BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Jumat, 26 Maret 2010
Minggu Jubilate, 25 April 2010 Zefanya 3:14-20
BERSUKACITALAH – BERGEMBIRALAH – BERSORAK-SORAILAH
Kita akan memasuki Minggu LETARE – yang mengajak kita untuk Bersukacitalah – Bergembiralah – Bersorak-sorailah. Pertanyaanya adalah: Apakah yang bisa membuat kita bersukacita, bergembira, bersorak-sorai? Jawabannya, ada dalam nas ini. Yaitu: karena kita punya Allah yang Mahapengampun, Mahakasih, Mahabaik. Allah yang tidak pernah berhenti mengasihi kita. Allah kita adalah Allah yang mengasihi. Pemahaman inilah yang memicu harapan Israel, sehingga mereka dapat bersukacita.
Mari kita simak apa yang terjadi pada Israel. Nabi Zefanya ini diduga bekerja pada pemulaan pemerintahan Raja Yosia di Yehuda (Israel Selatan) sekitar tahun 639 – 609 seb Masehi. Pokok pemberitaannya adalah tentang kedatangan “Hari Tuhan” (1:7 + 14). Hari Tuhan merupakan ancaman bagi dosa-dosa Yehuda dan dosa bangsa-bangsa. Bila kita membaca mulai dari pasal pertama kitab ini, kita akan gemetar membayangkan betapa dahsyatnya hari tersebut. Hari itu merupakan hari yang mengejutkan dan gelap gulita, merupakan hari kegemasan .. kesusahan dan kesulitan ... kemusnahan dan pemusnahan ... kegelapan dan kesuraman - kebinasaan (1:14 – 18). Simak beberapa perkataan Allah di pasal 1: Aku akan menyapu bersih ... dari atas muka bumi ... merebahkan ... melenyapkan ...mengacungkan tanganKu ... menghukum ... menggeledah. Dahsyat tenan (benar)!!!
Mengapa begitu dahsyatnya hukuman yang akan diterima Yehuda dan bangsa-bangsa pada Hari Tuhan itu. Jawabannya, tidak lain tidak bukan adalah karena dosa Yehuda dan bangsa-bangsa yang sangat menjijikkan Allah. Nabi Zefanya dengan keras menegor dosa mereka yang melacurkan diri dengan menyembah dewa-dewa: Baal, Milkom, tentara langit, dan kuasa kegelapan lainnya. Padahal itu merupakan kekejian di mata Tuhan (Ul. 7:25; 2Raja 21:11). Menyembah ilah lain selain Allah akan menimbulkan murka Allah. Walau kita sangat rajin ke gereja, membaca Alkitab, atau memberi sumbangan untuk gereja, tetapi bila kita masih memegang, menyimpan dan memercayai kuasa kegelapan (ajimat, ulpuhan ni datu, panjaga ni daging, pelaris, dll), bagi Allah, kita tetap menjijikkan. Di samping itu masih banyak lagi dosa-dosa Yeuhuda dan bangsa-bangsa yang membuat Allah harus murka., terutama perilaku mereka di masyarakat yang tidak mencerminkan bahwa mereka adalah bangsa Allah yang kudus.
Ini menjadi pergumulan kita. Setiap orang hendaknya memeriksa diri sendiri. Apakah Tuhan tidak sedang murka sekarang melihat segala tingkah laku kita? Bencana demi bencana menimpa bukan hanya negeri ini tetapi juga dunia. Topan, gempa bumi, longsor menjadi momok yang menyebabkan derita memilukan bagi banyak orang; harta benda yang telah dikumpulkan dan dibangun musnah seketika; banyak nyawa melayang tanpa pesan. Kejahatan merajalela. Bangsa kita terpukul dengan kasus rekaman Anggodo, yang memilukan hati penduduk negeri yang masih punya hati nurani. Ternyata, kondisi bangsa ini begitu bobroknya. Sementara pemimpin masih asyik merayakan pengangkatannya menjadi anggota dewan terhormat dan menteri, padahal rakyat gelisah menanti keadilan dan bantuan. Oh negeriku .... bila hari Tuhan datang, apa yang akan terjadi kepadamu?
Yang lebih perlu, secara pribadi mari kita mengoreksi diri, apakah perilakumu akan memaksa Allah untuk mendatangkan murkaNya? Tanya dirimu, apakah kita masih memiliki atau percaya pada kuasa kegelapan, dukun, mantera, panjaga ni daging, yang merupakan kekejian di mata Tuhan? Apakah perilaku kita di kantor, di pasar, di sekolah, di perjalanan, sudah mendukakan hati Tuhan? Apakah keluarga kita masih berkenan di hati Tuhan? Gumulilah itu setiap saat
Karena itulah, sebelum Hari Tuhan itu datang, Allah melalui Zefanya dengan keras menghimbau dan mengajak Yehuda dan semua bangsa agar BERTOBAT. “Carilah Tuhan, lakukan hukum-Nya – carilah keadilan – kerendahan hati – (pasal 2).
1. Dan hal yang mensukacitakan kita adalah, janji Allah yang pasti, bahwa bila kita mau bertobat, pasti, pasti dan pasti, Allah mau menerima kita kembali.
Tidak banyak atau hampir tidak ada orang yang mau menerima kembali isterinya yang sudah beberapa kali tertangkap basah berselingkuh. Biasanya, suaminya akan langsung menjatuhkan talak tiga, cerai. Tetapi Allah kita, tidak. Walau Israel, sebagai umat-Nya selalu berselingkuh dengan dewa-dewa dan ilah-ilah lain, tetapi Allah menunggu dengan setia, dan selalu membuka pintu maaf bagi Israel. Memang, Tuhan mau menghukum umat-Nya atas kesalahan itu, namun itu bukan talak tiga, bukan kata terakhir. Hukuman dari Tuhan hanyalah peringatan, agar Israel dan kita sadar akan dosa-dosa kita; hukuman Allah adalah cara untuk membawa kembali umatNya yang sudah terlanjur membelot dari jalan-Nya. Hukuman Allah adalah bagaikan gada dan cambuk seorang gembala untuk membawa dombanya kembali ke jalan yang benar. Allah kita selalu membuka pintu dan tangan-Nya, kapan kita mau kembali, Allah akan menyambut kita dengan tangan terbuka dan sukacita (Ingat Perumpamaan tentang Anak hilang)
Itulah sumber sukacita kita. Isteri mana yang tidak bersukacita, bila suaminya masih mengasihi dan mau menerima kembali, dia yang selalu berselingkuh? Ternyata, kasih setia Allah (khesed) jauh lebih besar melampaui dosa-dosa kita. Di Yesaya 54:8 Tuhan berkata: Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. Dengan jaminan pengampunan inilah, Allah menyerukan: Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!
Kepastian akan pengampunan oleh kasih Allah inilah yang paling menonjol bagi iman orang Kristen. Di Yohannes 3:16 disampaikan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Bagi orang Kristen yang percaya, dengan terang benderang dinyatakan bahwa kasih Allah jauh lebih besar dari murka-Nya. Ini paling nyata didemonstrasikan Allah di kayu salib Tuhan Yesus di Golgata. Di salib itu, Tuhan meproklamasikan kepada dunia bahwa Allah kita adalah Allah yang Mahapengampun, karena yang ditanggung (dipikul) oleh Yesus di sana tidak lain tidak bukan adalah dosa seluruh manusia.
Seorang penulis pernah mengatakan: Sikap dan kelakuanmu tidak mengubah kasih Allah terhadapmu. Jika kamu berpaling dari-Allah, atau memutuskan hubungan dengan-Allah, Allah ingin tetap bersamamu. Itu seperti halnya bila kamu menutup keran. Apakah airnya juga menghilang dari pipa? Tidak, tetapi tetap berada di situ, menunggumu memutar keran lagi. Allah seperti air itu, menunggu kamu kembali menjadi anak-Nya. Tiada ketidak-patuhan atau pemberontakan darimu yang bisa mengubahnya.
Itulah sumber sukacita orang percaya. Bila kita semakin menghayati pengorbanan Yesus di salib, terutama dengan kemenangan-Nya di dalam kebangkitan-Nya, tidak mungkin lagi ada orang Kristen yang mau terbenam dalam susah hati. Yang ada hanyalah sukacita, karena di dalam Yesus, Allah memberi jaminan bahwa Allah mau mengampuni dosa kita
2. Setelah Allah mau mengampuni dosa kita, Dia tidak menjauh, tetapi justru mau dekat dengan kita.
Kita baca di ayat 17 : “TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. Wahh... luar biasa! Coba bayangkan, bila Allah ada di dekat-Mu, menjadi pahlawan yang memberi kemenangan, dan selalu bergembira karena engkau”. Mungkin, tidak ada lagi hal lain yang mensukacitakan hati selain dari hal ini. Sebuah jaminan penyertaan dan pengawalan yang luar biasa. Karena itu, Allah melalui Zefanya terus menerus menyerukan: Jangan takut – jangan takut (ayat 15, 16).
Janji penyertaan ini telah terwujud dengan kehadiran Yesus, yang adalah Immanuel, Allah yang beserta kita. Dan walau Yesus telah berangkat ke surga, Dia memberi jaminan: “Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat; 28:20).
Karena itu, orang percaya tidak perlu takut terhadap apapun selain kepada Allah. Jangan pernah mau diperbudak dan dikalahkan oleh Allah. Dan sebenarnya, di dalam Yesus kita lebih dari sekedar pemenang (Rm. 8, 37). We are the winners. Bila Anda kalah, bukan karena Yesus tidak mampu membantu Anda, tetapi, Anda yang telah memilih dan menyerahkan diri Anda untuk kalah. Karena itu jangan pernah mau kalah. Jangan takut. Tetapi bergembiralah, bersukacitalah.
3. Dan yang terakhir, yang membuat Israel bersukacita adalah janji akan ADANYA PEMULIHAN dari Allah.
Israel akan dipulihkan (ayat 20), bukan lagi sebagai bangsa yang dihina, dilecehkan oleh kuasa dan bangsa lain. Tetapi Tuhan akan mengangkat malapetaka dari mereka (ayat 18) – Tuhan akan memukul habis bangsa yang menindas Israel (ayat 19) – Tuhan akan mengembalikan nama baik dan kehormatan dan membuat Israel menjadi kepujian dan kenamaan di seluruh bumi (ay. 19)
Ini jugalah jaminan agar kita bisa bersukacita. Mungkin sekarang memang kita susah karena disusahi pihak lain. Izin membangun gereja dipersulit (walau menurut Undang-undag sangatlah mudah). Jabatan strategis ditutup bagi murid Kristus (sehingga banyak orang Kristen menjual imannya demi jabatan) – kita dilecehkan dan dianggap sebelah mata (sehingga banyak orang yang “monjap” – bersikap bunglon – suam-suam kuku tentang imannya). Kita sering menangis menghadapi “penyesahan” (pangaleleon) terselubung ini.
Tetapi, Tuhan Yesus yang bangkit menyerukan: jangan pernah takut. Kita akan dipulihkan – musuh-musuh Kristus akan dikalahkan. Tiada kuasa manapun yang bertahan terhadap kekuasaanNya. Karena itu jangan pernah kecut, takut atau minder. Di dalam Yesus, kita bukanlah pecundang yang mau kalah, tetapi kita lebih dari sekedar pemenang.
Karena itu, agar kita benar-benar dapat bersukacita, pilihan ada pada kita. Mereka yang mengenal dosanya tetapi tidak mau bertobat, akan dibebani, ditimpa, “didondoni” oleh dosanya; sukacitanya akan terkuras habis oleh dakwan-dakwan dosa di dalam hati nuraninya. Tetapi mereka yang mau mengaku dosa dan bertobat, Tuhan menjamin bahwa dosamu pasti akan diampuni, dan Tuhan mengasihiMu. Itu membuat sukacitanya akan berlimpah.
Mereka yang tidak mengenal kasih setia Allah akan takut, kecut, dan kalah; sukacitanya akan habis. Tetapi yang percaya dan mengimani kasih setia Allah yang nampak dalam kemenangan Kristus dalam kebangkitanNya, akan terus bersukacita walau didera derita – tetap semangat dan tidak takut walau musuh Kristus menghadang. Bukan karena nekat. Tetapi karena ada jaminan penyertaan Allah.
Karena itu, camkanlah seruan Paulus dalam Filipi 4:4 “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”. SELAMAT BERLETARE. Amin.
Pdt. STP. Siahaan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar