Selasa, 16 Februari 2010

Bacaan Minggu Invokavit, 21 Pebruari 2010 : Yeremia 10 : 6 - 10


Minggu Invokavit, 21 Pebruari 2010 Yeremia 10 : 6 - 10


TINGGALKANLAH PENYEMBAHAN BERHALA-BERHALA



K
itab Nabi Yeremia adalah kitab yang terpanjang di Alkitab, kalau dihitung dari jumlah kata. Isinya berupa pengakuan kepada kemahakuasaan Allah serta nasihat kepada umat-Nya bangsa Israel. Bagi Yeremia, Allah adalah Yang Mahakuasa, yang menciptakan bumi dengan segala kekuatan-Nya. Allah adalah juga mahahadir di mana-mana. Allah adalah Allah, bukan hanya bagi orang Yehuda, melainkan juga bagi segenap bangsa.
Yeremia terpangil untuk menyampaikan pesan-pesan Allah berupa teguran Allah kepada bangsa Yehuda yang hidup dalam kebebalan dan sebagian jatuh ke dalam penyembahan berhala. Karena keberanian Nabi Yeremia menegur bangsa itu, maka ia sering mengalami kesulitan dan dikejar-kejar penguasa yang lalim dan kejam. Namun ia tetap tegar dalam menghadapi situasi yang terkadang mengancam nyawanya. Puncak ketegarannya tampak pada kenyataan di mana ia tidak takut-takut untuk menyuarakan nubuatan tentang destruksi kerajaan Yehuda (yang secara lalim diperintah antara lain oleh Raja Manasye) sebagai hukuman atas kejahatan bangsa itu.
Tetapi penghakiman Allah terhadap umat-Nya, walaupun dahsyat, bukanlah kata yang terakhir yang menjadi karya terakhir Allah dalam sejarah. Anugerah dan pemenuhan atas janji Allah akan menang. Setelah penghakiman Allah, akan datang pemulihan dan pembaharuan. Israel akan dipulihkan kembali, perjanjian Allah dengan Israel, Daud dan orang-orang Lewi akan diwujudkan. Bahkan Allah akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, yakni akan menaruh Taurat-Nya dalam batin mereka dan menuliskan-Nya dalam batin mereka (31:31-34).

Sebagai pengajaran dan nasihat kepada orang Israel, Yeremia menekankan bahwa yang pertama, tidak ada yang sama seperti Tuhan Allah. Tak seorangpun manusia di dunia ini yang mampu menyamai Dia, sekalipun dari antara raja-raja, kaum penguasa dan kaum pengusaha. Ini ditekankan untuk menjawab sikap sebagian orang waktu itu yang merasa dirinya perkasa dan besar. Keperkasaan manusia terbatas, namun keperkasaan Allah tak terbatas. Hanya Tuhan Allah sendirilah yang bersifat ‘super natural’ yang keberadaannya jauh di atas pengetahuan dan kekuatan manusia. Ia adalah Pencipta dan sekaligus Pemelihara kita makhluk ciptaan-Nya. Allah sendiri mengemukakan siapa diri-Nya: “Aku akan memberitahukan kepada mereka kekuasaan-Ku dan keperkasaan-Ku, supaya mereka tahu, bahwa nama-Ku Tuhan” (16:21).
Hal yang kedua yang tidak dapat disamai manusia dalam kebesaran Allah adalah kebijaksanaan-Nya. Banyak orang bijaksana di zaman nabi Yeremia yang dapat mengajarkan hikmat dan pengetahuan kepada masyarakat luas, tetapi ajaran mereka tidak mampu menjawab persoalan-persoalan kehidupan secara menyeluruh. Kebijaksanaan mereka hanya berlaku sesaat. Tetapi kebijaksanaan Allah tidak ada bandingannya, karena tidak saja menjawab persoalan manusia kini dan di sini, tetapi juga memberikan keselamatan, keampunan dosa, dan hidup yang kekal kepada umat-Nya. Inilah yang seyogianya membuat raja-raja di dunia takut kepada Allah. Allah sendirilah Raja bangsa-bangsa yang patut ditakuti oleh semua orang karena kebijaksanaan-Nya. Kebijaksanaan Allah berupa anugerah keselamatan itu direalisir melalui karya keselamatan oleh Yesus Kristus. Kristus adalah penggenapan nubuatan nabi Yeremia tentang kebijaksanaan Allah yang tidak terselami manusia. Rasul Paulus juga di Perjanjian Baru mengingatkan kebesaran kebijaksanaan Allah melalui seruan: “Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? ... Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (Rm. 1:20-21).
Teguran Allah melalui Yeremia kepada bangsa Israel yang sebagian mempraktikkan penyembahan berhala diperinci dengan mengatakan “berhala itu semuanya bodoh dan dungu; petunjuk dewa itu sia-sia”. Istilah ‘sisa-sia’ sering dipergunakan Yeremia untuk berhala dan dewa-dewa (8:19, 14:22). Kenapa disebut bodoh, dungu dan sia-sia? Pertama, karena dewa dan berhala itu disembah buat sesuatu suku tertentu, sedangkan Allah Yahwe yang kita sembah adalah Raja bangsa-bangsa di seluruh dunia. Kedua, karena berhala itu hanya terbuat kayu belaka, perak kepingan dan emas. Semua berhala sedemikian hanyalah buatan tangan manusia, yakni tukang-tukang dan ahli-ahli. Perak kepingan di sini dibawa dari Tarsia, suatu tempat yang merujuk Tartessus di Spanyol atau mungkin juga sebuah pulau di Laut Tengah, atau mungkin pula sebuah daerah di pantai Afrika Utara. Sedangkan Ufas selaku asal emas di sini adalah sebuah tempat yang hanya disebut dalam ayat ini tanpa penjelasan di kawasan mana itu. Yeremia menyerukan umat Israel supaya jangan terperdaya dan tertipu untuk menyembah berhala seperti itu. Umat itu diserukan meninggalkan penyembahan kepada berhala buatan tangan manusia, sebaliknya agar umat itu menyembah Allah yang menciptakan alam semesta. Mereka diserukan untuk tidak mendengar petunjuk dewa, dan sebaliknya mendengar petunjuk Allah. Petunjuk Allah membawa umat manusia menuju kehidupan, sedangkan petunjuk dewa-dewa dan berhala-berhala membawa manusia ke jurang penderitaan.

Sekarang ini sungguh banyak dewa dan berhala yang disembah oleh masyarakat modern. Berhala adalah sesuatu benda atau seseorang yang kita cintai dan sayangi melebihi cinta dan sayang kita kepada Tuhan. Jika kita mencintai harta kita lebih tinggi daripada kepada Tuhan, maka harta sudah menjadi berhala bagi kita. Jika kita mencintai suami atau isteri atau anak kita lebih tinggi daripada cinta kita kepada Tuhan, maka hati-hati kita telah memberhalakan suami, isteri dan anak-anak kita. Ringkasnya, jika kita mencintai atau menghargai sesuatu atau seseorang lebih daripada Tuhan, maka itu semuanya sudah menjadi berhala bagi kita.
Ada sebagian orang, walaupun sudah tedaftar sebagai warga gereja, tetapi secara diam-diam masih menyembah dewa-dewa dan berhala-berhala. Ada yang menyembah “na martua gunung pusuk buhit”, atau “na martua tuktuk tarabunga”, atau “sumangot ni ompu”, dewa di gunung kidul, dan sebagainya. Hal ini dapat disebut roh-roh sinkretistis, yang mencampurkan dua atau lebih kepercayaan dalam diri satu orang. Semuanya perlu ditinggalkan karena Tuhan Allah tidak senang melihat umat-Nya menjadi penganut sinkretisme. Bahkan sekarang tidak sedikit orang yang jatuh menjadi penyembah berhala mammon, di mana bagi mereka ini uang adalah ukuran tertinggi dalam hidupnya. Apapun dihalalkan demi memperoleh uang. Di media massa sehari-hari kita baca berita tentang betapa banyak orang yang dihinggapi roh mammonisme yang berwujud pada tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme. Para pelakunya tidak mengenal tingkat sosial, jabatan dan tingkap pendidikan formal. Pembunuhan, perampokan dan penjerumusan terhadap sesama terjadi demi mewujudkan niat untuk menyembah dewa mammon. Banyak sekali orang-orang modern yang jatuh kepada hedonisme dan konsumerisme sebagai hasil dan pengaruh pendewaan uang.
Nas ini ternyata sungguh relevan untuk menyerukan agar penyembah berhala dan dewa-dewa sekarang ini kembali ke jalan Allah. Ia sajalah Allah yang benar (1 Tes. 1:9). Kebenaran-Nya diwujudkan dalam karya penyelamatan oleh Dia melalui Anak-Nya Yesus Kristus yang telah membenarkan kita orang-orang berdosa. Ia juga adalah Allah yang hidup (Ul. 5:26) dan Raja yang kekal (Kel. 15:18 dan Mzm. 10:16). Keberadaan Allah yang Maha Kuasa membuat bumi goncang karena murka-Nya dan bangsa-bangsa tdak tahan akan geram-Nya. Murka dan kegeraman Allah tidak sama dengan murka dan kegeraman manusia, karena murka Tuhan adalah bahagian dari kasih-Nya yang mendidik umat-Nya. Karenanya, sejak sekarangn mulailah mencintai Tuhan lebih dari pada apa yang kita miliki dan apa yang bersama dengan kita sekarang. Utamakan mencitai Tuhan daripa cinta akan harta, uang, keluarga, hobi dan kesenangan lainnya. Jangan jadikan berhala-berhala modern hidup di sekitar pribadi, rumah tangga, kantor, usaha kita. Singkirkan segera jika berhala itu mulai menyusup ke dalam kehidupan kita. Jika kita sudah mulai menghargai suami lebih daripada Tuhan, berhentilah dan sadarlah bahwa suami itu ciptaan Tuhan, bukan Tuhan yang harus dihargai lebih daripada Tuhan. Kendati sulit untuk meninggalkan berhala-berhala modern jaman sekarang tetapi mulailah sejak dini. Yang paling berbahaya sekarang adalah, jika Hand Phone kita tinggal di rumah, kita mau kembali ke rumah untuk mengambil HP tersebut, tetapi jika Alkitab tinggal di rumah ketika mau beribadah ke Gereja, kita tidak mau kembali lagi ke rumah mengambil Alkitab tersebut. Bahkan ketika kita bangun tidur, hal yang pertama kita cari adalah HP bukan Alkitab atau Buku Ende. Hati-hati, jangan-jangan HP juga sudah termasuk berhala yang kita butuhkan dan hormati lebih dariupada Tuhan. Karena itu, hiduplah dalam kehendak Allah. Amin.



Pdt. Dr. Binsar Nainggolan
Kadep Marturia HKBP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar