Kamis, 03 Juni 2010

Bacaan Minggu 1 Setelah Trinitatis, 6 Juni 2010 : Rut 1:1-6




Minggu 1 Setelah Trinitatis,
Minggu 6 Juni 2010
Rut 1:1-6


TELADAN KEHIDUPAN NAOMI DAN RUT


Kita dapat membaca mengenai Naomi dan Rut di dalam Buku atau Kitab Rut. Cerita ini berlaku sewaktu zaman apabila para pemimpin Israel dipanggil Hakim-hakim. Ini adalah sebelum terdapat raja-raja. Naomi merupakan seorang perempuan Israel dari suku Yehuda. Rut adalah seorang perempuan muda dari Moab. Dia merupakan seorang bangsa bukan Yahudi (bangsa lain) dan seorang asing di kalangan bangsa Israel. Cerita ini penting di dalam sejarah Israel dan rencana Tuhan.
Bersama suaminya dan dua anak lelakinya, Naomi telah meninggalkan rumahnya di Yehuda dan pergi untuk tinggal di Moab. Keluarga itu pergi ke sana untuk mencari kehidupan yang lebih baik karena sedang terjadi kelaparan di Betlehem di mana mereka tinggal (Rut 1:1-2). Apabila orang Israel menuruti kehendak Tuhan, maka mereka diberkati. Namun apabila mereka menyembah tuhan-tuhan yang lain (yang palsu) mereka akan dihukum. Kadangkala Tuhan membiarkan bala tentera yang mengalahkan mereka dan merampas hasil tanaman mereka. Kadang-kadang mereka tidak mendapat hujan untuk membuatkan tanaman mereka tumbuh (Im. 25).
Bangsa Moab merupakan musuh lama Israel dan sering terjadi peperangan di antara mereka. Tetapi pada masa ini Israel berdamai dengan Moab. Bangsa Moab merupakan keturunan Lot anak saudara Abraham (Kej. 19:30-38). Jadi terdapat pertalian yang jauh di antara kedua bangsa ini. Namun begitu mereka tidak menyembah Tuhan yang sama ataupun mempunyai kepercayaan agama yang sama.
Suami Naomi bernama Elimelekh dan anak-anaknya bernama Mahlon dan Kilyon. Ketika berada di Moab, suami Naomi telah mati dan kedua anaknya menjadi dewasa dan menikah dengan perempuan Moab. Nama-nama mereka adalah Orpa dan Rut (Rut 1:3-4). Orang Israel diperintahkan untuk tidak menikah dengan bangsa lain di sekitar mereka, namun menikah dengan bangsa Moab dibenarkan (Ul. 7:1-3). Ini karena apabila orang Israel menikah dengan suku-suku lain mereka akan menyembah dewa-dewa kafir negeri lain.
Sepuluh tahun setelah kematian suaminya, Naomi banyak mengalami penderitaan. Kedua anaknya Mahlon dan Kilyon juga mati (Rut 1:5). Ketika di Moab, Naomi tidak menyembah tuhan bangsa Moab. Dia tetap setia kepada kepercayaannya. Dengan memelihara hukum Tuhan dan tidak menyembah dewa-dewa negeri asing, Naomi menjadi saksi Allah di hadapan orang Moab. Hal menjadi contoh yang baik untuk kita teladani. Sekalipun kita berada di sekitar orang yang berlainan agama dengan kita, kita harus tetap menyaksikan iman kita kepada mereka.
Ketika Naomi mengetahui bahwa bencana kelaparan di Yehuda itu telah berakhir, dia membuat keputusan untuk kembali pulang. Dia ingin bersama umatnya sendiri yang menyembah dan mempercayai Allah Israel. Juga, keluarganya telah mati jadi tiada alasannya lagi untuk tinggal lebih lama di Moab. Naomi masih mempunyai hubungan keluarga di tempatnya sendiri. Kedua anak mantunya yang sudah janda diberi kebebasan untuk memilih ikut bersamanya kembali ke Yerusalem. Akhirnya Orpa memilih untuk tinggal tetap di Moab, namun Rut memutuskan untuk ikut bersama mertuanya Naomi ke Yerusalem (Rut 1:6-15).
Rut bersumpah untuk pergi dengan Naomi dan menerima Allahnya Naomi (Rut 1:16-18). Artinya, Rut bersedia meninggalkan bangsanya sendiri dengan tuhan-tuhan dan kepercayaan mereka. Rut juga meninggalkan ibu-bapanya, saudara-saudaranya, teman-temannya.
Keputusan Rut ini menjadi pelajaran yang cukup berharga bagi kita. Rut berani mengambil resiko iman. Rut berani mengambil keputusan iman. Artinya, beriman adalah soal keputusan bukan pilihan. Jika Rut berani mengambil keputusan iman, bagaimana dengan kita.
Naomi dan Rut berangkat ke Yerusalem dan semua orang di sana gembira melihat kedatangan mereka. Naomi telah banyak berubah sehingga orang sekampungnya tidak mengenalinya lagi. Dia lebih tua dan kelihatan tidak gembira karena kehilangan kedua anaknya dan suaminya. Dia juga sudah miskin. Namun kendati demikian, Naomi tidak pernah meninggalkan Tuhannya (Rut 1:19-22).
Apa yang menjadi pelajaran dari kisah Naomi dan Rut ini? Pertama, kematian tidak merubah iman percaya. Naomi yang kehilangan suami dan kedua anaknya tidak membuat iman percayanya kendor untuk menyembah Allah yang benar. Terkadang ada banyak orang belum separah keadaan Naomi ini, tetapi sudah langsung goyah imannya. Ada yang memaki Tuhan, ada yang menjadi stress, depresi dan gila karena tidak mampu menerima kenyataan itu. Naomi tetap tegar kendati harus kehilangan orang-orang yang dikasihinya.
Kedua, krisis ekonomi tidak menghalalkan segala cara. Dulu Naomi dan suaminya berserta kedua anaknya pindah dari Betlehem ke Moab karena persoalan ekonomi. Harapan mereka ketika tiba di Moab maka keadaan ekonomi mereka akan membaik. Ternyata yang terjadi sebaliknya. Keadaan ekonomi semakin memburuk. Akhirnya, mereka mengambil keputusan lagi untuk kembali ke Betlehem demi memperbaiki keadaan ekonomi mereka. Di Betlehem mereka juga harus berjuang mempertahankan kehidupan mereka dengan pergi ke ladang Boas bekerja mencari sisa-sisa panen. Artinya, sesulit apapun keadaan ekonomi Naomi dan Rut, mereka tetap bertahan dalam iman yang benar. Mereka mencoba memperbaiki keadaan ekonomi mereka dengan cara-cara yang halal. Namun pada jaman sekarang, ada banyak orang untuk memperbaiki keadaan perekonomian keluarganya dengan cara-cara yang haram seperti korupsi, mencuri, menipu, dan lain sebagainya.
Ketiga, penderitaan membawa keselamatan jiwa. Ketika masa-masa sulit yang dihadapi Naomi terjadi keselamatan jiwa. Naomi memenangkan jiwa demi Allah Israel. Naomi membawa orang mengambil keputusan iman menerima Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Kisah Naomi ini memberi inspirasi bagi kita masa kini. Ketika kita mengalami penderitaan, mari kita lihat peluang membawa jiwa kepada Tuhan. Penderitaan menjadi salah satu bagian memberitakan Injil keselamatan bagi kita dan bagi orang yang berada di sekitar kita. Pergumulan hidup membawa orang semakin mengenal Allah dengan baik dan benar. Sehingga penderitaan bukanlah sesuatu yang menakutkan lagi, melainkan penderitaan menjadi kesempatan membawa jiwa-jiwa semakin dekat dengan Tuhan.
Keempat, menjanda bagian memberikan yang terbaik. Naomi dan Rut sama-sama menjanda. Mereka berdua sama-sama mengalami penderitaan. Naomi sudah tua. Rut masih muda. Masih ada memungkinkan untuk menikah lagi. Atau lebih ekstrimnya lagi, Rut masih memungkinkan sesuatu dengan kejandaannya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun, Rut mampu memberikan yang terbaik bagi ibu mertuanya, Naomi. Rut bekerja di ladang Boas tanpa harus menjual kehormatannya. Tanpa harus memakai kejandaannya demi membutuhi hidupnya dan mertuanya. Hal ini menjadi pelajaran bagi setiap orang percaya agar tidak memakai segala kesempatan untuk merusak dirinya dengan hal-hal yang tidak berkenan dengan Allah. Namun dalam situasi seburuk apapun yang sedang kita hadapi berilah yang terbaik bagi Tuhan dan sesama manusia. Rut menyayangi dan menghormati Naomi dan mau menurut ibu mertuanya. Artinya, Rut dalam keadaannya menjanda tetap memberikan pelayanan yang terbaik bagi mertuanya. Inilah pelajaran yang berharga dari nas renungan ini. Amin.




Pdt.Tuty Zastini Hutabarat,S.Th.
Pdt.GKPA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar