Rabu, 18 Agustus 2010

Renungan: SELAMAT ULTAH GKPA KE-35

SELAMAT 35 TAHUN GKPA


Pertama sekali saya mengucapkan, “SELAMAT ULANG TAHUN KE-35 GKPA”. Usia 35 merupakan usia yang sangat produktif bagi seorang manusia. Usia yang paling bersemangat dan penuh idealism yang tinggi, punya harapan dan ide-ide cemerlang untuk meraih cita-cita yang luar biasa.
Pertumbuhan GKPA sejak awal terlihat jelas dari tema-tema periode yang dibangun. Pada awal berdirinya GKPA (d/h. HKBP-A) 1975, tahapan pertumbuhan gereja masih mengarah pada konsolidasi dan pembenahan diri dan organisasi gereja sambil mengembangkan semangat kemandirian (baca: panjaeon). Tahap awal ini membutuhkan waktu selama 10 tahun dari 1975 hingga 1986. Sepuluh tahun berjuang untuk eksis dan memperkenalkan GKPA ke dalam dan ke luar negeri. Sepuluh tahun untuk menunjukkan identitas diri dan semangat kemandirian.  Pada tahap pertama ini kedudukan Kantor Pusat GKPA berada di Sipirok dengan mengontrak sebuah rumah warga jemaat di Jalan Padangsidimpuan No.14.
Tahap kedua, GKPA mulai membenahi dan mensejajarkan diri dengan gereja-gereja lain. Dengan tema periode 1986-1991, “PERSEMBAHKANLAH TUBUHMU SEBAGAI PERSEMBAHAN YANG HIDUP” (Rm.12:1). Tahap kedua ini, GKPA semakin bertumbuh dan berkembang. Pengembangan jemaat terjadi dengan pesat. Semangat kemandirian semakin ditanamkan dengan pola pelayanan mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup. Pelayan gerejawi melayani semakin sungguh demi mengembangkan GKPA di berbagai pelosok tanah air. Pada tahapan kedua ini, Kantor Pusat GKPA berpindah ke Kota Padangsidimpuan dengan alasan bahwa Kantor Pusat GKPA harus berada dekat dengan pusat pemerintahan. Kantor Pusat ini pun diresmikan pada 2-3 Juli 1988 di Jl.Teuku Umar No.102 (d.h. No.60C) dengan nama “Kantor Pusat-Pusat Pembinaan GKPA”. Harapan baru pada tahapan kedua ini Kantor Pusat GKPA menjadi pusat pembinaan bagi seluruh pelayan dan warga jemaat GKPA.
Tahap ketiga, GKPA semakin yakin akan kemandiriannya. Hal ini tampak dalam tema periode 1991-1996, “KEMANDIRIAN TEOLOGI, DAYA, DAN DANA”. Pada tahapan ini diharapkan GKPA sudah mampu mandiri dalam teologi, daya dan dana. GKPA harus mampu membenahi ajaran-ajarannya, membenahi sumber daya pelayanan, membenahi sistem keuangan yang mandiri. Dalam aras pelayanan di tingkat Parlagutan semakin dimantapkan dengan diresmikannya distrik di GKPA. Kehadiran distrik diharapkan semakin memandirikan pelayanan di setiap wilayah. Pelayanan semakin nyata, pembenahan teologi berbasis jemaat semakin nyata. Para pelayanan semakin mandiri mengelola pelayanan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Tahap keempat, GKPA diharapkan bisa menghasilkan menyatukan semangat kemandirian dalam sebuah arak-arakan kebersamaan. Pertumbuhan yang diharapkan adalah sebuah pertumbuhan yang terarah dan terukur yakni menuju kedewasaan dan kemandirian. Sebuah gereja yang bertumbuh harus bisa diukur taraf pertumbuhannya. Pertumbuhan yang baik adalah jika bertumbuh semakin dewasa dan mandiri. Ukuran kedewasaan terlihat dari kemampuan gereja membenahi, memperlengkapi para pelayanan dan warga jemaat dalam menghadapi tantangan jamannya. Hal ini tampak dalam semangat periode 1996-2001, “BERTUMBUH BERSAMA MENUJU KEDEWASAAN DAN KEMANDIRIAN” (Ef.4:11-16).
Tahap kelima, GKPA memastikan diri mampu menghasilkan buah dari kedewasaan dan kemandirian yang dimilikinya. Buah yang dihasilkan tentunya bukan buah yang hanya sekali berbuah saja seperti pohon pisang. Tetapi buah yang diharapkan adalah buah yang tetap. Bukan pula buah yang lebat yang hanya lebat pada musimnya dan tidak menghasilkan pada musim yang lain. Buah yang tetap adalah buah yang terus memberikan arti dalam masa sukar dan senang. Buah yang tetap kendatipun keadaan tidak mendukung. Semangat ini ditunjukkan dalam sebuah tema periode 2001-2006, “AKU MENETAPKAN KAMU UNTUK MENGHASILKAN BUAH” (Yoh.15:16b).
Tahap keenam, GKPA diharapkan bergiat dalam pekerjaan Tuhan. Gereja yang telah berbuah tetapi tidak bergiat membenahi dan menanam kembali maka gereja itu akan mati. Tetapi gereja yang telah berbuah, maka daripadanya diharapkan sebuah ketetapan untuk bergiat melayani Tuhan. Mengapa harus bergiat melayani Tuhan? Karena terkadang ada banyak gereja yang sudah berbuah, tetapi para pelayannya dan warganya jadi lupa akan pekerjaan Tuhan. Sehingga mereka sibuk dengan pekerjaan pribadinya masing-masing. Karena gereja sudah bagus, administrasi gereja sudah mapan, keuangan gereja sudah membaik, maka para pelayan pun akhirnya tergoda membenahi dirinya dengan berbagai program pribadinya untuk memikirkan masa depan pribadinya. Hal ini berbahaya. Makanya diharapkan kita harus bergiat melayani Tuhan, bukan melayani diri sendiri. Semangat ini tampak dalam tema periode 2006-2011, “GIATLAH DALAM PEKERJAAN TUHAN” (1Kor.15:58b).
Sekarang didepan mata kita sudah terpangpang tahapan ketujuh. Tahapan ketujuh ini belum memiliki nama dan arah yang jelas. Sebab arah dan nama tahapan ketujuh ini baru ditetapkan pada Sinode Am XVII pada Juli 2011 yang akan datang. Pada usia ke 35 tahun GKPA, GKPA ditantang untuk sebuah tahapan kesempurnaan yakni tahapan ketujuh. Angka tujuh adalah angka sempurna dalam tatanan kehidupan bangsa Israel. Apakah tahapan ketujuh ini juga bagi kita adalah tahap kesempurnaan? Jika memang dengan tahapan kesempurnaan ini menjadi peluang apa yang harus kita pikirkan menjadi tema periode dalam memasuki tahapan baru ke masa depan?
GKPA sudah bertumbuh sejak awal hingga mampu bergiat dalam pekerjaan Tuhan. Jika sudah bergiat dalam pekerjaan Tuhan, memang sudah sepantasnya kita harus sempurna. Sempurna dalam tutur kata, sempurna dalam hati, sempurna dalam kasih, sempurna dalam jiwa dan sempurna dalam tujuan. Jika memang demikian, saya mengusulkan sebuah tema periode 2011-2016 untuk kita renungkan bersama dalam memasuki tahapan ketujuh ini, yakni: “SEMPURNAKANLAH SUKACITAKU DENGAN INI: HENDAKLAH KAMU SEHATI SEPIKIR, DALAM SATU KASIH, SATU JIWA, SATU TUJUAN” (Flp. 2:2). Arak-arakan GKPA dalam usia 35 tahun adalah menuju kesempurnaan Gereja. Gereja yang sempurna adalah Gereja yang ideal. Gereja yang sempurna adalah gereja yang tidak kelihatan nun jauh di sana, tetapi bisa saja dekat di sini jika kita bersama-sama menyempurnakan gereja kita.
Akhirnya, marilah kita mensyukuri pertolongan Tuhan Yesus Raja Gereja itu yang telah menopang dan memberkati GKPA sepanjang 35 tahun ini. Dalam rangka mensyukuri GKPA yang ke 35 tahun sudah sepantasnya kita memberikan penghargaan kepada para tokoh pejuang kemandirian (baca: panjaeon) GKPA pada saat Ibadah Pesta Olopolop 35th GKPA. Gereja yang mampu menghargai tokoh Gereja dan menghargai sejarah adalah cirri sebuah Gereja yang besar. Karena itu marilah kita terus bergiat dalam pekerjaan Tuhan.



Ramli SN Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar