Senin, 26 Juli 2010

Bacaan Minggu 10 Setelah Trinitatis, 8 Agustus 2010 : Yeremia 23:1-8

SEBUAH JANJI BAGI UMAT YANG TERCERAI-BERAI
Yeremia 23:1-8 
Minggu 10 Setelah Trinitatis, 8 Agustus 2010



Salah satu akibat buruk dari gerakan Reformasi, di samping tentu akibat-akibat lain yang patut disyukuri, adalah kecenderungan yang kuat untuk bertikai dan menjadikan perpecahan sebagai jalan pintas untuk mengatasi pertikaian tersebut. Ketika seorang pemimpinan bersitegang dengan pemimpin lainnya, masing-masing berusaha mencari dukungan umat. Maka, umat yang tadinya tak tahu-menahu soal perseteruan para pemimpin mereka akhirnya terpengaruh dan ikut-ikutan memihak dan mengelompok. Maka, perpecahan pun sukar untuk dihindari. Perpecahan menjadi solusi bagi mereka. Berpisah lebih baik daripa tetap bersama dengan musuh. Sehingga dewasa ini semakin banyak berjamur gereja-gereja baru yang tumbuh di mana-mana di bumi persada nusantara ini. Akibat buruk ini sangat merugikan orang Kristen itu sendiri. Sesama penganut iman yang sama, tetapi saling bermusuhan.
Selain itu, umat juga bisa tercerai-berai dengan mudah karena para pemimpin gereja yang tak mampu menjadi teladan. Mereka kecewa dengan para gembala yang ternyata menampilkan sebuah pola hidup yang berkebalikan dengan apa yang mereka ucapkan sendiri. Maka, terjadilah krisis kepemimpinan. Dan, sekali lagi, umatlah yang menjadi korban. Pemimpin tidak lagi menjadi teladan umat gembalaannya. Pemimpin sibuk memikirkan jabatan organisasi gereja saja, dan mengabaikan jemaat gembalaannya. Yang diutamakan tugas-tugas organisasi melulu bukan tugas pelayanan umat. Umat bukan skala prioritas utama. Sehingga tidak jarang warga jemaat banyak yang merasa tidak simpatik dengan pemimpin rohaninya. Inilah juga akibat lain dari gerakan reformasi itu.
Kedua isu di atas hanyalah sedikit dari banyak contoh bagaimana umat bisa tercerai-berai karena para gembala yang gagal menjalankan fungsi penggembalaannya dengan baik. Mereka gagal meneladani Sang Gembala Agung, yaitu Yesus Kristus. Mereka gagal menjadikan Yesus tiruan dan Guru Agung. Sehingga banyak gembala saat ini belajar kepada gembal dunia yang sukses. Ketika dia melihat pendeta A berhasil dan terkenal, maka dia belajar kepada pendeta A tersebut agar dia bisa minimal menyamai ketenaran pendeta A itu. Manusia meneladani manusia biasa. Pada hal seharusnya seorang gembala itu harus meneladani dan belajar kepada Sang Guru Agung itu yakni Yesus Kristus.
Bacaan kita pagi ini juga berbicara tentang masalah yang kurang-lebih sama. Tidak terlalu jelas kesalahan apa yang dilakukan oleh para pemimpin Israel yang disebut sebagai ”para gembala” itu. Yang pasti, akibat kesalahan mereka, domba gembalaan yang sesungguhnya menjadi milik Allah itu tercerai-berai. Tak ada lagi kesatuan umat yang ditandai oleh cinta kasih, penghargaan dan persekutuan. Itulah makanya Allah berfirman, "Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!" Allah marah kepada para gembala yang tidak memperhatikan gembalaannya. Allah murka kepada para gembala yang hanya mengambil keuntungan pribadi dari para dombanya.
Akan tetapi, berita baik yang hendak disampaikan oleh teks kita adalah bahwa Allah tidak tinggal diam. Ia prihatin dengan umat-Nya yang tercerai-berai akibat kesalahan para gembala yang tadinya sangat dipercayai-Nya. Yang menjadi perhatian Allah pertama-tama adalah umat-Nya, bukan para pemimpin agama. Karena itu, ketika umat Allah tercerai-berai, Allah mengambil sikap yang sangat tegas. Sikap ini tentu menakutkan bagi para pemimpin agama, namun sekaligus menggembirakan bagi umat Allah. Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekor pun, demikianlah firman TUHAN.
Dari teks ini kita dapat melihat bahwa setidaknya ada tiga tindakan ilahi yang Allah lakukan kepada umat yang tercerai-berai itu:

Pertama, Ia mencela habis-habisan para pemimpin agama yang ”membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” (ay. 1) dan “tidak menjaganya” (ay. 2).

Allah akan menghukum para pemimpin yang teledor dalam menjalankan tugas mereka sebagai seorang pemimpin. Dalam konteks kehidupan bergereja kita, para pemimpin itu bisa jadi adalah pendeta, sintua, atau pemimpin lainnya. Jika para pemimpin agama ini terus-menerus membiarkan warga jemaatnya disesah dan terserak oleh persoalan dunia yang tidak digembalakan para gembalanya, maka Tuhan akan marah kepada pemimpin agama ini. Mereka harus sungguh-sungguh sadar bahwa ketika mereka gagal menjalankan tugas yang Allah percayakan dan malah membuat umat Allah tercerai-berai, mereka akan berurusan dengan Allah sendiri. Agaknya, hal pertama ini dapat menjadi sebuah batu-uji bagi kepemimpinan kristiani. Seorang pemimpin Kristen yang baik selalu menjaga keutuhan gereja.

Kedua, Allah akan mengumpulkan kembali domba-doma yang tercerai-berai itu (ay. 3).

Bahkan, di ayat yang sama, Allah berjanji bahwa “mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak.” Maka, khotbah ini sesungguhnya ditujukan bukan hanya kepada para pemimpin gereja, namun juga kepada semua anggota jemaat. Percayalah, bahwa Allah sungguh memperhatikan nasib umat-Nya. Ia akan memulihkan jemaat-Nya yang tercerai-berai dan mengasuh mereka, agar mereka dapat terus bertumbuh dan berkembang. Jika pemimpin agama tidak mau lagi memperhatikan umat Tuhan, maka Tuhan akan turun tangan menggembalakan umat-Nya agar umat-Nya itu tidak dimangsa para pengajar sesat di dunia ini.

Ketiga, Allah juga berjanji untuk memberikan kepada umat-Nya para gembala baru yang setia dan bertanggung jawab (ay. 4).

Gereja kita mungkin pernah terluka karena keterpecahan yang menyedihkan hati Allah dan hati kita. Karena itu, doakanlah para pemimpin Anda yang ada sekarang, agar dapat menjadi pemimpin yang baik dan bertanggung jawab dalam menjaga keutuhan gereja Tuhan. Doakanlah terus agar setiap pendeta, sintua, dan majelis menjadi orang-orang yang takut akan Tuhan dalam menjalankan tugas pelayanannya.
Yang menarik, janji Allah untuk menghimpun kembali umat-Nya dipandang setara dengan tindakan Allah dalam membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir (ay. 7-8). Usaha menyatukan gereja Tuhan, dengan demikian, merupakan sebuah proses pembebasan, karena keterpecahan tak ubahnya dengan pembelengguan dan penindasan. Kemanusiaan kita terpecah ketika kita berseteru dengan sesama kita. Sebaliknya, kita menjadi manusia sejati dan merdeka tatkala kita bersekutu dengan saudara-saudara seiman kita.
Karena itu, Saudara-saudara, usahakanlah selalu persaudaraan di dalam jemaat ini. Segala sesuatu yang mengakibatkan pertikaian dan perpecahan sudah pasti bukan berasal dari Allah, karena jika Allah berkarya, maka apapun yang dikerjakan Allah selalu mempersatukan.




Pdt. Dr. Joas Adiprasetya
Puket I STT Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar