Senin, 26 Juli 2010

Bacaan Minggu 12 Setelah Trinitatis, 22 Agustus 2010: Kejadian 33:1-11

BERDAMAI KEMBALI DENGAN ESAU
                                                         Kejadian 33:1-11                                                                          


Untuk memahami teks ini secara utuh kita harus membacanya mulai dari pasal 32:1-33:20. Sementara Yakub melalukan perjalanan ke arah selatan, ia bertemu dengan “malaikat-malaikat Allah” (32:1). Ketika melihat mereka barangkali hati Yakub mendapat keberanian dan tentu pemandangan itu mengingatkan dia akan penglihatannya di Betel (28:11-15). Ia menamai tempat itu Mahanaim, yang artinya “dua perkemahan”, yang telah ditafsirkan sebagai dua kelompok malaikat atau sebuah perkemaham lain yang cocok dengan perkemahannya.
Setelah perpisahan selama bertahun-tahun oleh karena kebencian Esau yang sengit, Yakub berusaha untuk berdamai kembali dengan kakaknya. Yakub mengutus hamba-hambanya kepada Esau dengan salam yang rendah hati dan berbagai pemberian. Akan tetapi, Esau sudah dalam perjalanan untuk menemui Yakub, dan ia disertai empat ratus orang. Ketika Yakub mendengar hal ini, ia merasa sangat ketakutan. Cepat-cepat ia membagi seluruh kawanan ternak dan segala miliknya menjadi dua kelompok dengan maksud agar setidak-tidaknya satu kelompok bisa luput dari serangan, dan ia berdoa kepada Allahnya.
Doa Yakub ini membuktikan kerendahan hatinya yang tulus. Ia memohon kepada Allah supaya dilindungi dari Esau agar janji-janji perjanjian Tuhan dapat dipenuhi (28:11,22). Sekalipun Yakub percaya kepada Tuhan untuk memperoleh perlindungan, ia mengambil langkah selanjutnya untuk berdamai kembali dengan Esau. Sebagai suatu persembahan baginya Yakub memilih lebih dari lima ratus ekor domba dan ternak.
Ketika Yakub merenungkan pertemuannya dengan Esau, ia manjadi sangat prihatin dan cemas. Ia tinggal seorang diri dan melewatkan beberapa waktu sendirian saja. Keadaan ini akhirnya menimbulkan salah satu pengalaman yang paling luar biasa dalam hidupnya.
Sementara ia seorang diri, Yakub bergulat dengan seorang laki-laki sampai fajar menyingsing. Yakub memperingati pengalamannya itu dengan memberi nama khusus bagi tempat itu dengan nama Pniel karena “Aku telah melihat Allah berhadapan muka” (28:30).
Situasi itu menarik dan tegang. Pada waktu Esau dan Yakub saling mendekati, Yakub mengatur barisan keluarganya sedemikian rupa sehingga hamba-hamba perempuan beserta anak-anak mereka berada di muka, lalu Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali (33:1-2). Yakub menyambut Esau dengan bersujud sampai ke tanah tujuh kali (3), mengingatkan pada rasa hormat orang timur yang tercermin dalam Lempengan-lempengan Amarna. Pertemuan itu sama sekali tidak menunjukkan sikap gemar berperang, melainkan memperlihatkan sikap hangat dan akrab (4-7). Sebenarnya Esau agak terkejut karena pemberian yang banyak sekali dari Yakub; pada awalnya ia menolak tetapi akhirnya menerima pemberian itu (8-11). Keduanya sepakat untuk berpisah dengan damai, Esau ke pegunungan Seir (14) dan Yakub ke daerah sekitar Sikhem (17-20).
Jika kita rinci teks ini, maka kita akan membagi teks ini dalam dua bagian: 1) Yakub bertemu dengan Esau (33:1-7); dan 2) Yakub memberi hadiah kepada Esau (33:8-11).

1)    Yakub bertemu dengan Esau (33:1-7)

Yakub belum lama bertemu dengan Allah di Pniel. Di situ ia menerima nama agung yaitu Israel serta jaminan keamanan dalam perjalanan kehidupannya. Meskipun demikian, ketika melihat Esau, ia diliputi ketakutan. Ketakutannya adalah ketidakpercayaannya. Hal itu terbutkti dengan kenyataan berikut: (1) Yakub membentuk urutan kelompok-kelompok keluarganya sesuai dengan urutan untuk mengurangi bahaya; (2) Yakub maju kepada Esau dengan ‘sujud menyembah sampai ke tanah tujuh kali’. Sikap Yakub seperti ini lebih tepat disebut tindakan yang sangat pengecut dari sikap menghormati kakaknya. Jika dibandingkan dengan sikap Esau yang tidak begitu takut akan Allah, perbuatannya seperti memalukan. Malahan Esau menghadapi adik dan keluarganya dengan sikap yang terus terang (4-7). Esau berlari mendapatkan Yakub dan memeluk lehernya dan menciumnya serta memberi perhatian kepada keluarga Yakub.

2)    Yakub memberi hadiah kepada Esau (33:8-11)

Pemberian hadiah kepada Esau bukanlah suatu kesalahan Yakub. “Memang melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah”, perkataan Yakub ini bukan suatu penjilatan tetapi ungkapan atas pekerjaan Allah yang dinyatakan melalui Esau, kakaknya. Yakub pernah melihat wajah Allah, yaitu dalam peristiwa yang dialaminya di Pniel. Pada saat ini, Allah menyelamatkan Yakub dari tangan Esau seperti yang telah Ia janjikan kepadanya. Ketika bertemu dengan Esau, Yakub merasa bertemu dengan Allah yang telah bertemu dengannya di Pniel, oleh karena Allah bekerja melalui sifat Esau.

Apa yang mau disuarakan teks ini bagi kita? Pertama, usahakanlah berdamai walau ada banyak tantangan. Perseteruan Yakub dengan Esau sudah menjadi peristiwa yang sungguh memedihkan hati Esau. Yakub dipihak yang merasa bersalah jauh lebih kuatir dan ketakutan untuk bertemu dengan Esau. Karena Yakub yang memulai persoalan dengan Esau maka dialah yang mencoba membuat usaha perdamaian itu dengan Esau. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita saat ini. Jika kita merasakan bahwa kitalah yang membuat suatu persoalan dengan orang lain, maka sekarang usahakanlah agar dirimu kembali berdamai dengan dia yang engkau sakiti. Memang harus kita akui ada banyak tantangan yang dihadapi Yakub ketika mau berdamai itu. Hal itu menjadi tantangan bagi kita bukan menjadi penghalang bagi kita untuk tetap berdamai. Apapun yang terjadi usahakanlah agar kita bisa berdamai dengan yang kita sakiti yang kita benci selama ini.
Kedua, terimalah dengan baik ungkapan perdamaian orang lain. Ketika Yakub memberikan ungkapan perdamaian kepada Esau, Esau menolak ungkapan tersebut. Namun, akhirnya Esau menerima pemberian tersebut. Hal ini bukan berarti setiap perdamaian harus disimbolkan dengan pemberian sesuatu kepada yang kita sakiti. Bukan. Tetapi jika ada sesuatu yang diberikan karena rasa syukurnya atas perdamaian itu, terimalah dengan hati yang senang. Banyak hal mungkin yang tidak bisa kita ungkapkan dengan pemberian sesuatu. Dengan terjadinya perdamaian itu sebenarnya sudah menjadi kado atau pemberian yang cukup berharga yang harus kita terima.
Ketiga, hentikan segala permusuhan. Idealnya memang sebagai umat percaya, kita harus menghindari segala bentuk kekerasan dan permusuhan. Apalagi jika kita pakai kekerasan atau kelicikan demi mendapatkan kesenangan pribadi, itu perbuatan yang sungguh tidak terpuji. Walaupun dalam kisah ini Yakub memakai cara yang salah untuk mendapatkan berkat dari Tuhan, hal ini bukan berarti harus kita contoh dalam jaman ini. Kisah ini mau menyuarakan bahwa apa yang dikerjakan Yakub yang tidak benar di hadapan Tuhan harus tetap dipertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Konsekuensinya ialah Yakub harus merubah jati dirinya, dan bahkan namanya pun berubah menjadi Israel. Artinya, marilah kita berusaha dalam hidup ini menjauhkan diri dari hal-hal yang membuat orang lain sakit hati, membuat orang kurang enak sama kita, membuat orang lain jengkel terhadap kita. Tetapi marilah kita berbuat yang terbaik bagi sesama manusia, sebab Tuhan telah berbuat baik bagi kita (bnd. Mzm. 145:9a).





Ramli SN Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar