Senin, 13 April 2009

KHOTBAH

FAEDAH MORAL DARI HIKMAT
(Amsal 2:1-10)

Pendahuluan
Dalam tradisi Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang yang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani mashal, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa hikmat“. Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. 1:20-33; 2:1-22; 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih.1:1; 10:1; 25:1). Menurut 1Raja 4:32, Salomo menghasilkan 3.000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya.
Tujuan kitab Amsal dinyatakan dengan jelas dalam 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan dan kejujuran (1:2-3) sehingga (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (1:4), (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (1:4) dan (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (1:5-6).
Sebuah amsal ialah suatu pepatah, perbandingan atau pertanyaan singkat-padat yang mengungkapkan suatu prinsip atau sebuah pengamatan tentang perilaku manusia dari sudut pandangan Allah. Amsal-amsal ini digubah untuk mengajar umat Allah (khususnya kaum muda) bagaimana menjalankan hidup yang menyenangkan Dia, memiliki hidup yang berhasil dan berbahagia, dan menjauhi kesusahan-kesusahan hidup yang diakibatkan oleh dosa.

Penjelasan Ayat
MENYIMPAN PERINTAHKU. Hanya dengan menyimpan firman Allah di dalam pikiran kita maka kita akan belajar untuk hidup dengan bijaksana dan benar dalam hubungan kita dengan Allah (ay.5). Kita dapat mengalahkan dosa dengan perintah-perintah Allah di dalam hati kita (Mzm 119:11 - Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau) dan firman Kristus yang tinggal di dalam diri kita (Yoh. 15:7; Yak.1:21 - Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu).
BERSERU KEPADA PENGERTIAN. Mempelajari firman Allah harus disertai sikap doa yang sungguh-sungguh berseru memohon hikmat dan pengertian. Belajar saja mungkin menjadikan kita sarjana Alkitab, tetapi berdoa bersama belajar firman Allah mengizinkan Roh Kudus mengambil penyataan itu dan mengubah kita menjadi orang yang rohani.
HIKMAT AKAN MASUK KE DALAM HATIMU. Hanya ketika hikmat Allah memasuki hati kita – yaitu: motivasi, keinginan, dan pikiran – barulah akan menghasilkan hidup dan kuasa (bd.4:23). Untuk mencapai hal ini, Roh kebenaran harus bekerja di dalam jiwa kita (Yoh.16:13-14) sehingga semua perintah dan jalan Allah menjadi kesenangan bagi kita.
TEMPUHLAH JALAN ORANG BAIK. Berkat-berkat memperoleh hikmat meliputi: (1) belajar takut akan Tuhan sehingga terpelihara dari kejahatan sepanjang perjalanan hidup (5-8); (2) memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dari yang jahat sehingga dapat mengelakkan tragedi-tragedi dosa (11); (3) keinginan untuk menjauhi orang jahat dan bergaul dengan orang benar dan baik (12-15,20); (4) menjauhi kebejatan seksual (16-19); (5) memperoleh berkat-berkat yang dijanjikan Allah (21).


Renungan/Aplikasi
Orang Batak terkenal dengan "umpama" dan "umpasa"-nya. Ini membuktikan bahwa kita orang Batak adalah termasuk orang-orang yang berhikmat dalam menjalani kehidupan ini.
Dalam tradisi kehidupan bermasyarakat orang Batak, unsur pengajaran mendapat perhatian yang cukup banyak. Pengajaran dari orang tua kepada anak-anaknya, juga dari penatua-penatua kepada generasi muda baik dalam kehidupan berkeluarga maupun interaksi dalam kekeluargaan di satu-sati desa. Misalnya:
(a) Umpama ttg Belajar hikmat kehidupan: Jolo tinoto asa nirabi (bd. Psl.34:14 - Sai jaga ma dilam maradophon hajahaton, jala bibirmu maradophon pangkuling sipaotooto); Napuran sirara uruk di toru ni dangkana; naso masuk sipaingot sumolsoli rohana (bd. Poda 10:17 - Mardalan di lapang tu hangoluan do manang ise na mangaramoti pangajaran, alai manang ise na manjua pinsangpinsang, na mangaliluhon do).
(b) Umpama menghormati orangtua mendapat berkat: ++ Ianggo pansur di alaman, hinandangan dohot halak-halak; ianggo na pantun marama, halomoan ni sude halak; ++ Na niombakhon hudali, pauk tu tano liat; na tois marama, ra tung gomahon ni babiat, alai na pantun marina, sai dapotan parsaulian.
(c) Umpama ttg keluaga mertua dan sesama manusia: ++ Dulang na so dulangon, dulang bajora di bonana; hulahula ndang jadi sumpaon, habiaran sapatana.
(d) Umpama ttg Tuhan Penolong: ++ Badobado bidang tu laklak ni antahasi; atik songon dia pe roham na naeng marhilang; adong do Debata Ama na mangasi; ++ Jongjong hau tinaba, dililit andor marhaliang; jongjong do Amanta Debata, marnida halak na hinilang.
Dan masih banyak lagi perumpamaan orang Batak yang tidak pernah lagi digali dalam rangka pengajaran terhadap anak-anak dan generasi muda sekarang. Demikian juga dengan pengajaran iman Kristen kita. Sudah jarang orang tua memberikan pengajaran hikmat kepada mereka dari kebenaran firman Tuhan. Bahkan orang lebih suka mempercayakan pengajaran iman anak-anaknya kepada orang lain atau pihak dan lembaga lain.
Harus kita akui bahwa banyak manfaat moral dari pengajaran hikmat ini. Mengapa pemuda/i dan generasi orang Batak kurang berhikmat? Karena pengajaran hikmat para leluhur kita dahulu telah dilupakan manusia zaman sekarang. Mengapa pemuda/i Kristen kurang berhikmat? Karena pengajaran hikmat Tuhan yang tertuang dalam Alkitab tidak berulang-ulang kita wariskan kepada anak-anak dan generasi kita saat ini.
Padahal faedah moral jika kita mengajarkan hikmat kepada mereka generasi penerus kita ini adalah: (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (1:4), (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (1:4) dan (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (1:5-6).
Marilah kita bergiat mengajarkan hikmat dari Tuhan kepada generasi penerus kita agar mereka kelak menjadi anak yang penuh dengan hikmat. Kita melahirkan sebuah generasi yang hidup dan berpikir sesuai dengan kebenaran, jalan, dan pola Allah. Hikmat artinya mendekati seluruh kehidupan dari sudut pandang Allah. Hikmat itu datang hanya kepada mereka yang mencarinya melalui hubungan yang benar dengan Allah (ay.7) dan mempelajari firmanNya dengan rajin (3:1-3). Amin.

1 komentar:

  1. Horas amang ...
    Kita tunggu tulisan berikutnya.

    Simanjuntak GKPA Depok
    http://watukosek11.blogspot.com/

    BalasHapus