Kamis, 01 Oktober 2009

Bacaan Minggu 25 Oktober 2009: Yohanes 21 : 20 – 25

MURID YANG DIKASIHI YESUS SEBAGAI SAKSI INJIL

1. Kitab Yohanes sebagai bagian dari empat evangelium (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) memaparkan pelayanan Yesus di dunia ini. Yesus diperkenalkan sebagai Anak Allah, Juru Selamat, bagi orang yang percaya kepada-Nya. Sehubungan dengan itu, keempat Injil ini membentangkan pekerjaan Yesus dalam upaya menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini. Yesus berkata: “Bertobatlah karena kerajaan Allah sudah tiba.” Itu sebabnya dari setiap orang dituntut sikap yang tegas, yakni percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya.
2. Secara khusus, Injil Yohanes ditujukan kepada orang Kristen yang berasal dari dunia Hellenis. Itu sebabnya cara pemaparannya disesuaikan dengan cara berpikir Yunani. Yesus diperkenalkan sebagai Logos (Firman). Logos adalah terminus teknikus filsafat Yunani yang dipahami sebagai perantara atau mediator antara dunia materi dengan dunia immateri. Dengan singkat hendak ditegaskan dalam Injil ini bahwa Yesus adalah perantara antara Allah dengan manusia. Pengutusan Yesus menjadi perantara ini adalah belas kasihan Allah. Allah berkenan kembali membuka babak baru dalam kehidupan umat manusia, yakni hidup baru di dalam persekutuan dengan-Nya.
3. Pengasihan Allah ini semakin nyata dalam pelayanan Yesus. Yesus juga berkenan melibatkan manusia dalam pelayanan-Nya. Itu sebabnya Dia memilih dua belas murid yang kelak menjadi saksi Injil hingga akhir hidupnya. Yesus memanggil para murid. Para murid ini kemudian diutus dengan berbagai tugas pelayanan. Kepelbagaian ini adalah kekayaan dalam pelayanan hingga nama Tuhan semakin dimuliakan.
4. Kekayaan pelayanan itulah yang hendak kita lihat dalam nas ini. Yohanes 21:20-25 merupakan bagian penutup dari Injil Yohanes. Dengan menyimak isi perikop ini maka dapat dilihat bahwa Injil ini hendak ditutup dengan sebuah legitimasi akan kedudukan Yohanes sebagai murid Yesus. Legitimasi akan kedudukan ini juga menentukan bagi legitimasi isi bahkan kitab ini sendiri. Injil ini adalah kesaksian dari seorang murid Yesus. Ketidak ragu-raguan akan kedudukan Yohanes sangat menentukan kesahihan Injil itu sendiri.
5. Apa yang hendak kita gali dari nas ini?
a. Orang-orang dalam Gereja purba suka membuat perbandingan. Mereka tentunya menunjukkan bagaimana Paulus pergi sampai ke ujung bumi. Mereka tentunya menunjukkan bagaimana Petrus pergi ke sana-sini menggembalakan umat Tuhan. Dan … mereka rupanya bertanya-tanya apakah fungsi Yohanes yang sudah tinggal di Efesus sampai usianya begitu tua sehingga tidak bisa lagi melakukan aktivitas apa-apa. Inilah jawabnya: Paulus mungkin bisa dipandang sebagai pionir bagi Kristus, Petrus sebagai gembala dari Kristus, dan … Yohanes adalah saksi bagi Kristus. Dia adalah orang yang dapat berkata: “Aku telah melihat semua kejadian itu dan aku tahu semua itu benar.” Dengan demikian tujuan nas ini bukan hendak membanding-bandingkan para pelayan hingga menimbulkan preseden yang kurang baik. Tujuannya ialah hendak menyuguhkan sejenis figur ideal bagi jemaat. Figur ideal ini akan memberikan model pemuridan yang layak dicontoh dan ditumbuh-kembangkan dalam hidup keseharian jemaat.
b. Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang” (ay. 22a), merupakan legitimasi akan kondisi Yohanes pada waktu itu yang memang sudah tua renta. Mungkin ada keraguan akan efektivitas dan efisiensi pelayanan Yohanes sehubungan dengan kondisi fisiknya yang sudah tua. Itu sebabnya melalui nas ini mereka hendak diyakinkan bahwa kehadiran Yohanes senantiasa dalam rencana dan program Allah. Tentu Allah merencanakan sesuatu apabila Yohanes masih diperkenankan hadir di sana . Satu hal yang pasti, keuletan dan kematangan hidup Yohanes akan menjadi contoh yang baik bagi mereka.
c. Pernyataan Yesus: “Tetapi engkau: ikutlah Aku” (ay. 22b) memiliki makna yang sangat dalam. Selain ajakan dan panggilan untuk mengikut Yesus, pernyataan itu juga hendak menegaskan agar setiap orang mengurusi pekerjaannya sesuai dengan pekerjaan yang diberikan oleh Allah. Jangan pernah melalaikan tugas hanya karena asyik membanding-bandingkan pelayanannya dengan pelayanan orang lain.
d. Ayat 24 hendak menegaskan kedudukan Yohanes sebagai saksi bagi Kristus. Sikap apa yang hendak dibangun dari pernyataan dalam ayat 24 ini? Legitimasi kedudukan seorang saksi Kristus hanyalah dari Allah. Pelayanan sebagai saksi Kristus adalah Vocatio Dei (panggilan Allah) melalui Gereja. Hal itu berarti pekerjaan itu diterima dari Allah bukan dari dunia ini. Itu sebabnya legitimasi hanya dari Allah.
e. Perikop ini ditutup dengan sekali lagi menegaskan Allah yang maha besar dalam diri Yesus Kristus. Allah senantiasa bekerja hingga hari ini. Itu sebabnya karya Allah dalam diri Yesus yang maha besar hingga agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. Apakah sikap yang dapat dibangun dari pernyataan dalam ayat 25 ini? Firman Allah terlalu besar untuk dikuasai oleh manusia hingga tidak seorang pun yang bisa menguasai Firman Allah. Yang dapat dilakukan manusia ialah menyerahkan diri sepenuhnya dengan segenap kerendahan hati untuk dikuasai oleh Firman Allah.

6. Nas ini kita perdengarkan sebagai dasar persekutuan kita dalam Minggu XX Setelah Trinitatis. Apa yang hendak kita tegaskan di sana ? Sebagaimana layaknya Minggu-minggu Trinitatis dan semua Minggu Setelah Trinitatis, maka Trinitatis itu harus dimaknai secara benar. Trinitatis itu hendak kita maknai dalam sebutan Trinitas Ekonomis atau Trinitas Immanen atau Trinitas Ekonomis. Apa artinya itu? Allah yang berkarya sebagai Pencipta, Juru Selamat dan Penghibur itu harus kita kenal dari karya atau perbuatanNya. Manusia hanya mengenal Allah sepanjang Allah memperkenalkan diriNya. Allah memperkenalkan diri melalui karya atau perbuatanNya di dunia ini. Oleh karena itu, menyelusuri jejak karya Allah itulah upaya kita satu-satunya mengenal Dia.
7. Apakah karya Allah dalam nas kita? Memanggil para murid, yakni Petrus dan Yohanes. Kemudian, mengutus mereka menjadi gembala dan saksi Injil. Namun sesungguhnya bukan hanya sebatas itu. Karya Allah tetap berlangsung hingga kini. Jika Petrus dipanggil dan diutus menjadi gembala, Yohanes dipanggil dan diutus menjadi saksi Kristus, maka mereka pasti senantiasa disertai oleh Allah. Hanya atas penyertaan Tuhanlah mereka boleh menjalankan tugas pelayanan dengan baik hingga akhir hidup mereka masing-masing. Realita ini hendaknya menjadi pintu masuk bagi para pelayan masa kini untuk memaknai tugas panggilannya.
8. Nas ini juga hendak membekali para pelayan masa kini. Pelayan masa kini adalah gembala jemaat dan sekaligus saksi bagi Kristus. Sebagai pelayan yang baik, ada beberapa hal yang patut kita renungkan sebagai bahan pelajaran:
a. Kita harus menjadi model pemuridan. Tanpa bermaksud untuk menciptakan persaingan, kita harus menjadi figure ideal bagi jemaat.
b. Kita harus menanamkan prinsip dalam hidup kita bahwa keberhasilan pelayanan kita tidak terletak pada upaya membanding-bangdingkan pelayanan kita dengan orang lain; tetapi dalam ketulusan kita menunaikan tugas panggilan yang diberikan Tuhan.
c. Legitimasi kedudukan kita sebagai pelayanan hanyalah dari Tuhan. Oleh karena itu, alangkah ironisnya kalau masih ada pelayan yang menganggap bahwa legitimasi panggilannya serta kelanggengan pelayanannya terletak dalam legitimasi manusia.
d. Pelayan yang baik harus senantiasa memohon dengan segala kerendahan hati agar dikuasai oleh Firman Allah, bukan menguasai Firman Allah. Dengan demikian, setiap gerak pelayanannya akan didasari dan dituntun oleh Firman Allah.

9. Akhirnya perlu dipertegas, siapakah pelayan itu? Baik gembala maupun saksi bagi Kristus, semuanya adalah murid Yesus. Murid Yesus adalah setiap orang yang bersedia berjalan di belakang Yesus. Berjalan di belakang Yesus berarti menghayati setiap ajaran Yesus hingga hidupnya senantiasa dalam kehendak Yesus. Dengan demikian, semua jemaat, pelayan tahbisan dan pelayan non tahbisan adalah murid Yesus.



Pdt. Leo Dunan Sibarani, MTh
Dosen STT HKBP Pematangsiantar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar