Rabu, 18 Agustus 2010

Bacaan Minggu, 19 September 2010: 1Yohanes 2:11-17

MEWASPADAI TIPU MUSLIHAT IBLIS
 1Yohanes 2:11-17
Minggu 16 Setelah Trinitatis, 19 September  2010


 

Menjadi seorang Kristen bukanlah merupakan jaminan akan memiliki kehidupan yang mudah. Menjadi seorang Kristen bukan berarti memiliki hidup yang tanpa pergumulan. Menjadi seorang Kristen memiliki arti bahwa segala tantangan, pergumulan hidup dan segala persoalan akan dihadapi bersama Kristus dan mencari solusi serta bertindak dengan cara-cara yang dikehendaki Kristus.
Dalam surat Yohanes yang pertama ini, secara khusus dalam pasal 2:11-17, Yohanes mengingatkan setiap orang Kristen supaya terus hidup dalam kasih Tuhan, serta mewujudkannya dengan melaksanakan kehendan Tuhan melalui kehidupannya. Orang Kristen cenderung melupakan kasih Tuhan serta kasihnya kepada Tuhan. Tantangan hidup yang dihadapi sehari-hari dapat membuat manusia fokus pada diri sendiri, yang akhirnya melupakan tujuan Tuhan dalam kehidupannya.
Jika kita memperhatikan ayat 12-14 dalam bahasa aslinya (bahasa Yunani), Yohanes menujukan surat ini kepada empat kelompok orang Kristen. Pengelompokan ini tidak didasaran pada usia, tetapi pada tingkat kedewasaan orang Kristen. Jika kita memperhatikan dalam terjemahan bahasa Indonesia, hanya terlihat tiga kelompok, tetapi jika kita memperhatikan dalam bahasa aslinya ada empat kelompok.
Dalam ayat 12 dikatakan, “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak”. Kata anak-anak dalam ayat 12 ini berbeda dengan kata anak-anak dalam ayat 14. Kata anak-anak dalam ayat 12 ini digunakan kata τεκνίον (teknion) yang berarti bayi. Dalam ayat 12 Yohanes berkata, “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya”. Yohanes sedang berbicara kepada para petobat baru, orang Kristen baru yang digolongkan Yohanes sebagai bayi rohani. Mereka ini bukanlah bayi dalam pengertian jasmani, karena sudah pasti tidak bisa membaca surat yang ditujukan Yohanes. Mereka adalah para petobat baru, orang percaya baru, dank arena itu penekanan Yohanes adalah pengampunan dosa dalam nama Kristus. Ketika Yohanes menyebutkan bayi bagi orang yang baru menjadi Kristen tersebut, Yohanes kembali mengingatkan bahwa dosa mereka telah diampuni oleh Tuhan Yesus. Orang yang baru menjadi Kristen harus tetapi diingatkan akan status mereka sebagai orang-orang yang telah diampuni dosanya dalam Tuhan Yesus Kristus. Hal ini sangat penting, supaya mereka tidak memiliki keraguan akan pengampunan dosa dan akan kehidupan yang kekal, yang telah dianugerahkan Tuhan kepada mereka.
Kemudian dalam ayat 14 Yohanes berkata, “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa”. Kata anak-anak yang digunakan dalam ayat ini adalah παιδίον (paidion) yang berarti anak-anak yang sudah bertumbuh, dan bukan bayi lagi. Itulah sebabnya penekanan Yohanes bukan lagi pertobatan dan pengampunan dosa, tetapi pengenalan akan Bapa. Orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya akan bertumbuh pada pengenalan akan Tuhan. Sebagaimana bayi bertumbuh menjadi anak-anak yang semakin menenal bapanya, demikian juga orang Kristen yang bertumbuh akan semakin mengenal Tuhannya. Sebagaimana anak-anak yang bertumbuh mengenal karakter bapanya, demikian juga orang Kristen yang bertumbuh akan semakin mengenal karakter Tuhan. Sebagaimana anak-anak yang bertumbuh berusaha meniru karakter dan perilaku bapanya, demikian juga orang Kristen yang bertumbuh akan meniru karakter dan perilaku Tuhannya. Tuhan sendiri menghendaki agar semua orang memiliki karakter seperti Kristus (bnd. Rm. 8:29)
Kelompok yang ketiga tujuan dari surat Yohanes ini adalah orang-orang muda. Masih dalam ayat 14 Yohanes berkata, “Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat.” Kata orang-orang muda dalam bahasa Yunani digunakan kata νεανίσκος (neaniskos) yang berarti anak muda yang berusia dibawah 40 tahun. Sebagaimana anak-anak bertumbuh menjadi orang muda, demikian juga orang Kristen harus terus bertumbuh dan meninggalkan kekanak-kanakan mereka.
Ada tiga ciri khas dari kelompok orang Kristen yang telah bertumbuh ini, yaitu: (1) Firman Allah diam di dalam dirinya; (2) menjadi kuat; dan (3) mengalahkan yang jahat. Orang Kristen yang telah menuju kedewasaan harus senantiasa memelihara firman Tuhan dalam kehidupannya. Seorang Kristen harus terus mempelajari firman Tuhan, manaruhnya dalam hatinya, dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya. Dengan demikian mereka akan terus bertumbuh dan menjadi kuat. Seorang Kristen tidak akan mungkin bertumbuh dan menjadi kuat tanpa mempelajari firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Yohanes mengatakan bahwa orang Kristen yang bertumbuh bukan hanya memelihara firman Tuhan dalam hidupnya, tetapi juga menjadi kuat. Itulah sebabnya, orang Kristen yang bertumbuh menjadi dewasa mampu mengalahkan yang jahat. Orang Kristen yang bertumbuh menuju kedewasaan, tidak mau terbawa-bawa kedalam kejahatan, tidak mau melakukan kejahatan, tidak akan dikalahkan oleh kejahatan, tetapi akan mengalahkan kejahatan.
Kelompok yang terakhir yang menjadi tujuan dari surat Yohanes ini adalah para bapa. Dalam ayat 13 Yohanes berkata, “Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya.” Perkataan yang sama diulang Yohanes kembali pada ayat 14. Kata bapa dalam bahasa Yunani digunakan kata πατήρ (patēr) yang selain bapa juga bisa diterjemahkan dengan orang tua. Ini merupakan kelompok tertinggi dalam fase kehidupan manusia. Kata bapa dalam konteks ini menunjukkan fase kedewasaan. Dalam kehidupan rohani, ini merupakan orang Kristen yang dewasa. Yohanes mengatakan bahwa para bapa telah mengenal Tuhan dari mulanya atau sejak mereka menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Kata mengenal yang dalam bahasa Yunani digunakan kata bukan hanya sekedar kenal atau sekedar tahu, tetapi bergaul akrab atau bersahabat. Orang yang telah memiliki kedewasaan rohani, atau orang Kristen yang dewasa, bergaul akrab atau bersahabat dengan Tuhan. Kata mengenal memiliki pengertian yang sangat dalam, dimana interaksi antara orang yang saling mengenal telah berlangsung lama. Hal yang sama juga pernah dikatakan Paulus dalam Filipi 3:10, dimana yang Paulus rindukan sebagai orang Kristen yang telah dewasa adalah untuk mengenal Kristus.
Setelah Yohanes menjelaskan siapa saja yang menjadi tujuan suratnya, yaitu kelompok orang yang baru menerima Kristus, bayi rohani, yang masih anak-anak dalam kerohanian, yang sudah menuju kedewasaan dan juga orang Kristen yang telah menjadi dewasa dalam iman, kemudian Yohanes memberikan pesan. Sekalipun tujuan surat ini adalah orang-orang Kristen yang memiliki tingkat kedewasaan rohani yang berbeda, tetapi pesan yang disampaikan Yohanes adalah sama. Dalam ayat 15a,  Yohanes berkata, “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya.” Selanjutnya dalam ayat 15 b Yohanes mengatakan bahwa, “Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.”
Apa yang diajarkan oleh Yohanes sangat serius yaitu jika kita mengasihi dunia ini dan apa yang ada didalamnya, maka kasih Bapa tidak mungkin ada dalam diri kita. Kita harus memahami bertul apa yang dimaksud oleh Yohanes dengan kalimat jangan mengasihi dunia ini dan apa yang ada di dalamnya. Yohanes tidak mengajarkan bahwa kita tidak boleh mengasihi orang lain, atau tidak mengasihi keluarga, atau siapa saja yang ada di dunia ini. Yohanes dengan sengaja menjelaskan apa yang dimaksud dengan “Jangan mengasihi dunia ini” dalam ayat selanjutnya.
Dalam ayat 16 Yohanes menjelaskan apa yang dimaksud dengan segala yang ada dalam dunia. Yohanes berkata, “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” Ada tiga kata yang sangat penting dalam ayat 16 ini yang harus diwaspadai oleh orang Kristen, siapapun dia, bagaimanapun tingkat kedewasaannya, karena setiap hari orang Kristen diperhadapkan pada ketiga kata tersebut. Kata yang sangat penting dan sangat perlu diwaspadai itu adalah (1) keinginan daging, (2) keinginan mata dan (3) keangkuhan hidup.
Manusia pertama yaitu Adam dan Hawa, dicobai oleh Iblis melalui ketiga aspek ini. Tuhan Yesus sebelum memulai pelayanannya juga dicobai oleh Iblis melalui ketiga aspek ini. Manusia sampai saat ini juga dicobai melalui ketiga aspek ini, dan sampai kapanpun, semua manusia termasuk orang Kristen pada tingkatan kerohanian apapun akan tetap dicobai melalui ketiga aspek ini.
Awal kejatuhan manusia kedalam dosa dikarenakan pencobaan melalui keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Jika kita memperhatikan proses kejatuhan manusia pertama kedalam dosa dalam kitab Kejadian 3:5-6, ada tiga kata yang sejajar dengan peringatan yang diberikan Yohanes. Ketika Hawa melihat buah yang ditawarkan Iblis, Hawa mengatakan bahwa buah itu baik untuk dimakan, yang berbicara tentang keinginan daging. Kemudian Hawa mengatakan bahwa buah itu sedap kelihatannya yang berbicara tentang keinginan mata. Masih dalam ayat yang sama, Hawa mengatakan bahwa pohon itu menarik hati karena member pengertian, yang dikatakan Iblis menjadi seperti Allah, dan ini berbicara tentang keangkuhan hidup. Iblis mengatakan bahwa jika Hawa memakan buah itu, maka dia akan menjadi seperti Allah. Hawa ingin menyamai kedudukannya dengan Tuhan, dan ini merupakan dosa yang sangat besar dari keangkuhan hidup.
Jika kita juga memperhatikan bagaimana Tuhan Yesus dicobai, juga melalui ketiga aspek ini. Ketika Iblis meminta Yesus untuk mengubah batu menjadi roti, hal ini berbicara tentang keinginan daging. Ketika Iblis memperlihatkan keindahan seluruh dunia ini kepada Yesus, hal tersebut berbicara tentang keinginan mata. Ketika Iblis meminta Yesus untuk menjatuhkan diri dari menara supaya para malaikan menggendongnya sehingga tidak jatuh, hal ini berbicara mengenai keangkuhan hidup.
Sampai saat ini semua orang, tanpa kecuali, termasuk orang Kristen selalui dicobai kedalam ketiga aspek ini. Setiap hari kita diperhadapkan pada pencobaan yang berhubungan dengan keinginan daging. Sampai saat ini kita diperhadapkan pada pencobaan yang berhubungan dengan keinginan mata. Sampai saat ini kita diperhadapkan pada pencobaan yang berhubungan dengan keangkuhan hidup. Semua pencobaan ini dilakukan Iblis, supaya kita terpisah dari Tuhan, tidak bergantung pada Tuhan, serta memusatkan seluruh perhatian kita pada keinginan kita sendiri. Itulah sebabnya Yohanes menegaskan, jika kita mengasihi dunia ini, tidak mungkin kasih Bapa ada dalam diri kita.




Ev. Frans Silalahi
Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar