Rabu, 02 September 2009

Bacaan Minggu 27 September 2009: Filipi 2 : 1 - 11

MEMBANGUN PERSEKUTUAN DENGAN KERENDAHAN HATI

Nas ini mengajar kita tentang persekutuan (parsaoran) orang Kristen. Seorang teolog Kristen pada zaman Hitler bernama Dietrich Boenhoffer pernah berkata: Apakah yang membedakan orang Kristen dari orang yang bukan Kristen? Dia menjawab: GAYA HIDUP-nya. Dan salah satu dari gaya hidup itu adalah persekutuannya (parsaoran).
Di dalam nas ini, Paulus menghimbau agar persekutuan orang Kristen, orang-orang percaya benar-benar menjadi persekutuan yang BERSATU (MARHASADAON), seperti disebut dalam ayat 2 b “sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan!”
Berbicara tentang kesatuan memang sedikit susah-susah mudah? Kenapa? Di satu pihak, kesatuan dan persatuan adalah kebutuhan dasar manusia. Karena itulah kita mau berumahtangga, ada punguan marga, parsahutaon, ada PGI, PBB, dll. Itulah yang membuat kita menjadi mahluk sosial, manusia yang tidak dapat hidup tanpa bersama dengan orang lain. Tetapi di pihak lain, sepanjang sejarah kita melihat, manusia cenderung berpisah, bermusuhan. Hampir tidak ada waktu di mana dunia bebas dari perang, diskriminasi, disintegrasi, dan perceraian. Kenyataan tsb menunjukkan, di satu pihak manusia membutuhkan kesatuan dan kebersamaan, tetapi di pihak lain, manusia rentan (tolping) kepada pemisahan. Tetapi yang pasti, semua manusia menginginkan kesatuan dan persatuan. (Umpama ni halak Batak, mandok : “Tampakna do rantosna, rim ni tahi do gogona”). Orang Indonesia berkata: Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Itulah ajakan Paulus kepada jemaat di Filipi. Di samping mengucap terimakasih atas sumbangan jemaat Filipi yang diterimanya, Paulus juga menyerukan agar jemaat Filipi senantiasa bersukacita dalam segala keadaan. Dan dalam nats ini terutama, Paulus menyerukan agar mereka membangun persekutuan di dalam kesehatian. Karena ketika itu jemaat Filipi sedang diancam bahaya perpecahan, karena di sana mulai tumbuh semangat partai atau kelompok. Karena itulah Paulus dengan kuat menyerukan: “hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan!
Satu hal yang menarik, kita baca di ayat 2a: “Sempurnakanlah sukacitaku dengan ini…(Gohi hamu ma halalas ni rohangkon”). Itu berarti bahwa, kita akan memperoleh sukacita yang sempurna, bila bagi kita ada persekutuan yang bersehati. Kesatuan dan persatuan itu memberi kita sukacita. Tetapi sebaliknya, bila ada pertikaian, perpecahan atau permusuhan, itu akan mendatangkan kesedihan, kemurungan, mengendorkan semangat, membuang inspirasi, dan merugikan kita.
Tetapi sebenarnya Tuhan Yesus melihat dampak yang lebih jauh lagi.. Di Yoh. 17:21 Yesus berkata betapa perlunya orang percaya membangun kesatuan dan persatuan, “supaya dunia percaya” Artinya, bersatu tidaknya orang-orang percaya sangat menentukan bagi percaya tidaknya dunia kepada Kristus, sangat menentukan bagi berhasil tidaknya misi pekabaran Injil di dunia ini. Karena itulah Firman Tuhan selalu mengajak agar orang percaya di seluruh dunia terus membangun persekutuan, kesatuan dan persatuan. Kita baca ucapan Tuhan Yesus di Yohannes 14 dan Yohannes 17. Paulus di Efesus 4, di 1 Korintus 12, dan di Galatia 3, 28, dll.
Untuk menggambarkan indahnya persekutuan dan cara membangun persekutuan tsb Yesus dan Paulus menggunakan gambaran/illustrasi yang indah. Kita baca di 1 Korintus 12. Kesatuan dan persatuan orang Kristen itu digambarkan seperti kesatuan TUBUH. Orang Kristen dikatakan adalah TUBUH KRISTUS, sehingga kesatuan orang percaya adalah kesatuan sebagai tubuh Kristus. Apa artinya?
Pertama, itu memnunjukkan bahwa kesatuan orang percaya bukanlah terutama kesatuan organisatoris, melainkan kesatuan visi dan misi. Bukan kesatuan dalam organisasi atau rapat-rapat tetapi terutama kesatuan hati.
Kedua, gambaran sebagai tubuh itu menunjukkan betapa indahnya perbedaan. Semua organ tubuh berbeda satu sama lain, ada kepala, perut, tangan, kaki, mata, dlll, yang saling berbeda tetapi tetap satu sebagai tubuh. Keindahan perbedaan tsb sudah Tuhan tunjukkan mulai dari penciptaan. Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan berbeda dan unik. Namun, pada setiap hari penciptaan tsb, Tuhan berkata: Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Ada 7 (tujuh) kali perkataan tsb kita jumpai dalam Kejadian pasal 1. Itu menunjukkan betapa indahnya perbedaan, karena perbedaan adalah kehendak Tuhan. Karena itu, jangan pernah berkecil hati bila Saudara berbeda dengan orang lain. Justru bila manusia sama dan sebangun, itu yang membuat kita susah, bukan? Saya tidak bias bayangkan, betapa membosankannya hidup ini bila semua kita sama dan sebangun. Malah kita akan bingung sendiri; karena membedakan dua orang yang kembar saja sudah susah.
Ketiga, karena itulah, kita diajak agar jangan menggunakan perbedaan tsb untuk memisahkan kita dari orang lain. Justru, sama seperti organ tubuh yang saling berbeda, perbedaan tersebut memaksa kita untuk bersatu, untuk saling melengkapi, saling membutuhkan, saling bergantung, dapat saling memberi dan saling menerima. “Aku ada bila Anda ada. Aku tidak ada bila Anda tidak ada”. Itu yang membuat kita sebagai mahluk sosial. Mahluk sosial tidak menjadi sempurna tanpa orang lain. Perbedaan itu membuat kita sempurna. Mari kita melihat jari tangan kita. Masing-masing tangan ada lima jari. Tetapi kelimanya berbeda. Tetapi tahukah Saudara, bahwa perbedaan kelima jari itulah yang membuat kita bisa memegang pensil, mengambil makanan dan melakukan pekerjaan kita. Bila semua jari tsb sama dan sebangun, apa yang bisa kita lakukan? Di dalam perbedaan itulah kita bisa saling menolong karena setiap orang unik dan punya kelebihan serta kekurangan. Karena itu, bila kita punya kelebihan, janganlah tinggi hati, tetapi sebaiknya kita gunakan membantu kekurangan orang lain. Dan bila kita memiliki kekurangan, jangan membuat kita menjadi rendah diri, karena kita akan dibantu orang lain.
Keempat. Gambaran sebagai Tubuh Kristus juga berarti bahwa walaupun kita berbeda, tetapi derajat kita sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Karena hal inilah maka kita gigih memperjuangkan kesetaraan gender, kesamaan hak laki-laki dan perempuan. Kita sama dalam derajat tetapi berbeda di fungsi. Karena itu, sangatlah memalukan bila masih ada orang Kristen yang melecehkan isterinya, memperlakukan anak perempuannya lebih rendah dari anak laki-lakinya, atau melecehkan perempuan karena dia seorang perempuan. Atau memperlakukan orang lain dengan sewenang-wenang, atau melakukan diskriminasi, dll.
Apa sajakah yang dapat merusak persekutuan kita? Dengan demikian kita tahu menghindarinya. Mari kita simak di ayat 3 – 4.
Yang pertama, adalah kesombongan, menganggap diri lebih tinggi, lebih hebat dari orang lain. Kita baca BE no. 249, 4, berkata: Ginjang ni roha i do jumotjot ala pangalapan sala. Bila ada orang sombong, maka persekutuan akan berantakan.
Kedua, adalah sikap egois, memperhatikan kepentingan diri sendiri, tidak memperhatikan kepentingan, hak, dan perasaan orang lain. Yang pertama bersahabat dengan yang kedua ini.. “Orang yang sibuk memperhatikan kehebatan dan jasanya sendiri tanpa memperdulikan kebaikan orang lain, biasanya akan terjebak dalam keegoisan dan kesombongan”, kata orang bijak. Dan inilah yang menghancurkan persekutuan. Karena itulah ada orang bijak mengingatkan: “Hati-hatilah dengan segala kelebihanmu, karena hal itu sering menyebabkan kita tergelincir kepada kesombongan yang menghancurkan”
Sekarang, apakah yang harus kita lakukan untuk memperkuat kesatuan dan persatuan persekutuan kita? Paulus mengajar kita di ayat di 5 – 11. Yaitu dengan meneladani KERENDAHAN HATI YESUS KRISTUS. Sikap rendah hati, itulah yang dapat menunjukkan pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus (ay. 5), yang walaupun punya “hak” (priviledge) sebagai anak Allah, yang setara dengan Allah, namun mau merendahkan diri, menjadi manusia sama seperti kita, menerima hinaan dan siksaan hingga mati di kayu salib. Dengan semua itu, Yesus membuang kepentingan diri-Nya sendiri, dan melakukan itu semua hanya untuk kepentingan orang lain, yaitu kita orang berdosa ini. Kerendahan hati yang luar biasa, yang tiada taranya . Kerendahan hati yang dapat menjadi teladan yang sempurna.
Kerendahan hati, seperti yang Paulus terangkan di ayat 3b, adalah: menganggap yang lain lebih utama dari diri kita sendiri. Dan Firman Tuhan sangat banyak mengajak orang percaya agar senantiasa bersikap rendah hati (bukan rendah diri), karena orang rendah hati adalah sahabat Tuhan, sedangkan orang yang tinggi hati adalah musuh Tuhan (baca Ef. 4: 2; 1 Pet 5:5; Yak 4:6). Dan, sikap rendah hati inilah perekat persekutuan. Malah ada seorang pengkotbah berkata., bahwa sikap rendah hati itu bagaikan oli (minyak pelumas), yang melumaskan gesekan-gesekan pergaulan. Besi-besi mesin terus bergesekan untuk menggerakkan mobil, tetapi tidak saling menyakiti. Mengapa? Karena ada minyak pelumas atau oli. Demikian terjadi bila semua anggota persekutuan bersikap rendah hati. Walaupun terus menerus ada “gesekan” karena interaksi, namun tidak akan pernah saling menyakiti.
Pertanyaan berikut, adalah: Bagaimanakh agar dalam diri kita tumbuh sikap rendah hati? Yaitu dengan mengakui segala kelemahan-kelemahan kita dan bersikap sabar (memaklumi) kelemahan-kelemahan orang lain. Rendah hati, bukanlah rendah diri. Sikap rendah hati sangat sedikit memikirkan dirinya, tetapi lebih banyak memberi perhatian untuk melayani orang lain.
Ternyata, sikap rendah hati memberi kita lebih banyak. Buktinya: Mengapa air laut lebih banyak dari air sungai? Jawabnya, pasti, karena laut mau lebih rendah dari sungai. Karena itulah Firman Tuhan, Mazmur 37:11 juga berkata: “Orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena ksejahteraan yang berlimpah-limpah”. Mazmur 22:27 berkata: “Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang …” 1 Petrus 5:5 “Tuhan mengasihi orang yang rendah hati”(band Amsal 3, 34). Itulah yang diberikan Tuhan kepada Yesus Kristus. Ketika Yesus mau merendahkan diri, justru disitulah Tuhan meninggikan Dia: dalam nama Yesus bertekuk lutut segaa yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa! (ay. 10-11). Dengan demikian jelaslah, ternyata, kemuliaan tidak lahir dari kesombongan, melainkan dari kerendahan hati. Malah Dranath Tagore berkata “Kita bertemu dengan Allah ketika kita mau RENDAH HATI’.
Karena itu saudaraku, agar kesatuan dan persatuan persekutuan kita semakin kuat, mari, teladanilah kerendahan hati Yesus, yang tiak mementingkan diri sendiri tetapi mementingkan kepentingan orang lain. Amin.



Pdt. Sabar T.P. Siahaan,STh

1 komentar:

  1. kotbah yg sangat mengena di hati amang, saya tunggu kotbah selanjutnya

    BalasHapus