Senin, 14 Februari 2011

Bacaan Minggu Septuagesima, 20 Pebruari 2011: 2 Timotius 4 : 6 - 10

widgeo.net
Minggu Septuagesima, 20 Pebruari                                                                          2 Timotius 4 : 6 - 10                                               
DUA JALAN – MANA PILIHANMU



D
alam nas ini Paulus menunjukkan ada dua jalan bagi manusia. Salah satu dari keduanya harus dipilih. Dan waktu untuk memilih salah satu dari dua jalan itu adalah ketika kita masih hidup di dunia. Paulu memberikan beberapa petunjuk untuk memilih jalan yang terbaik selama kita hidup di dunia ini.

1.             Jalan pertama, adalah jalan yang dipilih oleh Paulus, yaitu jalan menuju surga.
Ketika itu, Paulus dipenjarakan di Roma pada masa tahanan kedua tahun 65. Dia ditahan bukan karena melakukan tindakan kejahatan, tetapi justru karena memberitakan kebenaran Injil Kristus. Pemberitaan Injil adalah keharusan, adalah hutang yang harus dibayar; bila kita tidak melakukannya, maka kita adalah orang yang celaka (yang tidak berarti, sama seperti sampah (1 Kor. 9:16). Karena dalam Injil itu ada kekuatan Allah untuk menyelamatkan seluruh manusia dari kuasa dosa, iblis dan maut. Setiap orang yang menerima Injil akan mengenal jalan keselamatan satu-satunya, yaitu Yesus Kristus, Anak Allah (Yoh. 14:6). Begitu pentingnya tugas itu, sehingga Paulus mau dipenjarakan malah mati asalkan Injil tersebar, agar dunia selamat. Jalan yang dipilihnya adalah jalan menuju surga melalui Yesus. Dan dia tidak mau hanya dia saja, tetapi Paulus menginginkan agar semua manusia ikut bersama dia menuju surga.
Ketika itu Paulus merasa bahwa ajalnya sudah dekat (ay. 6b), karena mungkin dia akan dihukum mati. Tetapi, dia tidak menyesal. Malah dia bangga, karena dia dapat meniru Yesus, Juruselamatnya, yang mau menjadi korban persembahan untuk menebus manusia (ay. 6a). Dia rela memberikan nyawanya, asalkan Injil disebar. Sebuah iman yang luar biasa, bukan? Mengikut Yesus seharusnya sama dengan memberikan segala yang kita miliki demi Dia, karena Dia telah terlebih dahulu memberikan nyawaNya demi kita. Apa yang kita lakukan bagi Yesus, walau seperti Paulus yang mau memberikan nyawanya sekalipun, belum dapat mengimbangi pengorban Yesus bagi kita.
Tetapi, Paulus bangga dengan pengorbanan itu. Mengapa? Karena dia tahu pasti, bahwa pengorbanannya tidak pernah sia-sia. Bila dia mati, masa depannya terjamin, melebihi masa hidup yang dikorbankannya. Paulus memilih jalan ini, karena dia tahu dengan pasti, bahwa arah itu akan membawa dia kepada hidup kekal, hidup yang tiada tara, bersama-sama dengan Yesus dalam kekekalan dan kenikmatan surgawi. Bila dia mati karena Injil Kristus, baginya telah tersedia mahkota kebenaran, yang akan dikarunikan bagi setiap orang percaya kepada Yesus (ay. 8). Itulah hadiah yang tiada terukur dengan apapun. Sehingga untuk itu, Paulus dan orang percaya mau mengorbankan apapun. Segala-galanya (termasuk nyawanya) adalah sampah ketimbang mahkota kemuliaan itu. Sebuah pilihan yang sangat bijak. Mengorbankan diri untuk sebuah hidup yang tiada tara, mahkota kehidupan.
Mahkota itu, adalah lambang sebuah perjuangan iman.Dan mahkota itu bukan hanya bagi Paulus, tetapi bagi setiap orang yang percaya, yang  sama seperti Paulus, menghadapi banyak penyesahan, penyiksaan, malah pembunuhan dari dunia ini.
Paulus menggambarkan hidupnya sebagai sebuah pertandingan menuju sebuah titik di garis akhir/finish (ay. 7). Karena dia tahu, hidup orang percaya di dunia akan menghadapi godaan dan kesulitan. Godaan yang bisa membuat kita meninggalkan gelanggang pertandingan; atau kesulitan, kecapekan, kelelahan yang membuat kita putus asa dan menghentikan pertandingan; atau godaan untuk melakukan kecurangan yang membuat kita didiskualifikasi. Untuk itu, setiap orang percaya harus bertanding dengan baik (1Tim. 6:12),  yaitu hidup dalam iman, tetap setia kepada Yesus, dan memfokuskan arah hidup hanya menuju surga. Pauus telah memenangkan pertandingan melawan kuasa iblis di awang-awang (Ef. 6:12), menghadapi orang-orang Yahudi dan Yunani, pengajara-pengajar sesat. Di mana letak kekuatannya? Yaitu pada kesetiaannya kepada Kristus; baginya, Kristus adalah segala-galanya; segala hal (termasuk nyawanya) adalah sampah ketimbang Kristus. Itulah sebuah pemilihan arah hidup yang benar, yang tidak salah. Sebuah pilihan yang sangat sempurna.

2.        Jalan kedua adalah jalan Demas
Hal sebaliknya yang terjadi kepada Demas. Memang, kita tidak tahu banyak tentang dia. Namanya pernah disebut oleh Paulus di Filemon1:24, dan Kolose 4:14. Tetapi yang pasti, dia adalah teman sepelayanan Paulus. Dia telah menerima Yesus, dan mengalami hal-hal spiritual bersama Paulus.
Tetapi rupanya, ketika keadaan semakin genting, dan melihat kengerian penjara serta ancaman hukuman mati yang dihadapi Paulus, Demas-pun mulai gemetar. Sementara itu, di sekelilingnya Demas melihat kenikmatan, kemewahan dan kesenangan hidup. Lalu, hatinya mulai berubah. Baginya, ternyata Kristus hanyalah pembawa masalah, kesulitan dan penderitaan. Sementara dunia menjanjikan akan memberi kesenangan, kemewahan dan kenikmatan. Lalu dia memutuskan: MENGUBAH ARAH JALAN HIDUP. Dia berpaling dari jalan Kristus menuju jalan dunia. Bodoh amat deh lo! Karena nasibmu akan sama dengan nasib dunia, menjadi budak iblis, dosa; hidupnya akan bermuara ke hukuman yang kekal di neraka. Lagi-lagi: Kasihan deh lo!
Pilihan hidup yang benar-benar salah dan bodoh.
Pertanyaannya, bila Saudara masih hidup dan bernafas, untuk apakah, mengapa Tuhan masih memperbolehkanmu hidup sampai hari ini? Apakah rencana Tuhan dengan memperpanjang hari-hari hidupmu? Nas ini memberi jawaban, agar kita tetap memilih jalan yang baik, yang benar, yang sempurna, yaitu meneladani Paulus, memilih JALAN MENUJU SURGA. Tetapi, masa hidup kita adalah masa ujian untuk menguji apakah kita akan tetap setia.
Godaan-godaan dari dunia, dan pencobaan-pencobaan hidup, dan juga penderitaan-penderitaan akibat imanmu kepada Kristus, adalah “fit and proper test” (uji kelayakan dan kepatutan) dari Tuhan. Yang setia sampai akhir, hanya merekalah yang menerima mahkota kehidupan. Bila kita tahan uji, maka kita dilayakkan menerima mahkota kebenaran, memasuki kehidupan kekal, bersama dengan Yesus. Tetapi bila tidak setia, dan  memilih jalan dunia seperti Demas, maka hidup kita akan berlanjut dengan kesengsaraan yang luar biasa di dalam neraka bersama iblis.
Mumpung Tuhan masih memberimu waktu untuk hidup, mari, pilihlah jalan yang sempurna, dan setialah selalu di jalan Yesus. Amin.

Pdt. Sabar TP. Siahaan, S.Th.
HP 0812 1999340

Tidak ada komentar:

Posting Komentar