Kamis, 31 Oktober 2013

Jamita Minggu, 01 Desember 2013: Yesaya 2 : 1 – 15

widgeo.net

I.                    Muasal
Nabi Jesaya bekerja abad ke 8 bersama dengan nabi Amos, Mikha, memandang secara bersama-sama dan dengan ungkapan-ungkapan yang sangat keras untuk mengingatkan bangsa itu untuk kembali pada jalan yang telah ditemtukanNya. Jesaya memulai dengan ungkapan pengkhainatan yang dilakukan bangsa Israel (1:2-9), Tuhan tidak pernah mau menerima persembahan berbentuk apapun, bahkan ketika mereka berseru memanggil nama-Nya Tuhan tidak mendengarkannya sama sekali karena ketidakadilan dan penindasan terjadi dalam seluruh aspek kehidupan bangsa Israel (1:10-17), sehingga Tuhan mengajukan perkara bagi bangsa-Nya (1:18), keadaan yang sungguh sangat memprihatinkan.

II.                  Jendela Firman
Ini kondisi Jehuda dan Jerusalem melalui penglihatan Jesaya, akan terjadi perubahan yang sangat frontal dari apa yang terjadi pada saat pemberitaan ini dinyatakan, Jesaya sangat kentara menyoroti: yang pertama, Hidup bersama dengan Tuhan “Peribadatan”, kesalehan hidup (ay.2-3). Bercampurbaurnya suku bangsa oleh karena pasar bebas yang telah diberlakukan bangsa semit ketika itu menyebabkan masuknya keberagaman agama dan kepercayaan, sekaligus mempengaruhi keberimanan dan peribadahan bangsa Israel. Penegasan yang dinyatakan oleh nabi Jesaya adalah bahwa TUHAN yang diimani oleh bangsa Israel jauh lebih tinggi kedudukannya dari allah-allah yang disembah bangsa lain, bahkan seluruh bangsa-bangsa akan datang berduyun-duyun ke Bukit Zion untuk menyembah TUHAN Israel oleh karena berada di Hulu ‘terpampang dengan sangat jelas’, diantara gunung-gunung, menjulang tinggi  diantara bukit-bukit, ada perbedaan pola hidup yang berbeda antara penganut agama bangsa sekitarnya dengan yang percaya kepada TUHAN Israel, dituntut kesalehan bangsa Israel untuk menjadi suri teladan bagi bangsa-bangsa lain sehingga seluruh bangsa melihat kebenaran pangajaran Tuhan dan datang berduyun-duyun menghadap takhta-Nya, bukankah seruan mereka sangat jelas: “Mari, kita naik ke  gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub…..” merupakan kerinduan yang dalam karena kebaikan, berkat anugerah dan kebenaran yang telah dinyatakan TUHAN dan sekaligus dipraktekkan bangsa pilihan-Nya dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, sehingga pasar bebas ketika itu adalah peluang besar untuk menyatakan kebesaran dan keagungan TUHAN, melalui pengajaran dan hidup dalam kesalehan, Kerinduan bangsa lain adalah dengan memperhatikan betapa jauh berbedanya ajaran TUHAN yang dianut bangsa Israel dengan allah-allah mereka, sehingga jauh-jauh menempuhnya hanya hendak mendengar Firman dan pengajaran yang dari TUHAN ‘luarbiasa’, Hal kedua: Menonjolkan aspek Perdamaian (ay.4), Ketidakadilan hidup dan hukum, perampasan hak, menggunakan kekuasaan, pemodal besar, penindasan adalah prilaku hidup bangsa Israel saat Jesaya memperingatkan mereka, bangsa pilihan TUHAN menjadikan kebanggaan yang menyesatkan, sehingga gerakan kekuatan militer mereka pada akhirnya justru akan menghancurkan mereka sendiri, “Tuhan yang menjadi hakim”, yang memberikan keadilan dengan kebenaran-Nya, bangsa lainlah yang merindukan dari gunung Sion akan terpancar kekuatan yang besar oleh karena Firman dan pengajaran-Nya yang penuh dengan keadilan dan kebenaran. Buah dari perdamaian itu adalah a. PEDANG menjadi MATA BAJAK, b. TOMBAK menjadi PISAU PEMANGKAS, c. Tidak mengangkat pedang, d. Tidak belajar perang. Memberi makna bahwa seberat apapun kesalahan, persoalan yang ditanggungkan  dari dan pada bangsa-bangsa, bila polanya adalah seperti yang dinyatakan diatas maka perdamaian akan segera terwujudkan. Bangsa Israel menjadi penasehat yang selalu membawa perdamaian, ada jalan keluar yang ditentukan dengan keempat pola tersebut, mempersempit persoalan-persoalan, mengarah untuk hidup penuh kesejahteraan, tidak dengan angkat senjata atau melakukan invasi, karena seluruh persoalannya Tuhan yang menjadi hakim bagi seluruh bangsa-bangsa. Hal ketiga: Ajakan berjalan dalam terang TUHAN  (ay. 5), Menjadi terang TUHAN adalah berjalan dalam kegelapan yang menyelimutinya, karena bangsa keturunan Yakub adalah yang memahami sejarah penyertaan dan berkat TUHAN dalam hidupnya dan mampu mengabdikannya.  Dalam penyelenggaraan olahraga OLYMPIADE,  Api Olympiade  sebagai mula diselenggarakannya kegiatannya, api tersebut dibawa dengan memakai obor oleh para pelari-pelari pilihan dari Yunani menuju Negara tempat penyelenggaraannya melewati banyak kota dan bangsa, maka api itu sangat menonjol kelihatan nyalanya dan sambutan masyarakat terhadap yang membawanya adalah malam hari, ketika kegelapan menyelimutinya.  Fungsi terang sangat nyata ketika dia berada dalam kegelapan, sehingga Jesaya kembali menekankan hal tersebut (60:1, Bangkit dan menjadi teranglah). Berjalan dalam terang TUHAN, memaknai hidup bersama dengan TUHAN dan menjadi teladan karena bermuara dari TUHAN.

III.                Aplikasi
Peribadatan saat ini dirancang lebih banyak memuaskan mata, telinga serta emosional imaniah, sehingga tidaklah mengherankan bila pada akhirnya kebanyakan peribadahan hanya menjadi symbol pernyataan seakan hidup berjalan dengan TUHAN dan dalam kesalehan, (Gereja Pentakostal dan Kharismatik mendengar khotbah dengan pandangan tegas dan jawaban antusias, tetapi pulang tidak seperti yang diharapkan, Gereja Kesukuan ketika mendengar khotbah lebih banyak tidurnya atau bermain HP ‘entah apa yang dikerjakannya’), tetapi secara mendasar penerapannya masihlah menonjolkan keegoisannya, sehingga makna hidup yang sesuai dan dituntut TUHAN jauh dari yang diharapkan, menjadi berkat bagi orang lain dan banyak bangsa bukanlah pekerjaan dengan kemampuan sendiri, perlu penegasan apakah teranr TUHAN ada dalam perjalanan hidup keturunan Yakub, orang-orang yang percaya. Mewartakan Terang TUHAN adalah pola hidup TUHAN ada bagi kita, membawa damai, membalikkan pandangan umum dalam penyelesaian masalah, menjadi tiang utama dalam penegakan kebenaran TUHAN, sehingga bangsa-bangsa berduyun-duyun datang menyembah TUHAN dan mendengarkan pengajaran-Nya. Halleluya selamat ber Advent I.




Pdt. S.A. Sigalingging, S.Th
Praeses Distrik I Angkola Mandailing







Tidak ada komentar:

Posting Komentar