Jumat, 15 Februari 2008

BAHAN KHOTBAH

“YANG TERBUANG YANG TERHORMAT”
Hakim-hakim 11 : 1 – 11


PENDAHULUAN

Hidup manusia senantiasa diwarnai dengan perubahan. Ada yang berubah kepada kebaikan, ada pula yang berubah kepada keburukan. Dengan demikian setiap orang berkesempatan mengalami perubahan. Jika ada sesuatu yang buruk berharaplah untuk menjadi baik. Jika ada sesuatu yang sudah baik, berusahalah untuk menjadi lebih baik lagi. Dan tentunya tidak ada seorang manusia pun yang mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi dalam hidupnya. Selama Tuhan masih menganugerahkan kehidupan bagi manusia, maka kemungkinan dan kesempatan untuk menjadi lebih masih selalu ada dan terbuka.

KETERANGAN NAS

Sebagai anak yang terlahir dari seorang perempuan sundal, yang diperlakukan tidak adil oleh saudara-saudara tirinya, tentulah Yefta merasa sangat tertekan. Sekalipun dikatakan bahwa dia adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, namun sikap dan ketidakpedulian saudara-saudara tirinya, membuat Yefta merasa tersingkir, terasing dan kesepian di tengah-tengah keramaian yang sama sekali tidak menawarkan persaudaraan dan persekutuan baginya. Puncuk dari ketertekanan yang dialami Yefta makin dirasakannya ketika saudara-saudara tirinya mengusir Yefta dengan disertai pernyataan bahwa Yefta tidak berhak mendapatkan harta pusaka dari keluarga besar mereka. Tidak ada pilihan lain, Yefta harus pergi dari tengah-tengah kelarganya dan berkumpul dengan petualang-petualangan yang pergi merampok bersama-sama dengan dia di Tob.

Perjalanan kehidupan Yefta belumlah berakhir, Tuhan punya banyak jalan untuk mengubah dan memperbaharui kehidupan seseorang. Kegagahperkasaan Yefta sebagai karunia Tuhan menjadi sesuatu yang menguntungkannya. Tuhan memakai kelebihannya itu sebagai cara untuk menolong Yefta. Para tua-tua Gilead memerlukan Yefta untuk melawan bani Amon. Orang Israel memerlukan kepahlawanan Yefta yang telah terbuang untuk menghadapi musuh mereka yaitu bani Amon. Dan tidak tanggung-tanggung para tua-tua Gilead menawarkan posisi panglima bagi Yefta dalam menghadapi bani Amon. Yefta yang terbuang dipanggil kembali ke tempat asalnya.

Sebagai seorang yang pernah dikecewakan, Yefta tidak menerima begitu saja tawaran dari para tua-tua Gilead tersebut. Ia mengingatkan mereka akan perbuatan (kebencian mereka kepadanya di masa lalu). Ia juga menyesalkan perbuatan mereka yang datang kepadanya ketika sedang dalam keadaan terdesak. Para tua-tua Gilead tidak mau mempersoalkan masalah yang telah lalu. Mereka kembali menekankan betapa pentingnya keberadaan Yefta dalam peperangan tersebut. Mereka juga bahkan menawarkan bahwa jika Yefta bersedia, ia akan menjadi kepala atas seluruh penduduk Gilead. Mereka memang harus membayar mahal kesalahan di masa lalu yang telah mencampakkan Yefta dan melupakan potensi/kelebihan yang dimilikinya, yang pada suatu waktu ternyata sangat mereka butuhkan. Pada akhirnya Yefta menerima tawaran tersebut dengan terlebih dahulu membawa seluruh perkaranya ke hadapan Tuhan di Mizpa. Kemudian Yefta pun diangkat menjadi kepala dan panglima penduduk Gilead.

RENUNGAN

Masa lalu yang buruk bukanlah akhir dari segalanya, selama Tuhan masih menganugerahkan kehidupan, kesempatan selalu ada dan terbuka untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih baik lagi.
Jangan menilai seseorang dari masa lalunya yang buruk. Berilah kesempatan baginya untuk memperbaiki diri dan nilailah itu sebagai sesuatu yang baik dan positif.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Janganlah hanya terpaku pada kekurangan seseorang agar kita tidak jatuh pada sikap menghakimi. Lihatlah juga kelebihannya agar terjadi keseimbangan dalam memberi penilaian.
Dalam segala hal sertakan Tuhan termasuk di dalam mengambil keputusan. Dan ketika Tuhan menjawab pergumulan dan doa kita ingatlah untuk mengucap syukur.



Jakarta, Awal Desember 2007





Pdt.Tuty Z.Hutabarat,STh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar