Selasa, 16 Februari 2010

Bacaan Minggu Estomihi, 14 Pebruari 2010 : Keluaran 18:17-23


Minggu Estomihi, 14 Pebruari 2010 Keluaran 18:17-23


PELAYANAN YANG MEMUASKAN



Pengantar

I
ni adalah kisah nyata. Seorang pelayan (baca, pendeta) memberitahukan kesibukannya yang sedemikian rupa dari mimbar. “Saya bersyukur dapat berdiri di hadapan Saudara pada hari ini. Sejak beberapa hari ini, saya luar biasa capek. Kemarin, penuh dengan kesibukan. Pagi hari, saya harus melakukan beberapa hal penting. Siang hari, ada rapat, sore hari ada latihan terakhir paduan suara, di mana saya sendiri yang langsung memimpin, malam hari saya melayani ibadah KKR dan tadi malam, sampai larut malam saya masih berada Gereja ini. Satu demi satu, saya memeriksa berbagai peralatan yang kita gunakan. Tadi pagi, sekitar jam 5.00 pagi, saya kembali berada di Gereja ini untuk memeriksa kursi demi kursi. Saya sendiri membersihkannya. Semua itu saya lakukan agar peresmian Gereja kita pada hari ini berjalan lancar dan sukses”.
Saya tidak tahu bagaimana reaksi bapak/ibu semua mendengar kalimat tersebut di atas. Tapi saya sendiri bertanya dalam hati, “Mengapa bapak harus melakukan semua itu? Apakah tugas-tugas tertentu tidak bisa didelegasikan kepada orang lain? Apakah harus bapak yang harus memimpin koor? Apakah harus bapak yang mengatur dan membersihkan kursi-kursi?...”
Sesungguhnya, berbicara tentang pelayanan, kita tidak cukup hanya melayani, tanpa memikirkan cara dan strategi yang tepat. Jika demikian, pelayanan belum tentu effektif dan memuaskan. Hal yang sama berlaku untuk pekerjaan. Jika kita ingin mencapai hasil pelayanan dan pekerjaan yang maksimal, maka berbagai metode dan strategi yang baik harus diuji dan diterapkan. Hal itulah yang kita lihat dalam bacaan epistel hari ini.


Pembahasan

Kita akan membagi bacaan kita menjadi tiga bagian. 1. Musa dan berbagai permasalahan umat. 2. Nasehat bijak Sang Mertua. 3. Berbagi tugas untuk mencapai hasil memuaskan. Marilah kita ulas satu persatu.

1. Musa dan berbagai permasalahan umat

Pada ayat sebelumnya kita membaca berbagai permasalahan yang terjadi di antara bangsa Israel, baik hal kecil sampai hal besar, dihadapi dan diatasi sendiri oleh Musa. Alkitab menjelaskan bahwa umat datang dengan mengantri sambil berdiri, mulai dari pagi sampai petang (13-14). Dapat dibayangkan, betapa lelahnya Musa mendengar masalah umat tersebut, di mana mereka datang kepada Musa, satu demi satu. Bukan hanya lelah mendengar, tetapi Musa juga akan sangat rumit memberikan jawaban atas semua masalah yang dihadapi oleh umat. Lebih dari situ, apa yang terjadi dengan umat yang harus mengantri berjam-jam, mulai dari pagi sampai petang, apalagi hal itu dilakukan sambil berdiri? Pelayanan seperti apakah yang sedang didemonstrasikan dalam bacaan kita kali ini? Apakah pelayanan yang bersifat single fighter (berjuang sendirian) seperti itu dapat disebut dengan pelayanan yang effektif? Apakah pelayanan seperti itu sungguh-sungguh memuaskan jemaat?

2. Nasehat bijak Sang Mertua

Jawaban terhadap pertanyaan tersebut di atas diberikan oleh sang mertua Musa, Yitro, yang dapat dibaca pada ayat 17: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu”. Jadi, bagi sang mertua, apa yang dilakukan oleh menantunya, Musa, bukan sesuatu yang baik. Alasan Yitro mengatakan hal itu tidak baik, bukan sekadar ngomong, bukan juga sedang menyalahgunakan otoritasnya sebagai mertua yang seolah-olah mengetahui semuanya. Pada ayat berikutnya kita membaca: “Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja”. (18). Jadi, masalah yang diutarakan oleh sang mertua sangat jelas. Metode yang digunakan oleh Musa untuk menyelesaikan berbagai permasalahan umat, akan merugikan semuanya. Hal itu bukan saja sangat melelahkan dirinya sendiri, tetapi juga melelahkan seluruh umat. Dengan perkataan lain, pelayanan seperti itu, tidak akan effektif dan juga tidak akan memuaskan umat.
Itulah sebabnya, sang mertua menasehatkan agar segera mengubah cara pelayanan Musa. Di sini kita melihat sebuah perubahan besar, dari pelayanan yang berpusat kepada dirinya sendiri, atau sebutlah pendeta sentries, menjadi pelayanan yang melibatkan seluruh umat (jemaat yang misioner). Mertua Musa memperkenalkan prinsip pendelegasian tugas. Inti dari metode tersebut adalah membagi tugas, di mana berbagai permasalahan diatasi secara bersama-sama. Tetapi, tidak asal berbagi tugas, tetapi melakukannya dengan benar. Segala perkara dan masalah besar akan dihadapkan kepada Musa, sedangkan perkara kecil akan dibagikan untuk diatasi oleh yang lain, yang dibagikan kepada pemimpin-pemimpin kelompok. Hal itulah yang akan kita lihat selanjutnya.

3. Berbagi tugas untuk mencapai hasil memuaskan

Perlu ditegaskan di sini bahwa metode pendelegasian atau membagi tugas tidaklah menjamin keberhasilan pekerjaan atau pelayanan. Jika hal itu tidak dilakukan dengan benar, maka permasalahan baru dapat timbul dari orang-orang yang menerima tugas tersebut. Itulah sebabnya, dalam rangka melakukan pembagian tugas yang baik, kita dapat menyimak nasehat bijak Yitro.
Pertama, Musa harus mencari dan memilih orang-orang yang tepat. Ada empat kriteria yang diberikan oleh Yitro: a. Harus cakap; b. Takut akan Allah; c. Dapat dipecaya; dan d. Benci kepada pengejaran suap (ayat 21). Jika mengamati keempat hal itu, maka tentu saja, orang seperti itu bukanlah orang yang sembarangan. Kriteria itu menunjukkan bahwa Musa bukan hanya mencari orang yang pintar secara akal, tetapi juga orang beriman kepada Allah dan memiliki moral yang baik.
Hal kedua yang harus dilakukan Musa adalah mengangkat dan menempatkan orang-orang tersebut menjadi pemimpin kelompok seribu orang, seratus orang, lima puluh orang dan sepuluh orang (21b). Apa yang kita lihat dalam pembagian kelompok tersebut di atas? Permasalahan akan dapat dilihat mulai dari masalah yang sangat umum di dalam kelompok seribu orang, diteruskan kepada kepada masalah yang semakin detail, di dalam kelompok seratus, kelompok lima puluh, hingga di dalam kelompok sepuluh orang.
Ketiga, pemimpin kelompok tersebut harus dibekali dan dibina secara khusus. Itulah sebabnya, mereka harus diberi pengajaran tentang berbagai ketetapan dan keputusan, diberitahukan jalan yang harus dijalani serta dibagikan tugas kepada mereka masing-masing (20).
Apakah cara atau metode yang dianjurkan oleh Yitro tersebut dapat diterapkan? Adakah bedanya hasil yang akan dicapai oleh Musa sebelum dan sesudah Musa melakukan nasehat Yitro? Jawabnya dijelaskan pada ayat berikutnya. Setelah memberikan nasehat tersebut di atas, Yitro memberikan jaminan kepada Musa bahwa jika Musa menurutinya, maka dia akan sanggup bertahan dan seluruh bangsa akan puas (23).


Aplikasi dan Kesimpulan

Pelayan-pelayan Tuhan di segala abad dan tempat, baik pendeta maupun majelis, selalu diperhadapkan kepada berbagai tugas dan permasalahan. Cara atau metode yang diterapkan oleh pelayan akan mempengaruhi efektivitas dan keberhasilan pelayanan tersebut. Itulah sebabnya, metode yang diterapkan oleh para pelayan, baik pendeta atau majelis di dalam Gereja akan mempengaruhi kepuasan jemaat. Ini adalah fakta realita yang tidak dapat disangkali.
Ada sebuah buku yang cukup menarik. Salah satu bab dari buku itu diberi judul yang menggelitik dan sekaligus menantang: “Haruskah Pendeta seorang Superman?” Tampaknya, topik itu menggambarkan banyak peristiwa di dalam Gereja Tuhan. Hal itulah yang kita lihat dalam bagian pengantar, di mana seorang pendeta melakukan berbagai tugas bagaikan seorang superman, sedangkan jemaat lainnya, hanya sekadar penonton. Barangkali, disadari atau tidak, ada pendeta atau pelayan yang menikmati pelayanan di mana dirinya menjadi pusat perhatian seluruh umat. Dia menjadikan dirinya menjadi satu pribadi yang sangat diperlukan. Itulah sebabnya, dia sangat senang ketika melihat anggota jemaat, termasuk majelis bergantung penuh kepadanya. Dia sangat senang mendengar atau melihat bahwa jemaat akan mengalami kekacauan, menurun drastis tanpa kehadirannya.
Bacaan hari ini dengan jelas mengajarkan bahwa cara-cara seperti itu tidak baik dan harus diubah segera. Pendeta dan pelayan tidak boleh dibiarkan merusak pelayanan, dengan membuatnya tidak berjalan maksimal, karena semua masalah dipusatkan kepadanya. Pendeta dan pelayan tidak boleh dibiarkan sibuk dengan hal-hal kecil sehingga tidak fokus dengan hal-hal besar, seperti berdoa dan memberitakan Firman Allah (Kis.6:2b). Bacaan hari ini mengingatkan kita semua akan pentingnya pendelegasian, berbagi tugas. Untuk itu, perlu dicari dan dipilih orang-orang yang tepat, ditempatkan dalam berbagai posisi, serta dididik untuk posisi tersebut. Singkat kata, semua permasalahan jemaat diatasi bersama oleh jemaat bagi pertumbuhan jemaat, untuk kemuliaan nama Tuhan. Soli Deo gloria.-



Pdt.Dr.Mangapul Sagala
Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar