Senin, 13 April 2009

RENUNGAN

VITALITAS
Kej. 2:4-7

Apa yg hendak dikatakan oleh ayat2 itu? (a) bhw bumi diciptakan oleh Tuhan u/ ‘diusahakan’, ‘diolah’, ‘dikerjakan’; (b) bhw manusia diciptakan oleh Tuhan (al.) u/ ‘mengusahakan’, ‘mengelola’ dan ‘ mengerjakan’ bumi; dan (c) u/ maksud itulah, “TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya”
Dlm bhs Ibr, kelihatan hub yg sangat erat antara adama (=tanah) dengan adam (=manusia). ‘Adam’ atau manusia adalah ‘makhluk adama’. Dibuat dari adama, untuk mengusahakan adama. Ada yg menarik lagi: ‘mengusahakan tanah’ atau secara umum melakukan pekerjaan fisik (kerja kasar). Dlm bhs Ibrnya adalah abudah. Dan abudah amat mirip atau amat erat hubnya dg ibadah!. Abudah adalah ibadah. Bekerja adalah ibadah! Luar biasa, bukan?
Ini hanya hendak mengatakan bhw kerja atau bekerja itu, sec teologis dan sec alkitabiah, adalah sesuatu yg mulia. Paling sedikit, bukan sesuatu yg rendah atau hina. Dlm hub ini, yaitu bhw bekerja itu mulia.
Yg menarik ketika Tuhan membentuk manusia dengan maksud al u/ mengusahakan ‘tanah’ atau ‘bumi’, apa yg Allah lakukan? Ay 7, “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya…” Artinya, manusia baru dapat memenuhi fungsinya dan melaksanakan tugasnya untuk bekerja mengolah bumi, kalau di dalam dirinya ada kedua2nya yakni ‘debu tanah’ dan ‘nafas hidup’. Pada satu pihak, sbg ‘debu tanah’ ia sama dg ciptaan Tuhan yg lain. Tetapi sbg ‘nafas hidup’, ia mengandung sesuatu yg ‘ilahi’ di dalam dirinya.
Karena itu, jangan terlalu sering kita katakan, “Yah, saya ini ‘kan manusia biasa!” – lalu menyerah begitu saja kpd godaan Iblis. Justru karena kita manusia, kita tidak ‘biasa’ melainkan ‘luar biasa’. Dlm 2Kor.4:7 dikatakan bhw kita ini hanya ‘bejana tanah liat’, bejana lempung, yg ringkih, rentan, mudah pecah! Akan tetapi, di dlm bejana itu kita menyimpan harta yg luar biasa, yaitu kekuatan yg melimpah-limpah yg berasal dari Allah. Jangan kita lupa itu! Kalau orang Jakarta bilang, “Jangan malu-maluin Tuhan, dengan gampang kalah, gampang menyerah, sering kali kalah sebelum berjuang!”
Sebelum manusia bisa bekerja, Tuhan harus terlebih dahulu menghembuskan nafas hidup atau Roh kehidupan. Kalau Cuma adama saja atau debu tanah saja, ya dia tdk ada bedanya dengan yg harus dikelola. Tidak mungkin. Kita mampu mengelola tanah karena kita memiliki perbedaan dengan tanah. Tetapi kalau cuma ‘nafas hidup’ saja atau ‘roh’ saja, jadi seperti hantu, mustahil pula mencangkul atau membajak tanah. Iya, bukan?
Jadi dan inilah firman Tuhan yang ingin kita renungkan: ada hub timbal balik antara spiritualitas (iman) dan vitalitas (hidup). Tanpa spiritualitas, kita tdk akan punya vitalitas. Hidup kita akan seperti air – tawar, hambar, tanpa rasa dan tanpa warna. Tetapi juga sebaliknya: spiritualitas yg benar itu hrs menghasilkan vitalitas, gairah hidup, semangat kerja. Karena memang tujuan dan maksud itulah, Tuhan menghembuskan roh kehidupan. Supaya Adam mengusahakan adama.
Salah benar kalau ada orang yg karena spiritualitasnya yg menggebu-gebu, malah mengundurkan diri dari dunia ini, pikirannya cuma ke surga! Salah! Tuhan tidak memberikan Roh-Nya untuk hal seperti itu.
Perhatikan urutannya baik-baik! Kita dapat membayangkan, betapa setelah Yesus naik ke surga, dengan sebelumnya memberikan amanatNya (Amanat Agung – Mt.28:18-20) – murid-murid aja tdk ingin cepat-cepat bekerja, ingin bertindak – action! Tetapi malaikat Tuhan berpesan: Jangan terlalu cepat! Pulang dulu ke Yerusalem! Tunggu beberapa hari. Kalian mesti belajar bagaimana bersekutu, bagaimana bergantung kepada Tuhan melalui doa, dan belajar diam! Sabar, jangan grusah-grusuh, pokoknya sibuk!
Jadi inti firman Tuhan untuk kita adalah seimbang! Hiduplah yg seimbang dan ini sangat relevan. Di gereja, mencari org yg mau berperan aktif banyak. Mencari org yg ‘rohani’ banyak mudah. Tetapi yg seimbang? Tdk banyak! Yg banyak justru seimbang dalam arti spiritualitas no, vitalitas no. Aktif tdk, rohani juga tidak. Padahal yg dikehendaki Tuhan adalah keseimbangan yg positif: tinggi spriritualitasnya, tinggi pula vitalitasnya.
Dalam Islam ada ungkapan yg indah begini, Bertakwalah seolah-olah besok akan kiamat: tetapi bekerjalah seolah-olah dunia tdk pernah akan kiamat.” Dalam 1Kor.15:19, Rasul Paulus berbicara mengenai orang yg paling malang di dunia ini. (Artinya paling sial, paling celaka, paling bodoh). Siapa itu? “Orang yg hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus.”
“Menaruh pengharapan kpd Kristus” tentu baik dan jauh lebih lumayan daripada tdk percaya sama sekali kepadaNya. Namun demikian, kata Paulus, kalau pengharapan kita kpd Kristus itu hanya dipusatkan u/ kepentingan kita dalam hiduo yg fana ini (percaya kpd Kristus spy tubuh kita sehat dan jauh dari sakit, atau spy tubuh kita jauh dari halangan, atau spy usaha dagang kita untung dan berkembang, tdk mengalami kerugian) – kalau pengharapan kita hanya u/ itu saja, Paulus tdk mengatakan kita salah, atau dosa. Tetapi kita adalah orang yg paling malang, dalam arti juga paling bodoh di dunia ini. Mengapa bodoh? Karena mubazir! Sama seperti misalnya orang membeli rumah mewah sekali, harganya sekian milyar rupiah, tetapi cuma dipakai u/ gudang dedak, atau kandang kambing. Salah? Ya, tdk! Tetapi bodoh! Mengapa? Baca Ayb.14:7-12. Artinya jangan hanya mencari sukses di dunia tetapi carilah sukses ke surga. Seimbang mengumpulkan harta di dunia, dan mengumpulkan harta di surga.
Dalam tanggung jawab kita kepada orang lain, harus ada keseimbangan antara keluarga, kerja dan gereja. Jangan timpang! Terlalu aktif di gereja, lalu lupa keluarga, lupa kerja! Terlalu getol kerja, lupa keluarga, apalagi gereja! Atau begitu mencintai keluarga mengabaikan keja dan gereja.
Kalau kita buat penelitian, maka kerja dan keluarga itu – dapat kita duga – pasti menempati ranking paling atas dalam skala prioritas kita. Dan gereja ranking paling bawah (kecuali yg ekstrim).
Yg disebut seimbang dan yg dikehendaki Tuhan: bukan masing2 dapat 30%. Kalau 1 hari 24 jam: 8 jam u/ kel, 8 jam u/ kerja, 8 jam u/ grj. Bukan sepertiga atau 30% u/ masing2. U/ masing2 Tuhan menuntut 100% tanggung jawab. Tanggung jawab di tempat kerja, bukan 33% tetapi 100%. Di keluarga begitu dan di gereja pun begitu.
100% t.jawab! Ini tidak sama dengan 100% waktu! Tdk bisa juga masing2 dapat sepertiga waktu supaya seimbang. Bukan. Apalagi jk kita lihat situasi di Jkt, orang rata2 bekerja berangkat 06.30 pagi dan sampai di rumah kembali pkl 19.00. Jadi 12 jam u/ kerja, sisa 12 jam: 7 jam istirahat dan 5 jam u/ kel & grj.
Tdk apa yg menentukan bukan kuantitas tetapi kualitas. Walaupun kurang 5 jam dpt kita alokasikan u/ kel, yg penting t jawab, perhatian, dan komitment 100%. Ingat: Tuhan tidak menuntut lebih dari yang kita punya dan yang kita ada (2Kor.8:12).




RAMLI SN HARAHAP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar