PULANG SYNODE AM BAWA APA?
KEBIASAAN MANUSIA SECARA UMUM
Biasanya jika seseorang pulang dari luar kota, atau luar negeri, anak-anaknya pasti menanyakan kepadanya bawa apa oleh-olehnya? Artinya, perpisahan mereka untuk beberapa waktu itu akan terasa klop jika yang pulang ke rumah itu membawa sesuatu, baik itu berupa berita, atau pun berupa benda. Yang pasti selalu ada yang diharapkan yang mau disampaikan oleh orang tersebut untuk seluruh keluarga yang telah ditinggal beberapa saat lamanya. Dan yang membawa berita pun akan merasa senang jika seluruh seisi rumahnya mendengar cerita yang disampaikannya dan sekaligus memberikan oleh-oleh benda yang dibawanya. Itulah gambaran orang yang pulang membawa sesuatu kepada keluarganya yang telah ditinggalkannya untuk beberapa saat lamanya.
Respons dari keluarga atas berita dan oleh-oleh yang kita bawa itu juga bervariasi. Jika berita dan oleh-oleh yang kita sampaikan dan berikan sangat fantastis dan menarik bagi mereka, maka mereka berkata “Terimakasih atas berita dan oleh-olehnya, sungguh luar biasa beritanya, wah saya jadi tertarik ke sana, saya senang sekali berita dan oleh-oleh ini”. Namun jika berita dan oleh-oleh yang kita bawa tidak menarik dan berkualitas, maka mereka pasti banyak yang kecewa dan berkata, “Itu aja nya?, masa gitu saja? Percuma aja pergi ke sana!, tidak mau terima oleh-oleh ini jelek”.
Dari respons tersebut, maka setiap orang yang pergi untuk tugas tertentu harus membawa sesuatu yang berkualitas, membawa berita yang bermanfaat bagi keluarga, bagi gereja, masyarakat, bangsa dan negara, agar kita dihargai oleh mereka. Sebenarnya tergantung kita yang menentukan oleh-oleh dan berita yang mau kita bawa. Apakah kita memilih yang biasa-biasa saja atau yang luar biasa. Konsekunsinya sudah jelas seperti yang disebutkan di atas.
KEIBASAAN LAMA SYNODE
Peserta syonde dari segala unsur (pendeta, majelis pusat, utusan resort, dan peninjau) diutus dari distrik, resort dan jemaat masing-masing dengan doa dan biaya yang besar dengan harapan pulang synode bisa membawa sesuatu oleh-oleh yang berharga bagi jemaat, resort dan distrik. Kita meninggalkan segala tugas pelayanan kita di tengah-tengah jemaat dan pekerjaan kita masing-masing untuk tugas mulia ini. Kehadiran kita dalam Synode Am XVI GKPA pada 15-19 Juli 2009 lalu harus memberi masukan-masukan, ide-ide, pemikiran-pemikiran, dana bagi kemajuan dan perkembangan GKPA ke masa depan. Kehadiran kita di synode ajang duduk bersama bertukar pikiran dan informasi pelayanan agar GKPA semakin dipakai Tuhan melayani umat di dunia ini. Inilah harapan dan doa para jemaat yang mengutus kita para peserta synode ini. Dan ketika kita pulang ke jemaat, resort dan distrik kita masing-masing, kita telah membawa oleh-oleh yang menarik, oleh-oleh yang membanggakan GKPA, metode-metode pelayanan yang lebih baik lagi di semua lini lapangan pelayanan GKPA. Peserta synode diharapkan bisa memberikan oleh-oleh yang berkualitas bagi jemaat yang mengutusnya agar jemaat tersebut tidak kecewa dan tidak memberikan respons yang negatif kepada kita para synodestan.
Namun kebiasaan yang terjadi dari synode ke synode tidak seperti yang kita bayangkan di atas tadi. Ketika kita bertanya dan berdiskusi dengan beberapa peserta synode sepulangnya dari ajang rapat mulia yang tertinggi di GKPA itu tentang hal-hal apa yang sangat menarik dari synode am yang baru berlangsung, mereka menjawab, “Wah enak sekali makan di synode di Padangsidimpuan itu, enak sekali sayurnya, sambal terasinnya, ikannya, dll”. Dan jika kita teruskan bertanya, “hal apa saja yang menarik lainnya?” Panitia dan jemaat di Kantor Pusat GKPA ramah-ramah dan mudah senyum. Hal lain? Yah itu saja. Itu saja??? Artinya, kebiasaan-kebiasaan yang diberitakan kepada warga jemaat oleh synodestan melulu mengenai makanan dan keramahan panitia synode. Oleh-oleh yang diberitakan hanya soal kulit luarnya saja. Inti dari pertemuan synode itu tidak mampu diberitakan secara sederhana kepada warga jemaat, resort dan distrik. Akhirnya, jemaat merasa kecewa dengan mendengar oleh-oleh itu. Padahal mereka sudah bayar mahal itu dengan doa-doa dan dana-dana jemaat, dan hasilnya hanya berita makanan yang enak saja. Berarti timbul kesimpulan bagi warga jemaat bahwa synode itu bukan synode gereja tetapi synode makanan, karena berita gerejanya tidak ada diberitakan tetapi berita makanan disampaikan luar biasa.
Yang ironisnya lagi, berita yang mereka bawa bukan lagi berita synode, tetapi berita kampung halamannya. Mereka bercerita panjang lebar tentang situasi terbaru di kampungnya yang sudah ditinggalkannya beberapa tahun yang lalu. Berita-berita keluarganya yang sudah mulai berubah dari kebiasaan-kebiasaan dulu ketika dia datang yang biasanya disambut dengan baik sekarang tidak lagi. Bahkan dengan semangat yang luar biasa mereka menceritakan kejelekan-kejelekan kampung dan keluarganya ketika dia pulang setelah synode atau sebelum synode. Ironis bukan? Diutus ke synode untuk mebawa berita gereja GKPA dan perkembangannya, yang dibawa berita kampung dan keluarga synodestan.
KEBIASAAN BARU SYNODE
Pulang bawa apa? Pulang synode am bawa apa? Pertanyaan ini mungkin agak sulit menceritakannya secara sederhana bagi jemaat yang mengutus kita. Tetapi sebenarnya bisa kita permudah karena kita yang membawa berita dan oleh-oleh itu. Sama seperti kita mau pulang ke rumah, kita membawa oleh-oleh untuk anak-anak dan keluarga kita, pasti yang kita bawa adalah apa yang mereka butuhkan. Demikianlah dengan warga jemaat kita, mereka mau mendengar berita yang sangat dibutuhkan mereka tentang GKPA. Lalu, apa yang mau kita bawa?
Pertama, bawalah laporan pelayanan GKPA selama antar periode ini. Laporan itu menyangkut apa yang telah dikerjakan GKPA dalam rangka memberitakan Firman Tuhan dan menyembangkan GKPA di dunia ini. Berita ini akan mengajak umat untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas apa yang telah GKPA lakukan dalam mengemban misi di dunia ini. Berita ini juga akan membangkitkan semangat jemaat untuk semakin berkarya lagi ke masa depan. Berita ini juga akan menjadi intropeksi diri untuk kemajuan pelayanan yang lebih baik ke masa depan.
Kedua, bawalah program-program yang akan kita kerjakan. GKPA dalam perjalanan pelayanannya di dunia ini masih terus bergumul dan berjuang melakukan tugas-tugas diakonia, marturia dan koinonia. Dengan membawa berita ini, maka warga jemaat akan merasa ikut berjuang mewujudnyatakan dan mendukung program ini baik melalui doa, pemikiran dan dana mereka. Dengan membawa program-program ini warga jemaat akan terlibat dalam perjalanan tujuan GKPA yang sungguh luar bisa ke depan.
Ketiga, bawalah keadaan keuangan GKPA. Memang kita harus akui bahwa tujuan GKPA bukan uang, tetapi demi tujuan GKPA membutuhkan uang. Jika kita sadar bahwa GKPA bisa berjalan beroperasi bukan karena kemampuan warga jemaat saja. Persembahan bulanan yang diberikan warga jemaat ke Kantor Pusat GKPA masih hanya bisa membiayai sebagian dari gaji pelayan GKPA. Dana yang terkumpul dari persembahan bulanan itu tidak mencukupi untuk biaya operasional pelayanan di Kantor Pusat GKPA dan program-program lainnya di GKPA. Karenanya keadaan keuangan GKPA menjadi sebuah berita yang harus kita bawa untuk didoakan agar warga jemaat ikut berpartisipasi menopang pelayanan GKPA ke masa depan.
Keempat, bawalah perkembangan teologi GKPA. GKPA sebagai sebuah gereja yang hidup di dunia ini harus terus membenahi dirinya tidak hanya secara organisasi saja tetapi juga membenahi perkembangan teologi yang kita hadapi saat ini. Apa yang telah dikembangkan GKPA tentang tugas pelayanan di GKPA secara teologi. GKPA berada di tengah-tengah perkembangan teologi jaman baru sekarang. GKPA berhadapan dengan berbagai macam pemahaman berteologi dan GKPA harus menyikapi perkembangan teologi itu. Misalnya saja, gereja Protestan dan Katolik telah menerima dan menandatangani sebuah deklarasi yang dinamakan dengan “Deklarasi Bersama tentang Ajaran Pembenaran” (The Joint Declaration on the Doctrine of Justification). Dalam dokumen ini umat Protestan dan Katolik saling menerima perbedaan ajaran yang ada tentang ajaran pembenaran oleh iman tanpa harus berseteru lagi. Pada 31 Oktober 1517, Martin Luther menyatakan perang dengan Katolik tentang keselamatan orang percaya. Katolik memahami bahwa manusia dibenarkan bukan hanya oleh karena iman melainkan dibuthkan lagi perbuatan baik. Jasa baik manusia diperhitungkan menjadi jalan keselamatan manusia. Artinya, manusia diproses dan dijadikan benar oleh Allah. Dengan kata lain, manusia bekerjasama dengan Allah dalam rangka keselamatannya. Dan keselamatan itu datang dari dalam diri manusia yang dianugerahi Allah kepadanya. Sementara bagi Luther, kesemalamatan itu merupakan anugerah semata. Manusia diselamatkan hanya oleh karena iman. Perbuatan baik manusia tidak bisa menentukan keselamatan manusia itu sendiri. Perbuatan baik manusia merupakan buah dari keselamatan yang telah diterima manusia dari Allah. Artinya, manusia dinyatakan benar oleh Allah. Keselamatan manusia itu dari luar manusia (forensik) yang diberikan Allah secara cuma-cuma. Katolik dan Protestan berseteru selama 482 tahun mengenai ajaran pembenaran ini. Namun pada 31 Oktober 1999, gereja Lutheran yang diwakili Lutheran World Federation (LWF) dan Gereja Katolik Roma (GKR) menandatangani dokumen “Deklarasi Bersama tentang Ajaran Pembenaran”. Dan sejak itu segala kutuk mengutuk di kedua belah pihak dihentikan. Katolik dan Protestan sepakat menerima perbedaan ajaran pembenaran oleh iman di antara kedua belah pihak tanpa harus berseteru dan saling mengutuk. Inilah perkembangan teologi yang harus kita bawa kepada umat agar mereka semakin sadar bahwa GKPA terus membuka diri bagi perkembangan teologi jaman ini.
Sebenarnya masih banyak lagi yang mau diberitakan, namun minimal yang empat pokok seperti di atas tadi kita sampaikan kepada warga jemaat yang mengutus kita, maka mereka pasti akan senang mendengar, dan akan merasa tertarik untuk ikut ambil bagian terus dalam pelayanan Kerajaan Tuhan dalam wadah GKPA ini.
BAGAIMANA CARANYA AGAR BISA MEMBAWA OLEH-OLEH SYNODE AM?
Timbul pertanyaan bagi kita sekarang, bagaimanakah caranya agar kita bisa membawa keempat berita tadi di dalam pelaksanaan synode am XVI GKPA? Kebiasaan lama synode di atas terekam di hati sanubari peserta synode am karena mereka sangat menikmati seluruh makanan dan minuman yang disajikan para panitia synode yang ramah dan mudah senyum tadi. Setiap jam-jam makan mereka sangat menikmatinya dengan segala canda tawa dengan sahabat-sahabat lama atau teman-teman baru anggota synode dari jemaat, resort, dan distrik lain. Mereka memakai jam-jam makan ajang saling tukar informasi dan silaturahmi. Sehingga jam-jam makan mereka nikmati luar biasa dan sangat enak dirasakan walaupun sebenarnya makanan dan minuman itu kurang enak, tetapi karena persekutuan dengan sahabat dan teman lama dan baru berjalan dengan indah, maka yang tidak enak pun dikatakan enak.
Agar kita mampu membawa oleh-oleh yang berkualitas dari Synode Am XVI GKPA ini, maka pertama, seluruh peserta synode juga harus bisa menikmati seluruh rangkaian acara synode secara komprehensif. Peserta synode secara aktif mulai dari awal hingga penutupan synode agar beritanya klop dan lengkap serta berkualitas dibawa ke warga jemaat. Peserta tidak mengikuti synode terputus-putus. Artinya, dia masuk di sesi pertama, dan absen di sesi kedua, dan ketiga, kemudian masuk lagi di sesi keempat, dan absen di sesi kelima dan begitulah seterusnya. Jika peserta synode hadir rapat seperti ini maka dia tidak akan bisa membawa berita yang utuh kepada warga jemaat yang mengutusnya synode. Sia-sialah doa dan uang jemaat yang dipakainya untuk hadir ke synode ini sebab merekalah orang-orang terbaik yang diutus ke synode tetapi sikap dan perangainya seperti orang yang tak beretika dan berperasaan. Kedua, peserta synode mematuhi peraturan panitia synode. Peraturan synode ialah setiap perserta harus mengikuti rapat di ruang yang sudah ditentukan panitia. Artinya, peserta synode bukan rapat di luar ruangan, atau mengadakan rapat di luar rapat. Jika demikian adanya, maka hasil yang dibawanya ke warga jemaat adalah hasil “synode mereka” bukan hasil Synode Am XVI GKPA. Ketiga, bergiatlah dalam pekerjaan Tuhan. Synode ini bukan ansih pekerjaan manusia saja, melainkan pekerjaan Tuhan yang diembankan kepada seluruh peserta synode. Anda adalah pilihan Tuhan, utusan jemaat yang dipercaya mengemban pengembangan visi dan misi GKPA ke masa yang penuh harapan. Karena itu bergiatlah dalam synode memberikan pemikiran-pemikiran positif yang membangun dan mengembangkan GKPA yang lebih baik. Jangan datang dari pola pikir negatif yang hanya melulu melihat kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi perbaikilah kesalahan-kesalahan orang lain dengan kasih Kristus yang ada di dalam diri kita masing-masing.
HABIS SYNODE LALU APA?
Mungkin kita berpikir tugas saya sudah selesai karena sudah berhasil mengikuti dan menghadiri Synode Am XVI GKPA. Memang benar tugas mengikuti dan menghadiri synode sudah selesai tetapi tugas-tugas yang diembankan synode itu belum selasai dikerjakan. Setibanya kita di daerah pelayanan kita masing-masing, maka kita akan memulai mengimpelematasikan hasil-hasil Synode Am XVI GKPA. Artinya, kita menjadi duta-duta GKPA di lapangan untuk melaksanakan dan mengembangka GKPA menuju pertumbuhan jemaat yang semakin baik. Tuhan mengharapkan kita menjadi pelayan/pekerja yang bergiat di dalam pekerjaan Tuhan menjemaatkan hasil keputusan Synode. Dengan kata lain, peserta synode am tidak boleh lagi berkata, “Aku tidak setuju dengan keputusan itu maka aku tidak mau melakukannya.” Saatnya bukan lagi berdebat, karena waktu berdebat sudah usai di synode, tetapi setelah synode saatnya kita bertindak atas keputusan synode itu, terlepas dari setuju tidak setuju kita pada saat synode. Apa yang sudah diputuskan synode adalah keputusan GKPA yang harus dikerjakan dan dilaksanakan di setiap lini pelayanan GKPA. Peserta synode menjadi pionir pengimplementasian keputusan synode, bukan sebaliknya menjadi “musuh” di dalam pengimplementasian hasil-hasil synode.
Habis synode lalu beraksi dan berkarya untuk Tuhan. Habis synode kita bekerja, kita melayani dengan giat, sebab pekerjaan yang kita kerjakan ini adalah pekerjaan Tuhan. Jika kita mengerjakan pekerjaan manusia dengan berkualitas, maka kita akan dihargai oleh si pemberi pekerjaan itu dengan baik. Demikianlah kita, Tuhan memberikan pekerjaan kepada kita, karena itu kerjakanlah dengan sungguh-sungguh dengan segala potensi yang ada dalam hidup kita, maka Tuhan akan menghargai kita di hadapan Allah dan manusia.
Habis synode lalu apa terserah pada Anda...
Jakarta, Medio Mei 2009
Ramli SN Harahap
www.ramlyharahap.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar