Jumat, 26 Maret 2010


Minggu Miserikordias Domini, 18 April 2010 Ratapan 3:22-16


BERHARAPLAH PADA YESUS YANG MENANG




Keadaan sulit dan derita yang berat sering menghadirkan tanya: Apakah Tuhan masih ada? Apakah benar bahwa Tuhan mengasihi saya? Dengan gempa bumi dan bencana lainnya yang meluluh-lantakkan bumi Indonesia, banyak hati yang bertanya: Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita, mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Pertanyaan ini menunjukkan kondisi tanpa harapan.
Kondisi ini juga yang mewabah di kalangan Yahudi. Ketika derita demi derita mendera, seperti bisa kita baca mulai ayat pertama pasal 3 ini, penulis meratap. Membaca dafatr derita itu, hati kita akan milis dan bulu kuduk akan berdiri saking sakitnya. Mereka terbuang di Babilon; mereka jauh dari Yerusalem, kota kebanggaan mereka yang telah menjadi sunyi karena tiada lagi penduduknya, dan Bait Allah tumpuan harapan iman sebagai bukti penyertaan Tuhan bagi mereka telah dibumi-hanguskan. Saking beratnya derita itu, peratap ini merasa dia akan binasa (ayat 54).
Namun, terjadi perubahan yang drastis dalam diri si peratap. Mari kita baca ayat 21: “Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap” (BIS - Meskipun begitu harapanku bangkit kembali, ketika aku mengingat hal ini). Walau deritanya menindih perih, namun imannya melihat seberkas cahaya yang makin lama makin terang. Cahaya tersebut memberinya pengharapan baru, yang selanjutnya menyemangatinya menapaki hidup di depan. Imannya berkata: ada Tuhan. Dan Tuhan itu adalah Tuhan yang setia, yang kesetiaan-Nya kekal, terus menerus, dan diperbaharuiNya tiap pagi, tidak pernah basi. Dia juga Allah yang baik, yang pasti mau menolong setiap orang yang berharap padaNya dan yang mencari-Nya. Pengenalan dan keyakinan inilah yang memberinya harapan dan kekuatan baru.
Inilah perbedaan dari orang yang mengenal Tuhan dengan orang yang tidak pernah peduli dengan Tuhan. Sering, penderitaan menjadi batu ujian sekaligus pembuktian bagi mereka. Mereka yang tidak peduli dengan Tuhan, bila didera derita, akan langsung tenggelam hingga ke dasar yang terdalam dan tidak akan muncul-muncul lagi, bagaikan batu yang dilempar ke dalam sumur (bahasa Batakna: lonong). Mereka bukan hanya meratap tetapi menjadi putus asa, atau bunuh diri. Tetapi mereka yang mengenal dan percaya kepada Tuhan, ketika derita menderu, mereka meratap, bukan karena putus asa, tetapi ratapan minta tolong agar Tuhan mengulurkan tangan-Nya menolong mereka. Mereka bagaikan buah kelapa tua, yang sebentar akan terbenam, tetapi tidak akan tenggelam, karena akan bangkit dan muncul lagi ke permukaan. Walau memang ada yang timbul tenggelam, yang ketika ancaman datang mereka menyembunyikan diri (monjap), dan ketika keadaan sudah aman barulah mereka muncul, dan sering berlagak seperti pahlawan padahal tidak berbuat apa-apa.
Ada ahli mengatakan bahwa zaman kita sekarang sedang digerogoti sikap yang tanpa harapan. Mengapa? Karena kita sering terperangkap pada apa yang dapat disebut sebagai perangkap-perangkap kenyataan. Yaitu yang mengukur dan memutuskan segala sesuatu hanya berdasarkan fakta-fakta dan rumus-rumus matematis. Yang hanya percaya bahwa satu tambah satu hanyalah dua, selain itu dianggap mustahil (Contoh: Sajuta rupia do gajingku, hape balanjonami pe nunga 600 ribu, asing dope manggarar aek dohot listrik nang ongkos-ongkos. Ndang mungkin boi hami pasikolahon dakdanak on, dll)
Padahal, secara iman, pengharapan orang-orang percaya adalah pengharapan tanpa dasar, artinya tidak berdasarkan rumus matematika, dan tidak berharap pada hal-hal yang nampak di mata. Pengharapan orang Kristen adalah tertuju pada Misteri Allah (hahomion ni Debata). Karena Allah dapat melakukan apa yang mustahil bagi manusia. Bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk. 1:37), dan mujizat adalah spesialisasiNya, karena itu jangan batasi dirimu mempercayaiNya. Karena apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, atau didengar telinga atau yang belum pernah melintas dalam pikiran manusia, itu yang dilakukan Allah kepada orang yang mengasihiNya (1 Kor. 2:9).
Coba kita ingat apa yang dilakukan Allah kepada Sara, yang mandul dan sudah tua, tetapi dengan mujizat Allah, dia bisa melahirkan Isak. Ingat juga ketika Israel tiba di tepi Laut Merah, sementara pasukan Firaun telah mengejar dengan pasukan perang; mereka tidak mungkin bisa selamat. Tetapi Musa berkata: “TUHAN akan berjuang untuk kamu, dan kamu tak perlu berbuat apa-apa." (Kel. 14:14) dan benar, mereka selamat. Justru pasukan Firaun yang hanyut. Mujizat yang luar biasa!
Tetapi mujizat yang terbesar adalah ketika maut si penguasa dunia, dikalahkan oleh Yesus. Maut, kuasa yang tidak dapat dikalahkan manusia tetapi justru mengalahkan semua manusia, ternyata, dapat dikalahkan oleh kuasa kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Itulah kemenangan yang tiada tanding dan taranya. Kebangkitan Yesus mengalahkan maut, hanya dapat dilalukan oleh Tuhan Yesus, tidak dapat dilakukan “juruselamat” agama manapun.
Itulah dasar segala pengharapan kita. Dengan kebangkitan Yesus yang mengalahkan maut, bagi orang percaya tidak ada lagi yang mustahil. Segala derita, kesakitan, atau kesulitan apapun, menjadi mungkin kita kalahkan, bila mengandalkan kuasa Yesus. Buktinya: sepanjang sejarah, mulai dari berdirinya gereja, hingga hari ini, seluruh dunia bekerjasama menyusun kekuatan untuk menghancurkan umat Tuhan, orang Kristen di dunia ini. Namun, faktanya, jangankan hancur, tetapi justru semakin dibabat semakin merambat. Gereja tegak berdiri. Bukan oleh kekuatan-Nya, melainkan karena pertolongan Tuhan Yesus, Sang Penakluk dunia itu.
Karena itu, sebenarnya tidak ada alasan bagi orang percaya untuk takut apalagi putus asa. Kebangkitan Yesus, yang bila diimani dan diamalkan dengan benar, akan menghapus istilah takut dan putus asa dari kamus orang percaya. Dengan kebangkitan Tuhan Yesus, orang percaya tidak ditakdirkan untuk takut, kalah dan putus asa. Tetapi sebaliknya, telah dilantik menjadi pemenang, karena kuasa apapun tidak akan mampu memisahkan kita dari kasih Kristus (Rm. 8:34-39).
Namun demikian, Saudaraku, kita dapat juga jatuh. Seperti dikatakan Tuhan Yesus: roh memang penurut, tetapi daging lemah (Mat. 26:41). Kita masih lemah, karena kita adalah manusia juga. Namun ingat, bila kita kalah, bukan karena si iblis atau penderitaannya yang kuat. Bukan! Tetapi kita yang membiarkan diri kita dikalahkan. Atau, kita yang telah memilih untuk kalah. Mengapa? Karena sebenarnya, tidak ada pencobaan atau derita yang dibiarkan Allah menerpa kita di luar kemampuan kita, melainkan apa yang pas dengan kemampuan kita (band. 1Kor. 10:13). Dan, Tuhan adalah setia, pasti memberikan pertolongan kepada setiap orang yang mengasihi dan mencari-Nya. Karena itu, bila ada yang kalah, bukan karena Allah mentakdirkannya untuk kalah, dan bukan pula karena penderitaan atau pencobaan itu yang lebih kuat. Tidak! Tetapi, karena kita telah memilih dan membiarkan diri kita dikalahkan.
Karena itu, bila kita hubungkan dengan nats kotbah minggu depan ini, bila kita menghadapi masalah, kesulitan, derita atau pergumulan berat, hal yang harus kita lakukan adalah:
Pahami, imani, yakini bahwa kita punya Tuhan yang mampu mengalahkan kuasa apapun. Dan Dia adalah Allah yang mampu melakukan apapun, termasuk yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun. Dia mampu mencelikkan mata orang buta, menghidupkan orang mati, menyembuhkan segala sakit penyakit, mengusir segala roh jahat dan setan sekalipun. Mujizat adalah spesialisasi-Nya. Karena itu jangan batasi imanmu untuk mempercayai dan menerimanya.
Dia adalah Allah yang Mahakasih. Pengorbanan dan kebangkitanNya adalah untukmu, demi engkau. Percayai itu.
Dia adalah Allah yang setia, yang patut dipercaya, dan terus menerus memenuhi janji-janiNya. Mujizat-Nya pasti dilakukannya untukmu, untuk kita hari ini dan di sini.
Tugas kita adalah, terus memanggil, meminta dan meminta di dalam harapan. Terkadang Tuhan menginginkan kita harus seperti orang buta dalam nats kotbah minggu depan, yaitu meratap, meratap dan meratap di dalam iman. Ratapan yang bukan karena keputus-asaan, melainkan untuk membuktikan pengharapan kita yang kokoh atas pertolongan Allah. Dan pasti, pada waktunya, Tuhan akan mmberikannya.
Berharaplah dalam keyakinan bahwa pertolongan Tuhan akan segera datang dan mewujud dalam hidupmu.
Karena itu, Saudaraku! Bila derita mendera hidupmu, jangan mau dikalahkan. Ingat, kita dikasihi oleh Yesus yang telah mengalahkan musuh dan derita kita. Dialah harapkan dan andalkan, kita pasti menang! Amin.




Pdt. STP. Siahaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar