I.
Muasal
Nabi
Jesaya bekerja abad ke 8 bersama dengan nabi Amos, Mikha, memandang secara bersama-sama
dan dengan ungkapan-ungkapan yang sangat keras untuk mengingatkan bangsa itu
untuk kembali pada jalan yang telah ditemtukanNya. Jesaya memulai dengan
ungkapan pengkhainatan yang dilakukan bangsa Israel (1:2-9), Tuhan tidak pernah
mau menerima persembahan berbentuk apapun, bahkan ketika mereka berseru
memanggil nama-Nya Tuhan tidak mendengarkannya sama sekali karena ketidakadilan
dan penindasan terjadi dalam seluruh aspek kehidupan bangsa Israel (1:10-17), sehingga
Tuhan mengajukan perkara bagi bangsa-Nya (1:18), keadaan yang sungguh sangat
memprihatinkan.
II.
Jendela Firman
Ini
kondisi Jehuda dan Jerusalem melalui penglihatan Jesaya, akan terjadi perubahan
yang sangat frontal dari apa yang terjadi pada saat pemberitaan ini dinyatakan,
Jesaya sangat kentara menyoroti: yang pertama, Hidup bersama dengan Tuhan
“Peribadatan”, kesalehan hidup (ay.2-3). Bercampurbaurnya suku bangsa oleh
karena pasar bebas yang telah diberlakukan bangsa semit ketika itu menyebabkan
masuknya keberagaman agama dan kepercayaan, sekaligus mempengaruhi keberimanan
dan peribadahan bangsa Israel. Penegasan yang dinyatakan oleh nabi Jesaya
adalah bahwa TUHAN yang diimani oleh bangsa Israel jauh lebih tinggi
kedudukannya dari allah-allah yang disembah bangsa lain, bahkan seluruh
bangsa-bangsa akan datang berduyun-duyun ke Bukit Zion untuk menyembah TUHAN
Israel oleh karena berada di Hulu ‘terpampang dengan sangat jelas’, diantara
gunung-gunung, menjulang tinggi diantara
bukit-bukit, ada perbedaan pola hidup yang berbeda antara penganut agama bangsa
sekitarnya dengan yang percaya kepada TUHAN Israel, dituntut kesalehan bangsa
Israel untuk menjadi suri teladan bagi bangsa-bangsa lain sehingga seluruh
bangsa melihat kebenaran pangajaran Tuhan dan datang berduyun-duyun menghadap
takhta-Nya, bukankah seruan mereka sangat jelas: “Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub…..”
merupakan kerinduan yang dalam karena kebaikan, berkat anugerah dan kebenaran
yang telah dinyatakan TUHAN dan sekaligus dipraktekkan bangsa pilihan-Nya dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, sehingga pasar bebas ketika itu adalah
peluang besar untuk menyatakan kebesaran dan keagungan TUHAN, melalui
pengajaran dan hidup dalam kesalehan, Kerinduan bangsa lain adalah dengan
memperhatikan betapa jauh berbedanya ajaran TUHAN yang dianut bangsa Israel
dengan allah-allah mereka, sehingga jauh-jauh menempuhnya hanya hendak
mendengar Firman dan pengajaran yang dari TUHAN ‘luarbiasa’, Hal kedua:
Menonjolkan aspek Perdamaian (ay.4),
Ketidakadilan hidup dan hukum, perampasan hak, menggunakan kekuasaan, pemodal
besar, penindasan adalah prilaku hidup bangsa Israel saat Jesaya memperingatkan
mereka, bangsa pilihan TUHAN menjadikan kebanggaan yang menyesatkan, sehingga
gerakan kekuatan militer mereka pada akhirnya justru akan menghancurkan mereka
sendiri, “Tuhan yang menjadi hakim”, yang memberikan keadilan dengan
kebenaran-Nya, bangsa lainlah yang merindukan dari gunung Sion akan terpancar
kekuatan yang besar oleh karena Firman dan pengajaran-Nya yang penuh dengan
keadilan dan kebenaran. Buah dari perdamaian itu adalah a. PEDANG menjadi MATA
BAJAK, b. TOMBAK menjadi PISAU PEMANGKAS, c. Tidak mengangkat pedang, d. Tidak
belajar perang. Memberi makna bahwa seberat apapun kesalahan, persoalan yang
ditanggungkan dari dan pada
bangsa-bangsa, bila polanya adalah seperti yang dinyatakan diatas maka
perdamaian akan segera terwujudkan. Bangsa Israel menjadi penasehat yang selalu
membawa perdamaian, ada jalan keluar yang ditentukan dengan keempat pola
tersebut, mempersempit persoalan-persoalan, mengarah untuk hidup penuh
kesejahteraan, tidak dengan angkat senjata atau melakukan invasi, karena
seluruh persoalannya Tuhan yang menjadi hakim bagi seluruh bangsa-bangsa. Hal
ketiga: Ajakan berjalan dalam terang
TUHAN (ay. 5), Menjadi terang TUHAN
adalah berjalan dalam kegelapan yang menyelimutinya, karena bangsa keturunan
Yakub adalah yang memahami sejarah penyertaan dan berkat TUHAN dalam hidupnya
dan mampu mengabdikannya. Dalam
penyelenggaraan olahraga OLYMPIADE, Api
Olympiade sebagai mula diselenggarakannya
kegiatannya, api tersebut dibawa dengan memakai obor oleh para pelari-pelari
pilihan dari Yunani menuju Negara tempat penyelenggaraannya melewati banyak
kota dan bangsa, maka api itu sangat menonjol kelihatan nyalanya dan sambutan
masyarakat terhadap yang membawanya adalah malam hari, ketika kegelapan
menyelimutinya. Fungsi terang sangat nyata
ketika dia berada dalam kegelapan, sehingga Jesaya kembali menekankan hal
tersebut (60:1, Bangkit dan menjadi teranglah). Berjalan dalam terang TUHAN,
memaknai hidup bersama dengan TUHAN dan menjadi teladan karena bermuara dari
TUHAN.
III.
Aplikasi
Peribadatan
saat ini dirancang lebih banyak memuaskan mata, telinga serta emosional
imaniah, sehingga tidaklah mengherankan bila pada akhirnya kebanyakan
peribadahan hanya menjadi symbol pernyataan seakan hidup berjalan dengan TUHAN
dan dalam kesalehan, (Gereja Pentakostal
dan Kharismatik mendengar khotbah dengan pandangan tegas dan jawaban
antusias, tetapi pulang tidak seperti yang diharapkan, Gereja Kesukuan ketika mendengar khotbah lebih
banyak tidurnya atau bermain HP ‘entah apa yang dikerjakannya’), tetapi secara
mendasar penerapannya masihlah menonjolkan keegoisannya, sehingga makna hidup
yang sesuai dan dituntut TUHAN jauh dari yang diharapkan, menjadi berkat bagi
orang lain dan banyak bangsa bukanlah pekerjaan dengan kemampuan sendiri, perlu
penegasan apakah teranr TUHAN ada dalam perjalanan hidup keturunan Yakub,
orang-orang yang percaya. Mewartakan Terang TUHAN adalah pola hidup TUHAN ada
bagi kita, membawa damai, membalikkan pandangan umum dalam penyelesaian
masalah, menjadi tiang utama dalam penegakan kebenaran TUHAN, sehingga
bangsa-bangsa berduyun-duyun datang menyembah TUHAN dan mendengarkan
pengajaran-Nya. Halleluya selamat ber Advent I.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar