Kamis, 15 Oktober 2009

Bacaan Minggu 01 November 2009: Yosua 24 : 14 - 24

Bacaan Minggu 01 November 2009 Yosua 24 : 14 - 24
Minggu XXI Setelah Trinitatis

MENGIKUT YESUS?
AMBIL KEPUTUSAN DENGAN MATANG DAN MANDIRI


Sebelum kita melanjutkan pembicaraan tetang nas ini, coba kita ingat-ingat dulu, bagaimanakah prosesnya Saudara menjadi Kristen, atau bagaimanakah prosesnya Saudara mengambil keputusan untuk menerima dan mengikut Yesus? Atau, apakah Saudara tidak pernah memikirkannya? Mungkin karena kita telah menjadi Kristen sejak kita bayi; atau kita dapat mengatakan: “Saya tidak tahu, karena saya menjadi Kristen bukan dengan persetujuan saya, tetapi karena orangtua saya yang membawa saya dibaptis, dan saya ikut saja hingga hari ini”. Atau mungkin ada yang berkata: saya menerima Kristus sejak saya kawin dengan suamiku yang beragama Kristen – atau saya menerima Kristus sejak saya jatuh sakit – ketika saya mengalami kerugian, dan lain-lain, dan lain-lain.
Nas Epistel ini mungkin bisa membantu kita, bagaimanakah kita seharusnya mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan. Nas ini merupakan wejangan (pidato) terakhir Yosua, ketika dia mengumpulkan seluruh Israel di Sikhem, sesudah mereka mendiami Kanaan. Memang benar, selama perjalanan dari Mesir ke Kanaan, selama 40 tahun, seluruh bangsa itu sudah mengenal Tuhan. Namun, bagi Yosua, hal tersebut tidaklah cukup. Karena Yosua melihat betapa beratnya tantangan yang akan menggoda Israel ke depan, dan dia sangat mengenal watak umat Israel yang sangat labil, mudah terpengaruh, tidak kokoh dalam mengikut dan menaati Tuhan. Lagipula, dia sudah semakin tua, dan sebelum ajal menjemputnya, sebagai pemimpin yang ditugasi Tuhan membawa Israel memasuki Kaaan, Yosua merasa perlu memperhadapkan Israel langsung dengan Allah. Sehingga di Sikhem ini, Yosua memperhadapkan Israel dengan Allah untuk mengikat perjanjian.
Marilah kita coba menyimak beberapa hal yang dapat menjadi contoh, acuan dan pegangan bagi kita, dalam proses mengambil keputusan mengikut Tuhan.
1. Kita diajak meniru Yosua. Dialah seorang pemimpin yang sangat baik. Dia menghadapkan Israel kepada pilihan, antara Allah atau ilah. Dan, dia yang pertama memberi keputusan: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (ay. 15c).
a. Seorang pemimpin tidak boleh ragu-ragu mengambil keputusan. Itulah Yosua. Sedikitpun tidak ada keraguan padanya untuk mengikut Allah.
b. Seorang pemimpin harus mandiri dalam mengambil keputusan, tidak tergantung kepada orang lain, atau kepada suara terbanyak. Sekalipun Israel menolak untuk menyembah Tuhan, tetapi Yosua tetap akan menyembah Tuhan, walau dia sendiripun.
c. Seorang pemimpin harus mampu berjalan di depan untuk memberi arah dan contoh. Dia yang pertama mengambil keputusan. Dan keputusannya itu bisa menjadi contoh, arah, acuan, atau inspirasi bagi pengikutnya.
d. Yosua seorang kepala keluarga yang baik, yang patut kita contoh. Dia mampu mengarahkan seluruh keluarganya untuk bersehati dengan dia mengambil keputusan untuk menyembah Allah. Dia adalah kepala keluarga yang baik (baca 1Tim. 3:4–5). Dia tidak mau makan sendiri, tetapi dia harus bersama dengan keluarganya. Dia berusaha membawa orang lain sebanyak-banyaknya kepada Tuhan, paling sedikit, dan itu dia mulai dengan membawa anggota keluaraganya dan yang tinggal bersamanya. Bagaimanakah para orangtua sekarang?
e. Sama seperti Yosua, yang mengajak Israel menyembah Allah, demikian pula peranan banyak orangtua kita yang mendahului kita dengan cara membatiskan kita menjadi Kristen ketika kita masih bayi. Berbahagilah orangtua seperti itu. Tetapi lebih berbahagia lagi, bila orangtua tsb mengajak, mendorong, memotivasi serta mendidik anak-anaknya itu untuk mampu mengambil keputusan secara pribadi mengikut Yesus. Yaitu dengan cara seperti berikut ini.
2. Yosua menceritakan kembali (flashback - kilasbalik) seluruh pengalaman Israel dengan Allah(ay. 1–13), untuk menunjukkan: siapakah Allah dan bagaimanakah Dia? Ini merupakan referensi yang lengkap bagi Israel, yang bukan “kata orang” tetapi yang mereka alami sendiri; yang bukan didramatisir tetapi kenyataan yang sebenarnya. Kilas balik ini menjadi alat kelengkapan dandi data yang lengkap serta akurat bagi mereka untuk mengenal: siapakah Allah dan bagaimanakah Dia? Keteguhan kita mengikut Kristus juga ditentukan seberapa jelaskah bagi kita: Siapakah Kristus, dan bagaimanakah Dia? Semakin lengkap bagi kita data, cerita, pengalaman, kesaksian tentang apa yang dilakukan Kristus bagi kita, bagi keluarga kita, bagi bangsa kita, bagi seluruh dunia, maka akan semakin lengkaplah pengenalan kita tentang siapakah Dia Dan pada akhirnya akan semakin kuat, kokoh, teguhlah kita mengikut Dia. Tetapi sebaliknya, bila pengalaman pribadi kita dengan Yesus sangat minim/sedikit, Dia akan samar-samar bagi kita, dan kita akan mengikutinya dengan asal-asalan saja. Karena itu, membaca Alkitab, yang memuat segala perbuatan Tuhan dan Yesus, juga melalui kotbah yang menerangkan semua itu bagi kita, juga pengalaman dan kesaksian-kesaksian merupakan data yang akan membantu kita. Tetapi yang terpenting adalah pengalaman pribadi kita dengan Yesus. Semakin banyak kita mengalami, menyelami dan menghayati perbuatanNya dalam hidup kita, pasti semakin teguhlah kita mengikut Dia.
3. Mengapa kita mengambil keputusan mengikut Dia? Haruslah karena kita meyakini bahwa Dia Tuhan yang terbaik dan yang sejati. Pengalaman pribadi kita dengan Tuhan, yang juga dilengkapi dengan cerita perbuatan Tuhan bagi kita dan bagi dunia, itu yang memperkenalkan kebaikan dan kesejatian Tuhan, dan akan membantu serta menguatkan hati kita untuk mengambil keputusan mengikut Dia.
4. Mengikut Tuhan haruslah lahir dari keputusan pribadi, secara rasional, dari kesadaran hati nurani, dan secara bebas tanpa paksaan dan beban. Yosua tidak mau Israel mengikut Allah hanya karena ketaatan mereka pada dia (Yosua) sendiri. Sehingga Yosua sangat bersikap fair. Dia menghadapkan Israel kepada pilihan, siapakah yang akan mereka pilih menjadi Tuhan mereka: ilah lain yang disembah oleh nenekmoyang mereka di seberang Efrat, atau ilah orang Amori yang di dekat mereka, atau TUHAN ALLAH yang membawa mereka dari perbudakan Mesir. Ini sama seperti yang dilakukan Elia di Bukit Karmel: Kalau Tuhan itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia (1Raja 18:21). Mengikut Tuhan haruslah dengan keputusan pribadi, yang lahir dari pengenalan yang benar tentang Dia, dari pengalaman pribadi dengan Dia. Benar bahwa banyak orang Kristen menjadi Kristen karena warisan, karena orangtuanya telah menjadi Kristen. Itu sangat baik; namun tidak cukup. Iman tidak boleh bergantung kepada atau karena orang lain. Iman adalah urusan pribadi kita dengan Tuhan. Bila orangtua kita telah menjadikan kita menjadi Kristen, harus dibarengi atau ditindak-lanjuti lagi dengan keputusan pribadi kita. Di HKBP, itulah sebenarnya kegunaan dan makna marguru manghatindanghon haporseaon (belajar sidi), yang disediakan menjadi tempat untuk belajar mengenal siapa dan bagaimana Tuhan. Lalu, kita mengaku iman percaya kita, di mana kita sendiri, dengan keputusan pribadi mengambil keputusan untuk mengikut Yesus (Sangat kita sesalkan dan mungkin akan menghancurkan kekristenan ke depan, bila marguru manghatindanghon haporseaon disepelekan oleh huria). Namun demikian, setiap hari kita harus terus menerus memperbaharui keputusan tersebut, dengan terus menyelami perbuatan Tuhan dalam hidup kita. Dengan demikian, iman kita menjadi iman yang mandiri, dan pasti menjadi iman yang kuat. Orang seperti itu akan mengikut dan menaati Tuhan dengan hati yang bersukacita, hati yang benar dan penuh tanggungjawab.
5. Keputusan mengikut Tuhan haruslah dengan pertimbangan yang benar-benar matang karena mengikut Tuhan menuntut KESETIAAN DAN KETAAN PENUH. Bila tidak, ganjarannya adalah kebinasaan.
a. Melihat kelakuan Israel selama di padang gurun, Yosua mengatakan bahwa mereka tidak akan sanggup mengikut Tuhan. Yosua mau berkata: “Sebelum kamu membuat keputusan, kenali dulu dirimu”.
b. Bukan hanya mengenal diri mereka, tetapi kenali dulu siapakah Allah. Dia adalah Allah yang cemburu, yang tidak mau dimadu, diduakan dengan ilah lain (ay. 19b). Dia adalah Allah yang benar-benar menuntut KESETIAAN PENUH. Itu berarti, bila sudah mengikut Tuhan semua ilah-ilah, semua yang dapat menduakan Allah HARUS DIBUANG dengan alasan apapun (Itu yang masih kita pergumulkan, mengapa masih banyak orang bernama Kristen tetapi masih percaya dan melakukan praktek kegelapan, okultisme, mardatu, ajimat, dll)
c. Alah juga adalah Allah yang akan membalas, bila umatNya tidak setia. Hukumannya adalah: Dia tidak akan mengampuni dosa dan kesalaham mereka (ay. 19c), dan akan membinasakan mereka (ay. 20).
d. Demikian halnya dengan Tuhan Yesus, yang tidak pernah mengajak kita mengikut Dia dengan iming-imingan atau dengan jalan bebas hambatan. Tetapi justru Dia memberikan jalan penderitaan, kesulitan, kesakitan. Sehingga mengikut Dia haruslah dengan kesadaran penuh, dengan mempertimbangkan segala resiko yang diakibatkannya. Karena mengikut Tuhan Yesus dengan setia itu sama dengan teken kontrak untuk menderita bersama Kristus. Karena itu mengikut Tuhan tidak boleh karena perasaan. Mengikut Tuhan adalah keputusan yang rasional, hitung resiko, yang menuntut kesetiaan dan ketaatan mutlak.
e. Pilihan tersebut adalah pilihan bebas, tanpa paksaan, tanpa iming-iming. Dan yang menjadi penanggungjawab atas keputusan tsb adalah kita sendiri. Israel menjawab Yosua: Kamilah saksi (ay. 22c). Artinya, segala pertimbangan pengambilan keputusan adalah dari kesadaran mereka sendiri, dan, segala akibat yang ditimbulkannya adalah tanggungan mereka sendiri. Itulah iman yang sejati dan mandiri. Bila kita mengambil keputusan mengiktu Yesus, itu bukanlah menjadi tanggung jawab orang lain, termasuk orangtua atau pembimbing rohani kita, melainkan tanggungan kita sendiri

Karena itu Saudaraku. Ambillah keputusan atau perbaharuilah keputusanmu setiap saat untuk mengikut Yesus dengan kesadaran penuh, mandiri. Dan ikutlah Dia dengan kesetiaan dan ketaatan yang mutlah. Amin.



Pdt.Sabar TP.Siahaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar