Rabu, 02 September 2009

Bacaan Minggu 20 September 2009: Yeremia 26 : 7 - 14

HARGA SEBUAH KETAATAN

Pengantar

Ada sebuah pernyataan yang menarik dan terkenal: “To accept Christ costs nothing, to follow Christ costs something, but to serve Christ costs everything”. Pernyataan tersebut menjelaskan kepada kita bahwa menerima Kristus tidak perlu membayar apa-apa. Artinya, kita cukup percaya kepada-Nya. Sedangkan untuk mengikut Kristus, ada harga yang harus kita bayar. Sebagai contoh, kita harus bersekutu dengan-Nya serta menjaga kesaksian hidup agar tidak menjadi batu sandungan. Dan akhirnya, melayani Kristus, berharga segalanya. Itu berarti, tidak cukup hanya mengikuti Dia dan menjaga kesaksian hidup. Tapi lebih dari situ, rela mempertaruhkan waktu, materi, bahkan nyawa! Hal itulah yang dialami oleh nabi Yeremia, sebagaimana tertulis dalam nats Epistel hari ini.

Pembahasan

Peristiwa pada Yeremia pasal 26 ini terjadi pada permulaan pemerintahan Yoyakim, anak Yosia, raja Yehuda (sekitar tahun 609-608 SM), di mana firman Tuhan datang kepada Yeremia. Banyak hal penting yang dapat kita pelajari dari bacaan kita ini. Namun, kita akan memfokuskan diri kepada Yeremia. Ada tiga hal penting yang patut kita teladani.

1. Ketaatan nabi Yeremia (1-6)
Pada ayat 1-6 kita membaca bagaimana Tuhan memerintahkan Yeremia untuk menyampaikan Firman-Nya kepada umat-Nya. Jika kita mengamati isi Firman tersebut, itu bukanlah sesuatu yang enak untuk didengar, di mana isinya adalah sebuah peringatan agar mereka bertobat dari segala kejahatannya (ay. 3). Jikat tidak, mereka akan mengalami penghukuman. Allah berfirman: “Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku... dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu... maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi." (4b-6).
Bagaimanakah jika Saudara/i berada dalam posisi Yeremia? Apakah Saudara mau menyampaikan berita buruk, yaitu berita penghukuman yang mengerikan seperti itu? Dapatkah saudara membayangkan bagaimana jika saudara harus menyampaikan berita seperti itu di pelataran rumah Tuhan (ay. 2) dan juga di rumah Tuhan disaksikan oleh para imam dan nabi? (ay. 7). Sungguh, hal itu bukan merupakan suatu tugas yang mudah dikerjakan. Karena itu, barangkali ada atau banyak di antara kita yang tidak mau melakukannya.
Namun Yeremia tidaklah demikian. Dia taat kepada Tuhan dan dengan setia menyampaikan Firman tersebut. Walaupun tentu, hal itu bukanlah tanpa risiko.

2. Harga yang harus dibayar (7-11)
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, nabi Yeremia menyampaikan berita penghukuman itu di pelataran rumah Tuhan. Karena itu, kita membaca bahwa para imam, para nabi dan seluruh rakyat mendengar pemberitaan tersebut (ay. 7).
Bagaimanakah respons mereka terhadap khotbah Yeremia tersebut? Dapat diduga, khotbah Yeremia tersebut ditolak. Yeremia dianggap sebagai nabi palsu yang menyampaikan kabar bohong. Dan karena hal itu dilakukan di rumah Tuhan, maka hal itu dianggap sebagai penghujatan. Dengan demikian, Yeremia dianggap telah melakukan kesalahan ganda: berbohong dengan bernubuat palsu dan menghujat Allah. Itulah sebabnya dia ditangkap (8). Keberatan yang mereka sampaikan sangat jelas: ” Mengapa engkau bernubuat demi nama TUHAN dengan berkata: Rumah ini akan sama seperti Silo, dan kota ini akan menjadi reruntuhan, sehingga tidak ada lagi penduduknya?" (9). Itulah sebabnya mereka semua berkumpul mengerumuni Yeremia. Hukumannya jelas, yaitu hukuman mati (8). Hukuman seperti itu, tidak berlebih-lebihan, karena itulah layaknya hukuman yang diberikan kepada seseorang yang bernubuat palsu dan menghujat Allah. Jadi, berita tersebut bukan sekadar mengakibatkan kerugian materi atau harga diri bagi Yeremia, melainkan menuntut nyawanya sendiri!

3. Keyakinan & Keberanian Yeremia (12-14)
Dalam kondisi terdesak, apalagi yang menuntut ancaman nyawa, apakah yang biasanya dilakukan oleh seseorang? Melarikan diri, bukan? Jika ancaman itu terjadi karena berita atau khotbah yang disampaikan, maka ada kemungkinan bahwa seseorang itu akan mengubah isi khotbahnya sehingga lebih menyenangkan pendengarnya.
Namun Yeremia bukanlah pribadi yang plin plan dan penakut. Sebaliknya, Alkitab menggambarkan bahwa tokoh Yeremia adalah seorang tokoh beriman dan pemberani. Dalam bacaan kita ini terlihat dengan sangat jelas bahwa dia memiliki keyakinan penuh atas panggilannya. Itulah sebabnya, sekalipun para imam, nabi dan rakyat datang bergerombol mengerumuni dia, namaun sedikitpun dia tidak mundur dan mengubah keyakinannya. Sebaliknya, di hadapan para penentangnya yang siap menghabisi nyawanya, dia menegaskan: “Tuhanlah yang telah mengutus aku supaya bernubuat tentang rumah dan kota ini untuk menyampaikan segala perkataan yang telah kamu dengar itu” (ay. 12). Selanjutnya, dia melanjutkan tantangan dan peringatannya: “ Oleh sebab itu, perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, dan dengarkanlah suara TUHAN, Allahmu, sehingga TUHAN menyesal akan malapetaka yang diancamkan-Nya atas kamu” (13).
Hal lain yang sangat menarik dan sangat berkesan untuk kita simak adalah kenyataan berikut. Setelah menyampaikan kalimat tersebut di atas, dia tidak melarikan diri. Malahan dia menyerahkan dirinya: “Tetapi aku ini, sesungguhnya, aku ada di tanganmu, perbuatlah kepadaku apa yang baik dan benar di matamu” (14).

Aplikasi dan kesimpulan

Seorang pernah mengibaratkan pemberita firman Tuhan bagaikan seorang tukang pos. Tukang pos tersebut dengan setia menyampaikan setiap surat kepada penerimanya, apapun berita yang ada di dalam surat tersebut: baik atau buruk. Demikian juga dengan pelayan-pelayan dan pemberita firman Tuhan, harus senantiasa setia menyampaikan firman Tuhan tersebut: kabar baik atau buruk.
Namun sebenarnya, ada perbedaan di antara keduanya, yaitu tukang pos tidak tahu apa isi berita di dalam surat itu. Selain itu, tukang pos juga tidak bertanggung jawab atas berita di dalamnya. Itulah sebabnya, tukang pos tidak mengalami risiko atas surat yang disampaikannya. Tidak demikian dengan setiap kita yang terpanggil memberitakan firman Tuhan. Kita mengetahui berita yang akan kita sampaikan. Kita juga sadar apa akibat dari pemberitaan tersebut. Meskipun demikian, biarlah kita meneladani nabi Yeremia tersebut di atas: Taat dan setia kepada firman Tuhan. Kiranya, Allah Bapa di surga mengaruniakan kepada kita keyakinan dan keberanian di tengah-tengah berbagai kesulitan yang kita hadapi, apapun dan berapapun harga yang harus kita bayar.-



Pdt. Ir. Mangapul Sagala, D.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar