedar kata-kata yang indah tetapi juga dalam
sikap hidup. Sedikitnya ada 3 sikap “saling” sebagai ekspresi kasih, yaitu:
saling memperhatikan, saling menerima dan saling memaafkan. Kalau saat ini,
kita merasa bahwa kasih sudah mulai luntur bahkan sirna dalam keluarga kita.
Mari kita memohon agar Tuhan mencurahkan kasih dalam keluarga kita. Dan
kenakanlah kasih itu, sebab kasih itu mempersatukan dan menyempurnakan.
3.
Dari paparan di atas, maka jelaslah
bagi kita sekarang bahwa kita dipanggil menjadi orang-orang pilihan ALLAH.
Karena itu, mari belajar banyak dan mempraktikkan sebagai orang-orang pilihan
di tengah-tengah keluarga, gereja dan masyarakat.
Yogyakarta, 25 Agustus 2013
Ramli
SN Harahap
Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)
Yogyakarta
Email: harahapramly@yahoo.com;
www.ramlyharahap.blogspot.com |
BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Rabu, 23 Oktober 2013
Hatorangan ni Sibasaon: Kolose 3:12-14
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar