Rabu, 18 Agustus 2010

Bacaan Minggu, 12 September 2010: Yesaya 2:1-3

KEMEGAHAN BAIT TUHAN
Yesaya 2:1-3
Minggu 15 Setelah Trinitatis, 12 September  2010  



Bagian khotbah ini adalah suatu nubuatan dari Nabi Yesaya tentang Yerusalem yang sering disamakan dengan Gunung Tuhan. Hal ini kita kenal dari rumusan: yom Jahwe (Hari Tuhan) di mana dari hari-hari yang dilewati manusia ada satu hari yang ditentukan oleh Tuhan bagi Dia dalam merealisasikan kehendak-Nya. Makanya hari ini kita katakan nubuatan karena belum terlaksana. Nubuatan ini adalah menyangkut Bait Allah di Yerusalem yang menunjukkan kemegahannya. Dan memang menurut hasil survey sejarah bahwa Bait Allah di Yerusalem tidak ada duanya di dunia pada waktunya.Terlebih Bait Allah yang didirikan Raja Salomo tidak ada bangunan seperti itu lagi di seantero dunia ini. Baik arsitektur atau fisik bangunannya. Akan tetapi bukan hal bangunannya yang mau dikatakan Yesaya dalam nas ini, tetapi kemegahan dari segi atau aspek lain yaitu menjadi megah karena tempat itulah tempat untuk umat-Nya bersekutu dan bertemu dan merasakan kehadiran Tuhan di dalam kehidupan.Jadi disamping kemegahan bangunan ingin melihat terlebih bertemu dengan Tuhan di tempat itu.Disitulah letak kemegahan tempat itu. Ada dua hal yang mau disampaikan kepada kita, yaitu: 1) Bertemu dengan Tuhan; dan 2) Tempat ajaran kebenaran Allah.
 

Bait Allah tempat bertemu dengan Tuhan 
 
Apakah ketika kita datang ke Bait Allah adalah tujuan kita untuk bertemu dengan Tuhan? Benar. Tetapi kenyataan orang rindu ke Bait Allah sebenarnya aneka macam motivasinya. Ada yang datang ke Gereja bukan mau bertemu dengan Tuhan, tetapi bertemu dengan pengkhotbah. Hal ini terbukti kalau ada pengkhotbah yang sudah dikenalnya tidak baik berkhotbah, maka hal ini sering sekali membuat orang menggerutu. “Kalau saya tahu dia yang khotbah pasti saya tidak datang di Gereja ini, lebih baik aja persembahan saya kirimkan tadinya”. Atau kalau penetua yang khotbah, warga nyelutuk apa yang dia tau, dia kan sama dengan saya. Melihat apa yang kita alami dari kejadian itu berarti dia bukan bertemu dengan Tuhan.Tetapi bertemu dengan pengkhotbahnya.
Ada yang mungkin membela diri. Maksud kita memang bertemu dengan Tuhan, tetapi bisa saja pengkhotbah itu jadi batu sandungan bagi kita untuk bertemu dengan Tuhan. Masa kalau kita beli kaset apakah kita tidak memilih kaset yang berkwalitas, kita tidak mungkin membeli kaset yang sumbang. Karena itu hal ini juga merupakan tantangan bagi semua pelayan, seharusnya meningkatkan dan membekali dirinya untuk memperlengkapi warga untuk menjabarkan imannya di tengah-tengah dunia ini. Artinya khotbah menjadikan orang untuk rindu bertemu dengan Tuhan.
Agar kemegahan Gereja semakin nyata maunya Gereja bukan hanya berkoak-koak tanpa makna dalam kehidupan. Terlebih dalam situasi sekarang ini seperti yang dikatakan Alvin Toffler dalam buku Megatrend-nya: Bahwa pada abad ini di Negara ketiga minat keagamaan (minat religius) orang makin meningkat.  Minat religius bukan identik dengan kekristenan tetapi bisa saja itu kepercayaan agama tertentu (banyak sekarang menganut religius mistik, makanya  kepercayaan kekafiran makin banyak pengikutnya). Bagi Gereja pelayan melihat tantangan ini merupakan kesempatan untuk memotivasi orang untuk bertemu dengan Tuhannya.Bukankah itu sekarang yang terjadi banyak warga yang jajan rohani hanya untuk mencari religius yang pas di dalam hidupnya. Tantangan yang merupakan kesempatan agar manusia semakin bergairah untuk bertemu dengan Tuhannya.
 
Pernah bapak T.B.Simatupang (almarhum) berkata sebelum memulai ceramah: “Seandainya Gereja kita masing-masing pada satu malam secara misterius raib, tidak ada sama sekali. Nah sewaktu pagi hari semua manusia sekeliling Gereja itu melihat, menurut kamu siapakah yang melihat itu yang pertama sekali menangis?” Kami menjawab dengan spontanitas yang jelas kita sebagai warga yang telah bersusah payah membangunnya pasti itulah yang pertama menitikkan airmata. Pak T.B.Simatupang menjawab bahwa itu adalah hal yang biasa, tetapi yang luar biasa jika orang yang berasal dari agama lain yang pertama menangis, sungguh di situlah letak keagungan, kemegahan Bait Allah itu. Kenapa Gereja berdiri selalu ditentang agama lain? Kita harus koreksi diri, masih tampakkah keagungan Gereja  dan kemegahannya? Seandainya Gereja benar-benar tempat bertemu dengan Allah, tidak ada pun izin Gereja berdiri pasti orang lain yang tidak seiman pun akan berkata, “Dirikanlah Gereja di sini karena Gereja merupakan berkat bagi kami”. Apakah nubuatan Yesaya ini menjadi kenyataan saat ini. Bait Allah menjulang tinggi karena benar Tempat kelimpahan Berkat Allah.
 

Gereja adalah tempat ajaran kebenaran Firman Tuhan  
 
Sewaktu Tuhan Yesus memasuki Bait Allah Dia membalikkan Meja penukaran uang  sambil berkata: “Mengapa  Rumah Bapa kamu jadikan menjadi ajang penipuan” (menjadi sarang Penyamun). Kenapa orang tertarik akan kekristenan mula-mula. Melihat diri para Rasul ada penjala ikan, pemungut cukai, apa yang mereka tau, tetapi kalau kita baca di dalam Kisah Para Rasul pertambahan orang Kristen begitu significan sampai ke jumlah yang banyak (sampai 6.000 orang).Tidak lain karena di tengah Gereja dipenuhi kasih, jika di masyarakat sikut-menyikut, di Gereja hidup damai, jika di masyarakat terjadi kelas-kelas sosial tetapi di Gereja sama rasa dan sama rata masih dapat bersatu di dalam Perjamuan Kudus.
Jika di masyarakat terjadi kecurangan segala jenis kejahatan dan di Gereja pun terjadi hal yang demikian, apa daya tarik orang datang ke Gereja untuk menerima kebenaran Firman Tuhan. Apakah itu sama dengan hanya rumusan-rumusan yang tidak pernah jadi kenyataan (atau H2O yang tidak pernah menjadi air ?). Perpecahan yang telah pernah terjadi di Gereja kita antara kelompok “SSA” dengan “TIARA” adalah merupakan borok yang sangat berbau busuk bagi kehidupan kita.
Sewaktu masih anak-anak dahulu, kalau ribut di Gereja para Sintua terus berkata: “Jangan ribut, kamu pikir Gereja ini pakter Tuak, kalau ribut di pakter Tuak sana”. Pada waktu peristiwa itu malah yang sebaliknya yang terjadi: “Jangan ribut di kedai saya ini, ini bukan Gereja HKBP, kalau berantam dan ribut pergi ke Gereja HKBP di sana”. Sakit memang jika kita mendengar perkataan seperti itu, padahal tidak ada yang kita ributkan, kita ribut berantam hanya memperebutkan keranjang kosong. Kalau berantam di terminal masih ada yang kita rebut paling sedikit uang komisi penumpang, tetapi di Gereja tidak ada sama sekali.
Gereja dan kehadiran orang-orang percaya adalah merupakan kebenaran Firman Tuhan yang nyata dalam kehidupan. Sehingga orang rindu akan kebenaran itu karena ddapat dijadikan pedoman kehidupan. Sehingga banyak orang berkata marilah kita memasuki Gunung Tuhan dan memasuki pelataran-Nya, karena kebenaran akan kita dengar menjadi pedoman kehidupan.
Kemegahan Bait Allah itu akan terjadi jika sesama warga jemaat saling membangun, saling mengasihi, saling menopang untuk menanggung beban yang ada. Gereja berfungsi menjadi garam dan terang bagi masyarakat sekitar. Gereja tidak arogan kepada masyarakat sekitar. Gereja tidak eksklusif (merasa di luar) masyarakat, tetapi gereja harus inklusif (di dalam) masyarakat. Gereja terlibat dalam persoalan kehidupan ril masyarakat sekitar, sehingga kemegahan gereja tampak karena Gereja memberi sesuatu bagi masyarakat sekitarnya.
 



Pdt Armada Sitorus, M.Th.
Praeses HKBP Distrik Toba Hasundutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar