BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Selasa, 14 Desember 2010
Renungan Natal: Yeremia 17:7
DIBERKATILAH ORANG YANG MENGANDALKAN TUHAN
Yeremia 17:7
Hampir tidak ada di antara kita yang tidak pernah mendengar nama Titanic. Kapal paling terkenal dalam sejarah ini memang pastinya diketahui semua orang, dikenal justru karena ia tenggelam. Kisah tenggelamnya merupakan salah satu kisah paling populer dalam sejarah. Sebuah kisah tentang kecelakaan laut terburuk sepanjang masa.
Titanic, kapal yang tidak beruntung ini, adalah satu dari 3 kapal pesiar mewah White Star Line. Kapal ini begitu besar dan dilengkapi oleh teknologi terbaik pada saat itu. Kapal ini dijuluki "kapal yang tidak mungkin tenggelam", sesuai dengan sesumbar pemilik kapal itu. Tetapi Titanic justru tenggelam di pelayaran perdananya pada tanggal 14 April 1912, 1000 mil arah Boston dengan jumlah korban selamat hanya 712 orang, kurang dari sepertiga penumpangnya. Titanic menjadi kuburan massal bagi 1500 lebih penumpangnya yang tewas.
Ironis, ketika kapal ini sementara tenggelam Orkestra terus menyanyikan lagu: How Great Thou Art – Sungguh Besar Kau Allahku !
Hari ini dalam Yeremia (17:5) kita mendengar firman TUHAN demikian: "Terkutuklah orang yang meng-andalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” -- Suatu teguran sangat keras terhadap sikap manusia yang hanya mengandalkan diri, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan ataupun pengalamannya. Intinya teguran atas sikap SOMBONG manusia! (menghargai diri secara berlebihan; congkak; pongah)
Sikap SOMBONG ini tidak seharusnya ada pada kita, karena sungguh ditentang karena meremehkan Allah dan sesama!
Suatu hal yang biasa kalau kita merasa bangga atas apa yang merupakan hasil pekerjaan atau kreasi kita. Apalagi itu merupakan suatu “masterpiece”. Namun apapun yang kita capai hendaknya justru menghantar kita menjadi lebih rendah hati karena sadar bahwa ada faktor lain, atau ada orang lain yang punya andil di dalamnya dan teristimewa ada Tuhan dibalik segala kemampuan dan keberhasilan yang dicapai. Sedangkan kebanggaan yang berlebihan menjerumuskan kita pada sikap sombong, pongah, terlalu menilai tinggi diri!
Dalam bacaan-bacaan hari inilah Tuhan mengingatkan kita akan hal itu. Jangan sombonglah!
Mengingat hal itu, hari ini bacaan-bacaan secara bagus pula memberikan rambu-rambu dalam hidup supaya kita tidak terjebak oleh sikap sombong itu!
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan laksana pohon subur, yang daunnya tetap hijau, yang tidak berhenti menghasilkan buah!
Untuk menjadi orang yang sukses atau berhasil di segala bidang kehidupan dibutuhkan kerja keras atau usaha yang tidak mudah. Kita harus tekun dan tidak mudah putus asa. Namun banyak orang yang tidak menyadari akan hal ini sehingga mereka berusaha mencari jalan yang mudah atau instan untuk meraih suatu kesuksesan atau keberhasilan.
Alkitab menegaskan bahwa kesuksesan atau keberhasilan yang diraih secara instan atau gampang pada akhirnya tidak akan mendatangkan berkat bagi seseorang, seperti dikatakan Salomo, "Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati." (Amsal 20:21). Orang yang mencari pertolongan kepada manusia, dukun, orang pintar dan sebaginya adalah orang yang ingin mendapatkan berkat secara cepat dan instan. Ini tidak dibenarkan firman Tuhan. Mengandalkan manusia dan menaruh pengharapan kepadanya adalah perbuatan yang terkutuk (baca ayat nas). Itu berarti kita tidak mempercayai kuasa Tuhan yang tak terbatas itu, artinya kita sedang merendahkan atau melecehkan kuasa Tuhan. Tuhan menghendaki agar kita mengandalkan Dia dalam segala hal. Ditegaskan, "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" (Yeremia 17:7). Sudah seharusnya kita menaruh pengharapan sepenuhnya kepada Tuhan karena hanya Dia yang Mahakuasa!
Janganlah sekali-kali menggantungkan harapan kepada manusia, karena Tuhan telah memperlengkapi kita masing-masing dengan akal budi dan juga keahlian (bakat). Potensi yang ada dalam diri harus kita maksimalkan. Oleh karena itu kita harus mau bekerja dan berusaha. Tidak ada istilah berpaku tangan atau menanti uluran tangan orang lain. Dengan bekerjalah manusia menemukan dirinya sebagai manusia yang segambar dengan Allah karena Allah juga bekerja, seperti dikatakan oleh Tuhan Yesus, "BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Bahkan dengan kerja Rasul Paulus menentang orang yang tidak mau bekerja, yang hidupnya menggantungkan harapan kepada orang lain, "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10b). Jangan sia-siakan potensi yang Tuhan beri dan andalkan Dia senantiasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar