BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Kamis, 03 Juni 2010
Bacaan Minggu 3 Setelah Trinitatis, 20 Juni 2010 : Ulangan 11:13-21
Minggu 3 Setelah Trinitatis,
Minggu, 20 Juni 2010 Ulangan 11:13-21
DENGARKANLAH SUNGGUH-SUNGGUH PERINTAH ALLAH
Pendahuluan
Setiap rencana yang tersusun rapi dan mempunyai tujuan yang jelas ada aturan atau pedoman, dan ada petunjuk yang harus dilakukakan supaya bisa berjalan atau terlaksana dengan baik. Bila kita mempunyai rencana dan tujuan yang baik pasti ada aturan yang harus dipatuhi untuk dijalankan, apalagi bila orang lain yang kita suruh untuk melaksanakannya. Ada aturan yang harus dipegang untuk menjalankannya supaya sesuai dengan yang diharapkan. Itulah pola dasar yang diterapkan Allah kepada umat Israel melalui pemimpinnya (Musa).Tuhan menetapkan apa yang harus dilakukan selama perjalanan yang akan dilalui. Suatu keharusan yang mutlak untuk dijalankan semua umat Israel tanpa kecuali; tua muda, orangtua dan hingga anak-anak menjadi pola hidup dan menjadi etos kerja sukses menurut kehendak Allah. Hal yang pokok harus diulangulangi supaya menjadi darah daging. Pidato Musa pada bulan-bulan akhir hidupnya, yang ditujukan kepada semua tua-tua Israel, segenap umat Israel untuk diteruskan berkelanjutan dari generasi ke generasi secara systematis dan terencana, terprogram dari keluarga (rumah), kapan dan dimana saja ada waktu yang tepat melalui pendidikan keluarga, pengajaran yang strategis, mudah dan murah untuk dilaksanakan.
Ada beberapa hal yang menjadi khotbah dari Nas ini: Pertama dan terutama, ialah Kesungguhan, sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah, atau berdua hati tetapi dengan bulat hati, sepenuh hati mendengar perintah Tuhan, yang tentunya pada saat itu adalah ke sepuluh Taurat. Mengasihi Allah, dan beribadah kepadaNya. Kesungguhan itu nampak dari seluruh aspek kehidupan mereka, bukan yang dibuat-buat atau berpura-pura. Kesungguhan itu terbukti dari setiap perilaku umatnya, bukan hanya ucapan, perkataan belaka. Bukan pula hanya dalam upacara ritual mereka mengatakan mengasihi dan beribadah kepada Allah, tetapi hidupnya harus menjadi ibadah ibadah bagi Tuhan. Demikian juga kita yang mengaku percaya kepada Allah, Yesus Kristus dan percaya kepada Roh Kudus dengan sungguh-sungguh, dengan bulat hati, secara total dituntut untuk mengasihi Allah dan beribadah. Mengasihi dan beribadah dalam wujud kehidupan orang percaya sehari-hari; dalam tutur kata, perilaku, pekerjaan sekecil apapun menunjukkan apa yang menyukakan hati Tuhan. Mengasihi dan beribadah dalam praktik hidup kita sehari-hari dalam kehidupan keluarga, masyarakat. Mengasihi dan beribadah secara ritual ya, tetapi lebih lengkap dan sempurna mengasihi dan beribadah apabila kita praktikkan hidup dalam keadilan dan kebenaran, membela orang-orang yang lemah, dll (bnd. Mat. 25:35-46).
Kedua, Segenap hati dan segenap jiwa, maksudnya menunjukkan seluruh totalitas hidup, tanpa ragu meletakkan atau mempercayakan hidup seluruhnya kepada Tuhan. Tidak ada yang dapat menggantikan ketaatan dan kesetiaan kita secara total kepada Tuhan. Dan apabila semuanya itu telah ditunjukkan dalam sikap mereka, maka selanjutnya adalah menjadi pekerjaan Allah sendiri. Porsi yang mereka tunjukkan adalah Mengasihi Tuhan dan beribadah kepadanya, hal itu telah dibuat dalam hukum taurat yang pertama sampai kesepuluh (Kel. 20:1-17). Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan jiwa: Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. Ketiga, Allah yang menjamin kelanjutan dari buah ketaatan kita akan Firman Allah. Allah mengatur kehidupan umatnya dan membuat semuanya teratur pada masanya untuk kehidupan manusia yang dimulai dari air kehidupan untuk tanah, tanaman yang memberi buah kehidupan dan juga rumput kehidupan untuk ternak supaya ada kelangsungan lingkungan hidup yang memberi kehidupan manusia; Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu, dan Dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga engkau dapat makan dan menjadi kenyang. Allah membuat kelangsungan hidup alam, manusia dan hewan ternak secara simultan apabila kita setia dengan sungguh kepada Allah. Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. Keempat, Hati-hati, selalu ada godaan di tengah perjalanan hidup, dari kanan dan kiri atau mungkin tanpa kita sadari ada yang menggoda, membujuk kita sehingga kita menyimpang dari perintah Allah yang sudah ditetapkan. Godaan hedonisme, materialisme, sekuralisasi yang membuat kehidupan rohani kita semakin kering. Kehidupan yang serba instant membuat daya juang, pengorbanan dan kerja keras semakin kurang. Hidup yang menyodorkan serba mudah, gampang untuk menikmati dengan motto; nikmat sekarang besok sekarat. Godaan yang mengiurkan tetapi menyesatkan kehidupan rohani kita. Berhala (allah lain/ilah; sesuatu yang kita berhalakan, bukan hanya dunia animisme) masa kini yang kita dewakan menjadi ukuran sebagai puncak dan pusat kehidupan yaitu ungkapan orang kita Batak 3 H (Hamoraon, Hasangapon, Hagabeon/Harta kekayaan, Kehormatan/jabatan dan Keturunan). Ke tiga hal itu kita minta dari Allah adalah berkat kehidupan untuk ibadah, pelayanan, pengabdian kita untuk kemuliaan Allah yang memberi. Tidak semua orang memiliki ke tiga hal itu secara lengkap secara kuantitas dan kualitas yang sama. Ketiga hal itu bukan tujuan hidup orang percaya tetapi bahagian kehidupan yang kita cari dan pergunakan sesuai dengan kehendak Allah. Bagaimana kita mencari, mendapatkan kebutuhan kita sehari-hari (kebutuhan pokok), kebutuhan sosial dan bagaimana kita mempergunakan apa yang ada, yang kita miliki, yang kita terima, peroleh dari Tuhan. Perjalanan hidup menuju kehidupan yang kekal, di masa hidup di dunia adalah PMA (Penanaman Modal Akhirat). Perjalanan hidup kita di dunia; entah apa pun tugas, pekerjaan, fungsi kita di keluarga, usaha, pemerintah, swasta, dll. Kita diingatkan ulang dan berulang-ulang, siaran ulang dari generasi ke generasi: Hati-hatilah, supaya jangan hatimu terbujuk, sehingga kamu menyimpang dengan beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya (ayat 16). Bila hal itu tidak diindahkan maka sebab akibat pelanggaran itu mendatangkan resiko terhadap diri kita sendiri. Menutup kehidupan kita sendiri, dimana langit, hujan dan tanah tidak lagi bersahabat dan tidak memberi kehidupan bahkan menjadi sumber malapetaka, kehancuran, kematian bagi kehidupan manusia. Bukankah kita mengalami di negeri kita ini bencana Alam Sumatera Barat, Tasikmalaya, dll. Kita bukan mencari, ini dosa siapa, manusia telah berdosa, alam telah menunjukkan kemarahan, membuat derita bagi kita manusia.... maka akan bangkitlah murka TUHAN terhadap kamu dan Ia akan menutup langit, sehingga tidak ada hujan dan tanah tidak mengeluarkan hasil, lalu kamu lenyap dengan cepat dari negeri yang baik yang diberikan TUHAN kepadamu (ayat 17). Tetapi dibalik semuanya itu ada hikmah derita bencana itu membuat setiap insan yang berbeda suku, lapisan sosial-ekonomi, agama dan daerah bahkan dari lapisan dunia menyatu untuk menanggulangi, perduli, menunjukkan rasa iba, hati yang tergerak secara spontan dan bahkan arak-arakan. Derita akibat bencana menjadi perekat yang tidak ada pembatas untuk bersama-sama menanggulangi penderitaan sesama manusia.
Kelima, Kita mulai dari diri kita sendiri, menerima kuasa atau otoritas Firman Allah di dalam hati, hati menjadi pusat kendali kehidupan manusia. Hati dan jiwa adalah totalitas hidup manusia yang masih hidup yang mempunyai hubungan dengan Allah. Hati dan jiwa kita menjadi tempat kehadiran Allah, sehingga bukan lagi kemauan kita semata-mata yang mengatur, menguasai hidup kita. Dengan kedengar-dengaran akan Firman Allah kita tetap terkontrol oleh kemauan Allah. Menaruh perkataan Tuhan di dalam hati dan jiwa kita, berarti hidup kita menjadi persembahan bagi Tuhan (bnd. Rm. 12:1-2). Perkataan Tuhan itu diikatkan sebagai tanda pada tangan dan menjadi lambang di dahi. Firman Tuhan itu tidak akan pernah lupa dan terlupakan karena sudah menjadi bahagian hidup, bahkan menjadi habitus, karakter hidup, menjadi jati diri orang yang menaruh perkataan Tuhan itu di dalam hati dan di dalam jiwanya.Tanda yang dapat dilihat sebagai obyek, yang dapat difungsikan, diberi
artinya sehingga orang dapat memahaminya dengan jelas. Tanda di tangan untuk mengerjakan segala pekerjaan baik, tugas dan pekerjaan yang bisa dilihat oleh siapapun melalui kehidupan kita. Simbol atau lambang didahi menunjukkan wajah kehadiran Tuhan yang menunjukkan pemeliharaan, penyertaan Tuhan kepada umat-Nya.
Terakhir, Ada tugas dan tanggungjawab umat terhadap generasi secara berkelanjutan. Ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan secara berkelanjutan menjadi tugas dan tanggung jawab pendahulu kepada generasi berikutnya. Pengajaran yang berkesinambungan dari waktu ke waktu kepada generasi secara systematis dan terencana. Kurikulum yang dimulai dari anak-anak di rumah tangga secara informal, bersahabat kapan dan dimana ada waktu dan tempat yang tepat. Pengajaran itu Lengkap dengan metode atau cara yang efektif dan komunikatif dan strategis. Tradisi pengajaran pada jamannya dan konteks kehidupan masyarakat pada masanya. Diperintahkan menjadi kewajiban pengajaran akan Firman Tuhan tetap aktual sesuai dengan zamannya, sehingga mudah diterima anak-anak masa kini dan di tempatnya masing-masing. Menjadi tradisi yang menyelamatkan umat Tuhan, keluarga, dan bangsa di sepanjang sejarah. Pengajaran Firman Tuhan yang tidak dapat dibatasi ruang dan waktu kepada generasi menjadi tanggungjawab setiap keluarga. Dengan pengajaran Firman Allah itu akan mendatangkan berkat; panjang umur dan umur anak-anak di tanah perjanjian yang dijanjikan Allah. Berkat dan penyertaan Allah mengikuti setiap orang yang mengajarkan kebenaran Allah. Allah menggenapi apa yang telah dijanjikanNya, tidak ada yang kita ragukan asalkan kita tetap melakukan apa yang telah diperintahkan-Nya.
Sekali lagi dengarkanlah sungguh-sungguh perintah Allah dengan segenap hati dan jiwa kita. Allah akan menjamin masa depan kita, dan akan mencukupkan keperluan kita . Ingat selalu ada godaan di tengah perjalanan hidup, dari kanan dan kiri tanpa kita sadari ada yang menggoda, membujuk kita sehingga kita menyimpang dari perintah Allah yang sudah ditetapkan. Godaan hedonisme, materialisme, sekuralisasi yang membuat kehidupan rohani kita semakin gersang.
Mari kita praktikkan hidup kedengar-dengaran akan Firman Allah, yang kita mulai dari diri kita sendiri, menerima kuasa atau otoritas Firman Allah di dalam hati kita. Perkataan Tuhan itu kita ikatkan sebagai tanda pada tangan dan menjadi lambang di dahi. Sehingga tidak akan pernah lupa dan terlupakan karena sudah menjadi bahagian hidup kita, bahkan menjadi habitus, karakter hidup, dan menjadi jati diri kita.
Kita mempunyai Tugas dan tanggungjawab terhadap generasi yang akan datang secara berkelanjutan. Supaya ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan tetap berkelanjutan dari pendahulu kepada generasi berikutnya. Pengajaran yang berkesinambungan dari waktu ke waktu secara systematis dan terencana. Kurikulum yang dimulai dari anak-anak di rumah tangga secara informal, bersahabat kapan dan dimana ada waktu dan tempat yang tepat. Pengajaran itu Lengkap dengan metode atau cara yang efektif dan komunikatif dan strategis. Berkat dan penyertaan Allah mengikuti kita, dan Allah menggenapi apa yang telah dijanjikanNya, jangan kita ragu apabila kita sudah tetap melakukan apa yang telah diperintahkanNya. Diberkatilah orang-orang yang sungguh mengasihi dan beribadah kepada Allah. Amin.
Pdt.David.F. Sibuea,M.Th.
Praeses HKBPDistrik XXV Jambi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar